Double R - Kesebelas

2.7K 117 0
                                    

Multimedia: Stevie Leigh Boebi

*-----*

"Aku tidak tahu harus berkata apa padamu, tapi terimakasih"

Senyum Stevie terpahat jelas diantara bibir tipisnya yang terlihat merah dan basah, membuat Rose ikut melemparkan senyum yang sama bahkan meskipun gadis itu merasakan kalau bibirnya perih karena kering.

Suasana berubah menjadi diam dalam seketika, bukan diam dalam artian tidak nyaman melainkan diam yang berarti suasana hangat di dalam hati, ditemani dengan senyum yang terpahat diantara kedua insan yang membuat dinding-dinding kamar seolah meleleh karena senyum yang sama-sama terpahat di keduanya.

Setelah seberapa lama mereka terdiam dalam situasi menenangkan, Stevie membuka bibir "Jadi, kau menaksir pacar kakakku eh?" pertanyaan yang dilemparkan dengan nada jenaka itu membuat Rose melempar senyum kecil karenanya.

Melirik pada kaca yang tertempel di dinding tepat bersampingan dengan lemari yang tersembunyi di balik tembok, gadis tomboy itu baru menyadari kalau ternyata penampilannya terlihat sangat mengerikan, dengan kantung mata tebal, bibir kering dan juga rambut berantakan tidak terikat.

Setelah menyadari kalau penampilannya terlihat seperti hantu none Belanda, gadis tomboy berambut brunette itu kemudian membenarkan ikatan rambutnya agar ia terlihat lebih baik. Setelahnya, Rose kembali melemparkan pandangan kepada Stevie, membuat iris emerald nya ditubrukkan kepada mata Stevie yang memiliki warna cokelat.

Terkekeh sedikit, Rose kemudian menyingkapkan selimutnya untuk merasakan udara dingin "Ya, kupikir aku tertarik padanya" jawab gadis itu dan menggigil setelah merasakan kalau udara di dalam ruangan semakin mendingin.

Stevie mengulurkan tangan untuk menutup tubuh Rose dengan selimut, setelahnya gadis itu beranjak untuk mengambil selimut lain dari dalam lemari "Seleramu memang tidak pernah main-main" celetuk Stevie membuat gadis yang terdampar di atas kasur Stevie jadi menggaruk tengkuk karena gugup.

Meskipun Rose gugup secara tiba-tiba entah karena apa, ia tetap berusaha melemparkan candaan agar atmosfir diantara mereka tidak akan berubah menjadi lebih canggung lagi dari sekarang "Yeah, setidaknya aku harus memiliki gadis yang lebih cantik dari mantan kekasihku dulu"

Jawaban Rose membuat Stevie jadi melemparkan tawa menggelegar yang mengiang-ngiang di atas kepala Rose "Nice Rose. Dia memang lebih cantik dariku" Rose menggleng, bukan tidak setuju dengan pernyataan Stevie, melainkan karena pernyataan gadis itu sedikit meleset "Kau mengira kalau mantan kekasihku hanya kau?" pertanyaan itu dilemparkan dengan nada yang hanya digunakan oleh seorang bajingan untuk menggoda membuat Stevie jadi semakin mengeluarkan tawanya yang memantul-mantul diantara dinding yang dingin.

"Jadi, kau mngencani banyak wanita setelah bersamaku Rose?" belum sempat Rose menjawab Stevie lebih dulu menginterupsi dengan mengucapkan hinaannya lebih dulu "Sudah ku duga! Aku bahkan hampir lupa kalau kau adalah pemain wanita jika saja kau tidak mengingatkanku dengan perkataanmu"

Bagaikan memenangkan lotere satu miliar rupiah, Stevie menunggingkan senyum liciknya dengan telak membuat Rose jadi semakin merasakan ketidaknyamanan ruangan ini yang seolah olah meneriakinya dengan semua cela yang memang pantas ka dapatkan.

"Dengar, aku tahu kau membenciku karena permasalahan kita dahulu. Tapi kupikir tidak ada salahnya membuka lembaran baru. Bagaimana kalau kita mulai dari hubungan sebagai teman?" Rose memasang senyum manis andalannya, membuat Stevie tidak bisa menolak namun juga enggan menerima disaat yang bersamaan.

Mengerti dengan sifat keras kepala yang ada pada diri Stevie, Rose menambahkan "Lagipula, aku yakin kau tidak ingin terus-terusan mengisi kepalamu dengan duka masalalu. Aku tahu kau sekarang sudah bahagia dengan Sarah, jadi kau tidak perlu berbalas dendam pada masalalumu kan?"

