Multimedia: Rose, Rosie and Stevie.
*-----*
Rose terpejam saat Ia merasakan kehangatan juga kemanisan bibir Stevie yang menempel di bibirnya. Mereka tidak bergerak. Mereka tidak saling memautkan bibir. Mereka hanya terdiam sambil menikmati bibir mereka yang hanya bersentuhan satu sama lain.
Suara burung yang berkicauan di luar kamar tidak menganggu kegiatan mereka, bahkan sinar mentari pun kembali bersembunyi karena malu melihat cahaya yang lebih terang dari senyum yang kini terukir diantara bibir Stevie dan juga bibir Rose yang tadi menyatu.
"Terimakasih"
Stevie mengerjap saat Ia mendengar ucapan lembut Rose di kedua gendang telinganya. Ia menarik napas dalam-dalam, menegapkan tubuh, lantas berdiri diantara kedua kakinya. "Jangan berterimakasih karena Aku menciummu, Rose."
Rose terkekeh lembut, kekehan yang terdengar merdu di kedua pasang telinga milik Stevie namun terdengar menyebalkan di satu waktu yang bersamaan. Saat Stevie melihat Rose menyunggingkan bibir, Stevie berbalik memunggunginya untuk sesaat "Aku berterimakasih karena Kau menjagaku, bukan karena kita menempelkan bibir"
Mendengar itu, Stevie jadi kembali membalikkan badannya hanya untuk melihat kalau Rose sedang merapikan tempat tidur yang semalaman Ia kenakan. Stevie jadi mengernyit karena heran "Kau pergi?" nada cemas masih terdengar jelas diantara pertanyaan yang dilemparkan oleh Stevie, membuat Rose jadi menahan tangannya untuk melipat selimut.
Melirik tidak pasti, Rose mendapati tatapan keheranan dilemparkan oleh Stevie kepadanya, membuat Ia terpaksa jadi harus menjawab pertanyaan itu "Ada apa dengan nadamu itu? Kau ingin Aku untuk menetap disini dan menjadi benalu?" ekspresi Rose terlihat bingung sungguhan sampai Stevie jadi curiga kalau gadis tomboy itu berguru untuk acting kepada seseorang.
"Aku bukan ingin Kau menjadi benalu, tapi Kau sakit" sekarang, nada yang dikeluarkan Stevie membuat Rose jadi curiga kalau gadis cantik itu masih mencintainya. Karena jika saja kalian bisa mendengar, Stevie bukan hanya memberikan nada memohon kepada Rose, melainkan juga nada kasih sayang dan juga dengan lagat-lagat anak kecil mem-pout di ujung kata.
Rose kembali mendudukkan bokongnya di atas kasur empuk milik Stevie, Ia menyampirkan jaketnya agar tidak kedinginan lantas menatap heran pada Stevie "Bukankah malam ini Kita akan berjumpa kembali di 'malamnya para gadis' dengan teman-temanmu yang lain?"
Pertanyaan yang dilemparkan oleh Rose membuat Stevie membulatkan bibir dan ber-ooh karena mengerti "Jadi, Kita bertemu lagi malam ini?" Rose mengangguk yakin seraya mulai berdiri "Jangan lupa bawa gadismu agar Aku tenang Kau tidak akan mengacaukan hubungan teman-temanku yang lain"
Rose hanya terkekeh saja membiarkan perkataan Stevie memantul-mantul diantara gendang telinganya. Rose bahkan sudah tidak perduli lagi, Ia yakin betul kalau Rosie tidak akan sudi utuk ikut dengannya bertemu dengan teman-teman mantan kekasihnya yang sekaligus teman-teman adik dari pacarnya. Rose hanya bisa menggumam tidak jelas saja dengan pikirannya yang melayang entah kemana di sepanjang perjalanan.
*--*
Saat sampai di rumahnya, Rose bisa melihat kalau tumbuhan di pekarangan depannya membutuhkan perawatan, jadi gadis itu bergegas untuk membawa gunting rumput dan juga sepasang sarung tangan untuk membereskan semua kekacauan didepan rumahnya.
Gadis tomboy itu sedikit bersenandung saat Ia sedang memotong rumput Jepang yang sudah melebihi mata kakinya sendiri, menyanyikan lagu milik Adele yang bertajuk someone like you. Sesekali, gadis itu merapikan rambutnya yang tidak terikat dan mulai menggelitiki hidung mancungnya karena angin-angin membuatnya berterbangan kesana.
