Multimedia: Rose and Rosie.
*-----*
Stevie terdiam di sana. Tatapannya menusuk pada gadis cantik berpenampilan tomboy yang berada di balik punggung Rosie. Secara tiba-tiba, yang ditakuti oleh gadis itu menghampiri. Semua kenangan buruk yang pernah menimpanya dahulu kala kembali berputar secara otomatis di dalam kepalanya, sampai-sampai ia merasa terhuyung meskipun sebenarnya ia masih tegap berdiri.
*Flash Back ON*
Stevie terbangun dengan keadaan kedinginan karena pendingin ruangan menyala dan menubruk kulitnya tanpa terhalangi kain sehelaipun. Saat ia menemukan diri tengah telanjang sambil di peluk oleh seseorang, ia jadi tersenyum karenanya.
Tersenyum karena mengingat beberapa menit lalu ia sudah melakukan sesuatu sampai ia tidak ingat apapun yang ada di atas dunia ini.
Dan dengan itu, ia jadi melirik ke atas. Tepat pada gadis berambut brunette dengan mata hijau bercampur cokelat. Gadis itu jadi tersenyum karena mendapati satu kecupan singkat di bibirnya lantas segera merengkuh Stevie semakin dalam ke pelukannya agar gadis itu tidak merasakan usapan nakal dari udara yang semakin mendingin.
Semuanya berjalan sempurna.
Rose adalah sosok gadis yang sempurna untuk diri Stevie yang egois dan penuntut. Entah bagaimana caranya, namun seorang Rose Ellen Dix selalu saja bisa mengerti dengan apa yang Stevie butuhkan. Dan karena itu-lah Stevie mempercayainya sampai ke akar-akar.
Hubungan mereka sepanjang ini tidak pernah memiliki masalah besar, jangankan masalah yang besar, perdebatan saja hampir tidak berani untuk mengganggu mereka yang terlihat serasi itu. Rose yang lebih tua satu bulan darinya itu ternyata bisa mengatur Stevie dengan baik.
Gadis tomboy itu benar-benar bisa menjadikan Stevie seorang yang lebih baik dan terkendali daripada beberapa tahun belakangan, dan Stevie juga menyadari kebaikan itu datang dari Rose. Gadis itu seperti malaikat yang datang pada saat Stevie hampir saja terjatuh pada kubangan lumpur yang kotor, lantas menyelamatkannya dan mengasuhnya sampai ia menjadi gadis baik-baik seperti sekarang.
Namun ternyata semesta menamparnya dengan kenyataan. Rose bukan malaikat, Rose hanyalah seorang gadis yang juga bisa merasa kelelahan untuk mengatur seseorang yang pada dasarnya adalah pembangkang seperti Stevie. Rose menyerah dan justru menginggalkan Stevie dengan alasan yang tidak masuk ke dalam akal.
Disaat Stevie sudah merasa dirinya cukup baik untuk menjadi kekasih Rose, gadis itu justru menginggalkannya dengan dalih bahwa Stevie terlalu baik untuk dirinya yang bedebah.
*Flash back OF*
Stevie bahkan hampir tertawa hambar karena bayang pedih itu kembali menghantuinya setelah sekian lama tidak berani menampilkan diri karena tertutup oleh senyum seseorang yang lebih mengerti dirinya. Ternyata semesta belum cukup puas untuk mempermainkannya. Ternyata semesta masih ingin memain-mainkannya dengan takdir.
Sebuah lilitan diantara lekukan tubuhnya membuat Stevie terenyah dengan cepat dari pemikiran semesta kepadanya. Gadis cantik yang jangkung itu kemudian menyadari bahwa kekasihnya-lah yang memeluk ia dari belakang.
"Kenapa lama sekali?" pertanyaan bernada teguran namun masih disertai dengan nada suara lembut itu keluar dari bibir Sarah Crose, membuat Stevie jadi tersenyum saja karena ia malah membiarkan tamu mereka menunggu diluar rumah yang dingin.
Rose melangkah mendekat "Maaf telah membuat kalian menunggu"
Sarah melirik lantas melemparkan senyuman "Oh, pantas saja Stevie malah melamun di sini. Ternyata disuguhi perempuan cantik eh?" goda Sarah yang membuat Stevie menggeleng dan merengkuh pipi tegas gadis itu untuk ia berikan kecupan.
Saat Rosie mendekat dan menampakkan diri dihadapan Sarah, gadis tomboy itu tersenyum dan memberikan wink kecil sebagai bentuk godaan "Bukannya kau sempat menubruk bahuku di lorong kelas?"
