Multimedia: Rose, Rosie, Shannon Nicole Beveridge and Camden Mary Alyse Scott.
*-----*
Rosie menggeleng, namun bukan terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh Rose, melainkan kepada sosok gadis yang berada didepannya. Rosie tidak pernah melihat Rose pergi bersama teman-teman gadisnya, karena Rosie tahu betul kalau Rose adalah orang yang susah percaya kepada siapapun.
Rose hampir tidak memiliki satu orang-pun teman karena gadis tomboy itu tidak membiarkan seseorang untuk mendekati dirinya. Rose benar-benar serupa dengan bunga mawar. Cantik, namun memiliki banyak duri.
Siapapun yang berada disekitarnya harus siap untuk terluka.
Jadi, biarpun Rosie tergiur untuk ikut bergabung dengan teman-teman Rose, gadis cantik berrambut blonde itu tetap saja mengerutkan kening sambil mendekat "Kau mengajakku untuk ikut bermain dengan teman-teman gadismu?"
Rose mengangguk pasti sebagai jawaban, dan hal itu membuat Rosie jadi semakin mengerutkan keningnya karena Ia bisa melihat kalau Rose ternyata serius dengan semua ucapannya tadi "Sejak kapan Kau memiliki teman gadis?"
Senyum Rose yang merekah hilang seketika saat Ia mendengar pertanyaan muntahan itu keluar begitu mudahnya dari bibir tipis milik Rosie "Kau hanya tidak tahu kalau Aku memiliki teman gadis" ujar Rose tanpa mengubah ekspresi datarnya.
"Bukankah teman-teman gadismu berakhir menjadi mantan pacarmu?"
Menarik napas dalam-dalam, Rose berusaha untuk tidak menjitak kepala Rosie karena sekarang gadis tomboy itu merasakan kalau Rosie sendang menguji kesabarannya. Alih-alih menjitak kepala Rosie, gadis tomboy itu justru mengambil sapu lidi dan mulai membereskan sisa-sisa rumput yang masih berantakan disana-sini.
"Biarpun mereka mantan kekasihku, setidaknya mereka masih menyayangiku dan mengajakku bermain bersama mereka. Dan bukannya meracuniku seperti yang dilakukan kekasihmu"
Fuck! Rose meruntuk didalam hati saat gadis tomboy itu bisa melihat kalau Rosie sedang menampakkan wajah tidak percaya kepada Rose, dan itu membuat Rose merasa bersalah sampai akhirnya Ia menambahkan "Jika Kau tidak ingin pergi denganku malam ini, Aku masih bisa pergi sendiri. Mungkin Aku akan menemukan kencanku disana? Siapa tahu?" ujar gadis itu seraya mengangkat bahu di akhir kata.
"Siapa yang menolak?" ucapan Rosie berhasil membuat titik fokus pandangan Rose tumpah terhadap gadis cantik itu "Aku akan pergi bersamamu malam ini, tapi Kau harus menjemputku. Setuju?"
Rose masih kelimpungan saat Ia mendegar penawaran itu, namun Ia berhasil mengangguk dan menjawab pertanyaan Rosie. Dan dengan anggukan itu, Rosie pergi untuk melanjutkan lagi kegiatan lari paginya yang sempat terganggu.
*-08:30 PM-*
Rose melihat pantulan dirinya dari kaca yang menempel indah di samping lemarinya. Sebenarnya Ia gugup untuk bertemu dengan teman-teman Stevie yang notabene belum pernah Ia lihat sebelumnya, dan yang membuat Ia merasa lebih gugup adalah kencannya kali ini.
Rose takut kalau Ia akan mengacaukan acara hangout mereka dengan bertindak bodoh atau ceroboh. Rose tidak ingin melukai Rosie karena Rose tahu betul kalau gadis cantik itu sangat berharga. Rose harus benar-benar menjaga diri agar Ia tidak bersifat bodoh.
Dengan itu, Rose mengambil gadgetnya lantas menghubungi Rosie lewat pesan singkat, menanyakan apakah gadis cantik itu sudah siap dengan acara dandannya yang tentunya membutuhkan waktu lebih lama daripada Rose sendiri.
'Hey nona? Sudah siap untuk berangkat?' Rose menunggu sambil memasangkan tali sepatu putihnya yang sudah mulai terlihat ke abu-abuan karena sudah cukup tua. Sesekali, gadis tomboy itu melihat dandanannya yang terlihat lebih mascoolin daripada biasanya.
Kali ini, Ros mengenakan t-shirt berwarna putih tulang lantas melapisinya dengan sweatshirt warna abu-abu tua kemudian menyatukannya dengan jeans berwarna hitam dan membiarkan rambutnya tergerai begitu saja.