Mata emerald milik Rose kemudian terpaku pada bunga tulip putih yang tertanam menghiasi pekarangan rumahnya. Saat Ia menanam itu, Ia selalu teringat akan Stevie. Adalah gadis cantik itu yang terus-terusan mengidamkan bunga tulip di pekarangan rumah, adalah gadis itu yang selalu meminta Rose untuk mengganti bunga mawar koleksinya dengan bunga tulip. Karena Stevie selalu saja syirik dengan Rose.
Bunga mawar adalah Rose. Dan Stevie selalu ingin ada bunga yang memiliki nama serupa dengan dirinya. Biarpun Stevie harus berkecewa hati karena Ia tidak bisa menemukan satu kuncup-pun bunga yang memiliki nama serupa dengan dirinya, gadis itu menemukan tulip sebagai definisi dirinya.
Tulip adalah bunga kasih sayang, menunjukkan ketenangan, menunjukkan cinta, menunjukkan kefeminiman, menunjukkan ke-elokan, menunjukkan keluguan, menunjukkan ketegaran, menunjukkan segala hal yang ada pada diri Stevie.
"ROSE DIX!!!!!"
Rose melonjak kaget sampai gadis itu hampir terjengkang dan jatuh diatas rumput yang masih berserakan karena belum Ia sapu. Saat Ia menatap ke atas, cahaya matahari menghalangi penampakan sosok seorang gadis di hadapannya.
Meskipun begitu, Rose tahu betul sosok yang berada didepannya adalah Rosie, Ia bahkan sudah mengenal dari harum yang dikeluarkan oleh gadis itu. "Ya?"
Saat Rose berdiri, Ia bisa melihat kalau rona wajah Rosie sudah kembali. Kedua mata gadis itu juga sudah menunjukkan kalau Ia sudah kembali pulih dari insiden keracunannya, maka dari itu Rose mendekat "Ada apa? Tumben sekali Kau mendatangi rumahku?"
Rosie mengernyit "Aku sedang lari pagi, dan secara kebetulan Kau sedang berada di pekarangan rumahmu." Rosie menyengir dari telinga ke telinga sebelum melanjutkan "Karena Aku adalah tetangga yang baik, maka dari itu Aku memutuskan untuk menyapamu"
Perkataan Rosie dibalas kekehan lembut dari Rose "Kau sudah terlihat membaik"
Rosie memiringkan kepala ke satu sisi "Kalau Aku terlihat membaik, lantas kenapa Kau terlihat buruk seperti itu? Apa Kau juga mengalami insiden keracunan?" bukannya membalas pertanyaan, Rose malah mendekat sampai menubruk pagar agar gadis tomboy itu bisa lebih dekat dengan Rosie.
Melihat pergerakan Rose sedikit berubah dan terkesan aneh, Rosie mundur dua langkah dan membuat Rose jadi melompati pagar kecilnya agar Ia semakin mendekat ke arah Rosie. "Rose apa yang Kau lakukan?"
Rose menggeleng sebagai jawaban "Jangan bergerak" ucap gadis tomboy itu dengan nada tenang yang menghipnotis.
Sepertinya nada yang digunakan oleh Rose berhasil membuat Rosie jadi terkena sihirnya. Rosie tidak bisa bergerak lagi meskipun jarak Rose hanya tersisa beberpa senti saja dari dirinya. Sampai akhirnya kening mereka bersatu.
Rosie terpejam erat karena degup jantungnya tiba-tiba saja menari tidak karuan, dan saat gadis berrambut blonde itu merasakan ada ibu jari mengusap pipinya, Ia seolah meleleh. Kaki-kaki jenjangnya tidak sanggup untuk menopang berat badannya sendiri.
Rosie ingin berteriak dalam setiap sentuhan tangan Rose. Karena sentuhan tangan itu menghasilkan listrik statis yang merambat perlahan ke setiap sel dari tubuhnya. "Aku bersyukur Kau membaik" dan dengan itu, Rose berhasil membuat kedua kelpoak mata Rosie terbuka.
Membiarkan Ia menatap Rose dalam jarak dekat yang membuat Ia ingin menghentikan waktu kalau memang Ia adalah Tuhan yang mampu.
Rose mengambil langkah mundur, menjauhkan wajah mereka agar Ia bisa menatap pasti pada wajah Rosie yang terlihat bersemu merah "Malam ini Aku akan pergi bersama teman-teman gadisku. Kau ingin bergabung?"
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Note: Follow all My social media. The link is gonna be in my profile. Please. ppppp
KAMU SEDANG MEMBACA
double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|
FanfictionRosianne Ellizabeth Spaughton baru saja masuk universitas selama beberapa hari. Tapi kenapa hidupnya bisa berubah drastis hanya karena mencintai seorang Gadis? Ew! Memikirkannya saja hampir membuat Rosie merasa mual dan ingin kencing di celana. Se...