Pertanyaan itu membuat Rosie mengangkat kepala dan menubrukkan iris matanya dengan tatapan mata Sarah yang mematikan. Tatapan mata birunya yang seolah bisa menarik siapa saja untuk terjatuh di dalamnya, bahkan termasuh Rosie sendiri.
"Helo?"
"Rosie?"
"Rosie?!"
"ROSIE!!!"
Gadis itu mengerjap kaget saat mendengar dengungan di dalam gendang telinganya. Setelah mengontrol diri, akhirnya Rosie melemparkan senyuman "Oh, terimakasih untuk menolongku saat itu." Perkataan terimakasih itu hanya dibalas senyuman oleh Sarah.
Kemudian, gadis tomboy yang selalu saja mengikat rambutnya ke belakang itu menarik tangan kanannya menuju daun pintu "Kalau begitu, tunggu apa lagi? Mari masuk!" ujarnya dengan nada ramah disertai senyum manis yang tipis terpahat di bibirnya.
Saat Rosie melangkah mendekat pada pintu, yang terjadi disampingnya justru membuat Rosie tersentak. Karena ia bisa mendapati kalau Rose sudah masuk pintu lebih dahulu dibanding dirinya sendiri. Rosie bahkan hampir terkekeh pada kelakuan konyol yang sedang dilakukan oleh Rose.
Belum sempat Rose melangkah lebih jauh menuju dalam rumah Stevie, Rosie merengkuh pergelangan tangan milik Rose. Menggenggamnya sekeras mungkin sampai membuat Rose melirik dengan tatapan heran karena Rosie sedang menggeram kepadanya. "Jangan pernah mengganggu dia lagi"
Mendengar ancaman itu keluar dari bibir Rosie bukan membuat Rose ingin hengkang dari samping Stevie bahkan gadis tomboy itu semakin semangat mendekat pada meja makan yang sudah diisi dengan berbagai makanan.
Di sana, sudah terduduk nenek Stevie dan juga Clay. Sisa dari keluarga mereka yang setidaknya menaruh peduli kepada Stevie dan juga Clay. Rose bahkan mendecak saat melihat keluarga cacat ini. Pada dasarnya, Ayah dan Ibu Stevie sudah pergi karena kecelakaan mobil beberapa tahun kebelakang. Tepat pada saat Rose telah menjadi kekasih Stevie untuk setengah tahun.
Saat melihat Gwen mengangkat pandangan pada Rose, nenek tua itu mengangkat tangan untuk meminta sebuah pelukan yang mana membuat hati Rose menghangat karena nenek Stevie masih saja mengingat dirinya dan bahkan masih saja ingin memeluknya meskipun Rose telah menghancurkan cucunya beberapa tahun yang lalu.
Rose mendekat mengambil langkah lembut untuk memeluk Gwen, dan perempuan senja itu kemudian terisak saat tangan-tangan Rose membungkus pundaknya yang sudah semakin melemah. Membuat Stevie dan Clay jadi tidak ingin untuk mengusir Rose dari kediaman mereka.
"Nenek merindukanmu sayang. Kemana saja kamu belakangan ini?"
Dengan itu, Stevie beranjak. Hatinya tidak terima saat Rose bisa berhasil masuk ke dalam pelukan Gwen dengan mudah –bahkan meskipun gadis tomboy itu sudah melukai Stevie, disaat neneknya itu tidak menerima kedatangan Sarah sama sekali disisinya.
Neneknya bahkan sudah tahu kalau Sarah hanya memberikan cintanya karena merasa kasihan pada Stevie. Ia sudah hafal kalau sebenarnya Sarah tidak pernah benar-benar mencintai cucunya. Hal yang membuat Stevie jadi terpikirkan untuk kembali ke pelukan Rose, karena jika saja ia boleh jujur kepada semesta yang selalu mempermainkannya, ia masih merindukan Rose.
Merindukan semua yang ada pada diri gadis tomboy berparas cantik itu. Ia ingin kembali terbangun disamping gadis itu, dengan keadaan telanjang dan terpapar sinar matahari yang menghangatkan. Ia ingin tertidur disamping gadis itu, dengan keadaan terbalut selimut tebal dan terhangati perapian disaat salju membuat mereka kedinginan. Ia luput, ia benar-benar merindukan semua yang ada pada gadis itu.
Bisakah ia mengembalikan semua masa-masa itu?
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Note: Follow all My social media, the link is gonna be in my profile. Please.
KAMU SEDANG MEMBACA
double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|
FanfictionRosianne Ellizabeth Spaughton baru saja masuk universitas selama beberapa hari. Tapi kenapa hidupnya bisa berubah drastis hanya karena mencintai seorang Gadis? Ew! Memikirkannya saja hampir membuat Rosie merasa mual dan ingin kencing di celana. Se...