Gadgetnya bergetar di atas meja rias menampilkan pesan singkat yang diterimanya dari Stevie 'Teman-temanku sudah sampai di tempat. Kau jadi ikut atau tidak?' saat Rose membaca pesan singkat itu, Ia jadi meragu untuk bertemu dengan teman-teman Stevie. Maksudnya, mengapa Ia harus bermain bersama gadis-gadis lain sementara Ia bisa saja untuk berduaan dengan Rosie?
Tapi kemudian Ia menampar otaknya dan membalas pesan Stevie 'Tentu saja Aku ikut, cantik! Bagaimana mungkin Aku bisa menolak untuk bermain dengan gadis sepertimu ? 😏' Rose ikut-ikutan terkekeh karena gombalannya yang menjijikan.
Terdiam sesaat akhirnya Rose memutuskan untuk segera pergi menjemput Rosie, Ia beralan perlahan menyusuri trotoar ramai yang banyak terhiasi dengan pepohonan. Sesekali, gadis tomboy itu membenarkan rambutnya yang tertiup angin malam sampai akhirnya Ia sampai di kediaman Saughton.
Menarik napas dalam-dalam, Rose kemudian membuka pintu pagar dan berjalan melewati taman kecil yang banyak terhiasi dengan bunga matahari dan juga kaktus-kaktus kecil. Gadis tomboy itu segera saja menekan bel dan membiarkan suaranya menggema disekitar gendang telinganya.
Terdengar langkah mendekat dan kemudian pintu terbuka menampakkan seorang lelaki berperawakan tinggi besar dengan senyum ramah menyapanya "Oh hay!" lelaki itu berucap dengan nada ramah "Teman Rosie?" ujarnya kemudian masih dengan senyum yang serupa
"Mr. Spaughton, perkenalkan namaku Rose danAaku memiliki beberapa kelas yang sama dengan putrimu" Rose menyerahkan tangannya dengan disertai senyum manis membuat senyum itu kembali dilemparkan oleh Mr. Spaughton "Ah! Kau gadis yang selalu diceritakan putriku rupanya"
"Ayah!" teriakan itu mengintrupsi Mr. Spaughton untuk angkat bicara dan saat Mereka menoleh ke arah yang sama, Mereka bisa melihat tampang Rosie sedang memerah karena malu "Ada apa Kau ini?" Mr. Spaughton justru hanya melemparkan tawa jenaka kepada putrinya yang cemberut habis-habisan.
Rosie menghampiri Rose dan segera menarik gadis tomboy itu menjauh dari Ayahnya yang tiba-tiba saja berubah menjadi menyebalkan "Jangan dengarkan Dia" ujar Rosie seraya membawa Rose pergi secepat mungkin dari kediamannya.
Mereka berjalan bersama menuju halte bus terdekat lantas menunggu disana dalam diam. Menikmati setiap detik yang mereka lewati sambil saling menggenggam jemari dan melemparkan senyum satu sama lain.
"Kau tahu? Hubunganku sudah berakhir dengan Clay"
Punggung Rose menegak secepat kilat saat Ia mendengar pemberitahuan itu, membuat gadis tomboy itu jadi melirik pada Rosie yang tengah memainkan jemarinya dengan tenang "Bagaimana mungkin Kau bisa mengakhiri hubungan dengan Clay?"
Rose mendonggak, menubrukkan mata mereka yang terlihat memiliki warna serupa karena gelapnya malam "Kurasa, kejadian kemarin membuktikan bahwa Kita memang harus benar-benar mengakhiri hubungan Kita." Ujar Rosie dengan nada lemah.
Nada yang digunakan Rosie membuat Rose mengangkat jemarinya untuk membelai pipi Rosie yang chubby "Aku ada disini. Biarpun Kau sudah kehilangan Dia, Aku akan tetap disini. Bahkan meskipun Kau memiliki kekasih yang lain, Aku akan tetap disini"
Rosie menggeleng dan menempelkan pipinya lebih rapat pada tangan Rose yang lembut dan hangat "Aku tidak menginginkan apa-apa kali ini" ujarnya sambil memejamkan mata karena Rose mengusap pipinya dengan ibu jari
Rose tersenyum saja saat melihat Rosie merasakan kenyamanan yang Ia berusaha berikan kepadanya, "Lantas, apa yang Kau inginkan?"
"Kau"
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Note: Follow all My social media. The link is gonna be in my profile. Please. ppppp
KAMU SEDANG MEMBACA
double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|
FanfictionRosianne Ellizabeth Spaughton baru saja masuk universitas selama beberapa hari. Tapi kenapa hidupnya bisa berubah drastis hanya karena mencintai seorang Gadis? Ew! Memikirkannya saja hampir membuat Rosie merasa mual dan ingin kencing di celana. Se...