Tertangkap sudah.

Itu dia yang selalu dipikirkan oleh Stevie! Bagaimana mungkin Rose bisa memiliki jalur pikiran yang serupa dengan dirinya? Bagaimana mungkin Rose bisa tahu kalau Stevie sudah lelah dengan masalalunya?

Sentuhan hangat di atas punggung tangannya membuat gadis cantik berambut hitam dengan polesan warna merah di ujungnya itu tersadar hanya untuk mendapati tangan Rose mendarat di atasnya, membuat Stevie jadi ingin teriak karena jantungnya berpacu cepat seperti sedang menaiki motor GP di arena balap.

Stevie bisa merasakan suhu panas Rose di tangannya, namun ia tidak peduli. Yang ia pedulikan saat ini hanyalah tatapan mata itu. Tatapan mata redup yang membuat jiwanya menghangat dan ingin tersenyum karenanya. "Kumohon, aku tidak ingin bermusuhan denganmu"

Hati Stevie meleleh dibuatnya. Dengan senyum manis terukir di bibir, mata redup yang menatapnya dengan sungguh-sungguh dan lagi dengan usapan lembut di atas punggung tangannya. Membuat Stevie mau tidak mau jadi mengangguk karenanya.

Membukakan kata maaf bagi seluruh kebodohan Rose di masa lalu mereka, lantas membuka lembaran baru dengan menerima gadis tomboy itu sebagai temannya. Stevie menarik napas panjang dari hidung mancungnya, membuat punggungnya jadi tegap karena penarikan napas yang ia lakukan.

"Terimakasih"

Dan dengan itu, hangatnya pelukan Rose membalut kulit Stevie yang putih. Membiarkan seluruh perasaan hangat itu menerpa pori-porinya, menyapa kulitnya dan membuat dersiran darah di dalam tubuhnya jadi meningkat cepat, terpompa oleh jantung yang hampir meledak karena perasaan itu kembali menghampiri denyut nadinya.

Perasaan yang membuat Stevie tersenyum namun juga menggeleng disaat yang bersamaan. Stevie tahu kalau ia masih memiliki perasaan kasih sayang kepada Rose. Namun gadis cantik itu hanya membiarkan rasa sayang itu menjadi perasaan sayang kepada sahabat, kepada seorang kakak, dan bukan kepada seorang gadis seperti apa yang pernah ia lakukan beberapa tahun kebelakang.

Pelukan mereka terpisah, menyisakan senyum-senyum tanda memaafkan dan melupakan. Membuat semua luka pada masa lalu mereka terenyah malu karena senyum itu masih bisa terukir jelas diantara keduanya bahkan meskipun mereka sudah tidak bersama.

"Jadi, kau membutuhkan bantuanku untuk memisahkan Rosie dari Clay?"

Rose mengernyit heran dengan senyum menungging yang tercetak jelas di ekspresi Stevie yang tidak bisa diartikan. Membuat Stevie jadi tertawa karena gadis cantik itu bisa melihat ekspresi tidak mengerti dari tatapan mata Rose kepadanya.

Stevie terkekeh "Oh ayolah! Lagipula aku tahu kalau Clay tidak mencintai Rosie!" perkataan yang membuat Rose semakin dalam mengerutkan kening "Oh C'mon! Kau membutuhkan bantuanku atau tidak?" Rose masih tidak yakin, namun gadis itu mengangguk mengiyakan membuat Stevie jadi semakin menampilkan ekspresi yang tidak bisa dibaca oleh kepala Rose.

"Hal pertama yang harus kau lakukan adalah mengacaukan perasaan Rosie agar gadis itu berpaling kepadamu. Dan aku tahu kau sudah ahli dalam hal itu" Rose tidak bisa tidak tertawa saat gadis itu melihat Stevie menggulingkan kedua bola matanya ke belakang saat ia mengatakan akhir kalimatnya.

Meskipun Rose tertawa dengan tingkah Stevie barusan, gadis itu tetap memperhatikan Stevie yang sedang mengerutkan kening seolah-olah menandakan kalau mereka sedang berada di dalam percakapan serius "Pastikan kalau Rosie memiliki banyak waktu bersamamu. Buat dia terus-terusan berada disekitarmu. Karena aku tahu kau adalah parasit, jadi aku tidak akan mengkhawatirkan yang satu itu" kali ini Rose yang menggulingkan bola matanya sampai kebelakang.

"Siap untuk mengacaukan kencan mereka?"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Follow all My social media. The link is gonna be in my profile. Please.

double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang