Multimedia: Rose Ellen Dix and Rosianne Elizabeth Spaughton.*-----*
Rambat cahaya matahari memecahkan kebekuan suasana, membuat sekumpulan manusia mulai mengoceh karena cahanyanya menyilaukan mata. Aroma tanah mulai menguar, kicauan burung beterbangan yang sedang mencari tiang-tiang kehidupan terdengar di kejauhan, sejumlah awan yang berrakitan dengan cepat tertiup angin juga tidak lupa disertai dengan bunyi riak daun yang menari membuat gadis cantik berambut brunette itu mengulas senyumnya yang merekah, menampakkan gigi-giginya yang rapi dan putih .
Terkadang, birunya langit membuat gadis itu lupa akan apa yang diturunkannya malam tadi, beribu-ribu air yang jatuh dari sana dan menyisakan embun yang menyejukkan di pagi hari. Banyak cerita yang terdengar, teriakan-teriakan orang iseng, godaan-godaan para lelaki, bisik-bisik para gadis, dan juga tawa-tawa persahabatan yang menggema.
Ricau manusia semakin menggila karena kendaraan yang ditunggu akhirnya tiba. Mereka semua beributan mencari tempat duduk kosong untuk digunakan hingga sampai ke tempat tujuan. Memulai semester pertama perkuliahan.
Rose meruntuk kesal karena tidak kebagian tempat duduk, perjalanan jauh disertai macetnya London pasti akan membuatnya pegal berdiri disepanjang perjalanan, belum lagi perjalanan yang akan terpotong dengan lampu merah dan juga pemberhentian bus diberbagai halte yang akan dilewatinya.
Suara decit rem menyadarkannya dari kekesalan. Apa dia kata, baru saja lima menit berjalan, bus sudah terpenggal oleh lampu lalulintas yang berubah warna. Denting logam dari depan membuat gadis itu menarik pandangannya tepat pada sepasang mata berwarna hijau bercampur biru yang membekukan suasana namun menghangatkan perasaannya.
Gadis itu melempar senyum saat ia berdiri tepat dihadapan Rose yang langsung dibalas juga dengan senyum tipis dibibir Rose yang dipoles dengan lipbalm. Tidak banyak yang terjadi sampai akhirnya gadis itu memencet tombol berhenti tepat di universitas yang menjadi tujuan Rose. Mereka turun bersamaan, berjalan beriringan dan bahkan masuk ke dalam ruangan yang sama.
"Kau mengikutiku?" tanya si gadis dengan disertai wajah tidak percaya.
Rose terkekeh dibuatnya "Memang kelasku di sini" jawabnya simple yang membuat gadis itu mengangguk sebagai respons.
Gadis itu terkekeh "Sempat kukira kau mengikutiku karena sedari tadi kau memperhatikanku" perkataan gadis itu membuat Rose menggaruk tengkuk karena canggung, ia kemudian hanya terkekeh saja sebagai balasan.
Gadis berambut blonde itu menyerahkan tangannya dan sempat membuat Rose jadi bingung dengan apa yang dilakukannya "Rosie" ujarnya tiba-tiba membuat Rose mengerti dengan uluran tangan yang diberikan si gadis.
"Rose"
Wajah Rosie yang berseri berubah menjadi terkejut dalam sepersekian detik "Wow, kita hanya berbeda satu hurup" ujarnya dibarengi dengan kekehan manis.
Tatapan Rose terpaku pada senyumnya, dimana mata hijau bercampur biru yang tertutupi bulu mata lentik, lesung pipi yang tercetak di kedua pipi, dan juga bibir merah basah yang tertarik membentuk lengkungan kesempurnaan membuat Rose melupa pada daratan.
"Rose! Apa kau baru tak mendengarkan?" ujaran disertai kekehan itu membuat Rose tersadar dari apa yang ia lakukan. Gadis itu menggeleng "Bagaimana?" tanyanya dengan tampang idiot dan polos di satu waktu yang sama.
Rosie terkekeh lembut "Kau memperlihatkanku sedari tadi. Ada yang salah dengan pakaianku.. atau bagaimana?" ujarnya dengan ekspresi heran yang tepat. Ekspresi keheranan itu dibalas ekspresi konyol "Kau? Terlihat salah? Mana mungkin! Pfff!! Jangan bercanda! Kau terlihat sempurna" balas Rose yang membuat Rosie jadi merona karenanya.
Gadis cantik itu terduduk di deretan bangku paling depan "Mau duduk bersama?" tanyanya yang langsung diangguki Rose sebagai jawaban. Pelajaran dimulai sekitar tiga puluh menit lagi, dan para mahasiswa belum menampakkan diri ke muka kelas. Sepertinya mereka terlalu terburu-buru hari ini sampai-sampai hanya ada mereka berdua di dalam ruangan. Terdiam satu sama lain tanpa ingin memulai pembicaraan.
Suara buku yang terbuka adalah satu-satunya suara yang memenuhi pendengaran mereka berdua sampai akhirnya Rosie menjatuhkan bolpoin yang sedari tadi dia putar-putar diantara jemarinya yang lentik. Rose mengambilnya dengan cekatan, membuat mereka hampir saja menyatukan tangan mereka di bawah sana dan membuat suasana menjadi canggung kembali.
"Wow, bagaimana mungkin suasana kelas sangat sepi seperti ini? Padahal ini semester baru" ujar Rose setelah ia menaruh bolpoin milik Rosie di atas meja. Rosie mengangguk setuju "Mungkin kita berangkat terlalu pagi" jawab Rosie "Atau mungkin mereka yang pamalas" balasan Rose membuat Rosie terkekeh lembut.
Gadis cantik berambut blonde itu kemudian menolehkan pandangannya pada buku Rose, ternyata gadis cantik setengah tomboy itu tengah menggambar bunga mawar di sana, meskpun gambar yang ia buat hanyalah gambar hitam putih, namun ia sangat mahir saat membubuhkan pensil pada selembar kertas yang ada di hadapannya itu.
Tanpa sadar, Rosie memperhatikan seseorang yang tengah serius dengan sketsa gambarnya. Mata hazelnya terfokus pada kertas, rahangnya sesekali berkedut seolah merasa gemas, hidung mancungnya bergerak mengeluarkan napas hangat, dan bibir tipisnya yang merah sesekali terbuka. Membuat Rosie jadi gemas ingin mengganggu.
"Apa di wajahku terdapat coretan besar? Mengapa kau memperhatikanku sampai segitunya?"
Rosie terbelalak saat ia terpergok "Kau terlihat menggemaskan saat sedang serius seperti itu" balas Rosie membuat Rose menoleh kepadanya dan mulai memasang wajah konyol yang menggelikan. Gadis cantik setengah tomboy itu menjulingkan matanya dan memonyongkan bibirnya "Bagaimana jika seperti ini. Apa kau akan tetap berkata bahwa aku menggemaskan?" ujarnya dengan wajah jelek yang ia buat-buat.
Rosie terkekeh "Kau terlihat lebih menggemaskan jika sedang seperti itu" jawaban Rosie membuat Rose menghentikan aksi konyolnya. Namun kemudian Rosie terkekeh jahil "Sama menggemaskannya dengan anak babi" lanjutnya dan mulai melepaskan tawa renyahnya ke atas udara.
Tawa gadis cantik itu menggema ke seluruh isi kelas dan membuat tawanya menyebar kepada Rose yang malah senang dikata-katai seperti itu oleh Rosie. Mereka menyebar tawa satu sama lain, saling melempar hangatnya candaan seperti mereka sudah mengenal sejak lama.
Sampai akhirnya mereka menghentikan tawanya karena terlalu lelah "Kurasa kita bisa berteman dengan baik jika seperti ini terus-menerus" celetuk Rose yang langsung dibalas anggukan setuju oleh Rosie. "Aku tidak keberatan memiliki teman sepertimu" balas Rosie dengan dibarengi senyum manis di akhir kata.
Para mahasiswa berdatangan secara berurutan sampai membuat sisa-sisa meja terisi penuh dan membuat suasana berubah menjadi hangat dan ramai. Terdengar banyak sekali tawa di dalam sana, bercampur dengan banyaknya cerita yang menggema di seluruh isi ruangan. Membuat semua orang yang di dalamnya melupa akan tujuan awal mereka mendatangi kelas.
Tidak sampai akhirnya Dosen datang dan membuat mereka menghentikan percakapan mereka. Lelaki berseragam rapi dengan perawakan tinggi berisi itu berdiri di depan kelas sambil mulai menuliskan sesuatu di atas papan tulis dengan spidol.
Brian Dominic . Ia menuliskan namanya di sana sambil lalu tersenyum "Saya di sini mengajar tentang EYD. Karena saya tidak menyukai basa-basi, silahkan perhatikan semuanya ke depan"
Pelajaran dimulai, membuat semua mahasiswa terfokus ke depan atau bahkan sesekali mencatat apa yang diucapkan Mr. Dominic untuk membuang rasa kantuk yang kentara.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Note: Follow all My social media, the link is gonna be in my profile. Please.
KAMU SEDANG MEMBACA
double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|
FanfictionRosianne Ellizabeth Spaughton baru saja masuk universitas selama beberapa hari. Tapi kenapa hidupnya bisa berubah drastis hanya karena mencintai seorang Gadis? Ew! Memikirkannya saja hampir membuat Rosie merasa mual dan ingin kencing di celana. Se...