-Gue Suka Itu-

177 55 26
                                    

Adriel-Vaira-Gerrel

(Revisi)

Vaira senang bukan main saat Adriel membukakan pintu kaca besar itu baginya. Namun sayang, maksud Adriel kesini bukan untuk mengajak Vaira berkeliling atau menemani gadis itu berbelanja.

"Kita ngapain kesini? Tapi kalau boleh saran, gue tahu tempat bermain yang seru! Itu ada di atas, di lantai dua!" Vaira tersenyum senang, berharap Adriel juga mau ikut kesana. Bahkan ia lupa bahwa tadi ia mengeluh soal tas punggungnya yang berat.

Seperti biasa, Adriel tidak merespon. Cowok itu hanya mendengarkan tanpa berkata sepatah kata pun. Adriel menarik sebuah troli besar, kemudian mengeluarkan secarik kertas yang berisi daftar makanan dan minuman. Sepertinya, Adriel yang akan berbelanja dan bukan Vaira.

"Adriel mau belanja? Sini gue bantuin." Vaira berusaha menolong Adriel dengan mengambil alih troli besar untuk didorong, tapi Adriel dengan dingin menolak.

"Gausah, gue bisa sendiri." Ucap Adriel tegas. Cowok itu mengambil tas punggungnya, kemudian menaruhnya ke dalam troli. Vaira ditinggalkan begitu saja. Gadis itu hanya bisa menghembuskan napas pasrah dan terpaksa terus menjinjing tas punggungnya yang berat di belakang.

Adriel mulai menebarkan pandangannya ke segala arah, mencari barang yang sesuai dengan daftar nama barang di secarik kertas yang ia genggam. Melihat Adriel yang berdiri tegap dan tatapannya yang teduh membuat Vaira terpesona dengan wajah Adriel.

Namun pandangan Vaira malah berpindah pada seorang gadis dengan seragam SMA yang sama. Apa jangan-jangan, itu kakak kelas? Gadis yang sedang Vaira lihat sekarang ini sedang mendekat kearah Adriel, tapi sayangnya Adriel tidak melihat. Mungkin mereka akan bertabrakan nanti.

Vaira cepat-cepat berjalan, lalu mendorong tubuh Adriel ke samping. Adriel bahkan ikut menarik troli yang berisi bahan makanan yang tadi ia ambil.

Gadis yang tadi dicurigai kakak kelas oleh Vaira sudah berlalu. Untung saja mereka tidak bertabrakan. "Adriel kalau jalan hati-hati. Tadi hampir ditabrak orang lho,"

Adriel hanya diam. Mengangguk sekali namun tetap dengan ekspresi datarnya. Adriel kembali mengambil bahan makanan lainnya yang ada dalam list tersebut. Vaira mengehembuskan napas lega karena berhasil melindungi Adriel, meski hanya dengan perbuatan kecil.

"Sini." Adriel menatap Vaira datar. Vaira tidak mengerti kenapa Adriel memanggilnya.

"Kenapa Adriel?" Vaira bertanya saat mendekat pada Adriel. Cowok itu melirik tas punggung Vaira yang sedari tadi gadis itu jinjing.

Merasa tahu apa yang Adriel maksudkan, Vaira cepat-cepat melepaskan tas dari punggungnya, kemudian menaruhnya di dalam troli juga, disamping tas milik Adriel.

"Makasih!" Senyum Vaira mengembang. Gadis itu tahu bahwa yang Adriel maksudkan adalah agar dia ikut meletakkan tas ranselnya ke dalam troli.

Adriel tetap diam dan melanjutkan aktivitasnya. Vaira kemudian ikut berjalan, bahkan mendahului Adriel. Gadis itu melihat Adriel mengambil setengah rak telur, daging, sayuran dan buah. Makanan yang Adriel ambil semuanya benar-benar masuk dalam makanan sehat. Vaira lalu ikut melihat ke dalam kertas itu, ia berjinjit agar dapat melihatnya. Ternyata dalam list itu juga ada snack atau biasa yang disebut makanan ringan. Vaira tahu betul tempatnya.

"Adriel, tunggu sini." Vaira kemudian berlari kecil untuk menghapiri lorong tempat makanan ringan itu dipajang. Vaira mengambil beberapa bungkus kemudian kembali ke tempat tadi. Namun Adriel sudah tidak ada disana. Vaira berusaha mencari Adriel. Padahal tadi Vaira sudah menyuruh Adriel untuk menunggunya, namun Adriel sudah tidak ada. Adriel memang tidak pernah berniat untuk menunggu langkah gadis itu.

"Adriel kemana ya?" Dengan teliti Vaira mencari di setiap lorong, sampai akhirnya Vaira menemukan Adriel yang berada di tempat yang sama dengan tempat tadi ia mengambil makanan ringan.

"Adriel!" Vaira memanggil Adriel. Cowok itu berbalik saat Vaira menyebutkan namanya. "Ini, snack yang kamu cari." Vaira menyerahkan beberapa bungkus makanan ringan di hadapan Adriel. Gadis itu tidak sadar bahwa ia menggunakan kata aku-kamu, sama seperti waktu ia di SMP.

Adriel tidak bergeming. Cowok itu menatap Vaira lama, membuat Vaira gugup. "A-adriel?"

Cowok itu tetap menatap Vaira dengan datar, tanpa ekspresi. Alhasil, Vaira berbicara lagi. "Ini, snack yang ada di daftar yang lo pegang."

Ekspresi Adriel tidak banya berubah. "Coba ulang kalimat lo tadi."

Vaira mengernyitkan dahinya bingung. "Ini, snack yang ada di daftar yang lo pegang."

"Bukan, yang sebelumnya."

Vaira lalu berusaha ingat, apa yang tadi ia bilang. "Ini, snack yang kamu cari? Maksudnya yang itu?"

Adriel diam beberapa detik. Kemudian berbicara lagi. "Gue suka."

Biarpun Vaira tidak tahu maksud dengan kata 'suka' tapi itu cukup membuat pipi Vaira merona.

"Cara bicara lo yang itu. Lo kalau mau ngomong pakai yang itu."

Detak jantung Vaira berpacu dengan cepat. Unjung-ujung jarinya sudah dingin dan wajahnya malah memanas. Sepertinya pipi Vaira sudah memerah bagai tomat.

"I-iya." Vaira menutup wajahnya dengan kedua tangan saat Adriel berbalik lagi menghadap rak yang berisi makanan ringan. Adriel memang paling bisa membuat jantungnya berdegup tidak karuan.

🎠

Langsung Vote⭐ dan Komen 😊 yaa

Gimana nih sampai chapter ini, masih semangat buat nunggu AVG kah? 😩 (Semoga masih ada)

Thanks buat yang setia nungguin, berharap bulan Januari ini sudah bisa buat AVG sampai 40 Chapter, amin.

Lanjut ke Part Berikut ya!

Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang