Double R - keenambelas

2K 92 3
                                    

Multimedia: Rose, Shannon, Cammie and Rosie.

*-----*


          Rosie berteriak saat gadis itu meliat seorang tokoh gadis berrambut brunette didalam film melemparkan pisau lipat pada seorang wanita yang sedang mencoba merintis kode untuk meluncurkan bom, pisaunya menancap pada bagian punggung tangan wanita berrambut blonde itu dengan menyisakan darah yang bercucuran dimana-mana dan Rosie sampai menggigit bahu Rose karena gadis cantik itu tidak ingin berteriak untuk ke dua kalinya dan di pelototi oleh penonton yang merasa terganggu.

Bersembunyi di balik rambut Rose yang beraroma bunga mawar, Rosie sesekali mengintip karena penasaran dengan jalan cerita yang akan dilalui oleh si gadis brunette. Bahkan meskipun Rose sudah mengusap-usap lengan Rosie dengan tekstur menenangkan, gadis berrambut blonde itu justru semakin betah mengumpet dibalik rambut lebat Rose.

"Kau ingin pergi ke toilet?" bisik Rose diantara kegiatannya menenangkan Rosie karena adegan di layar depan sudah menunjukkan adegan saling membunuh. Rosie hanya mengangguk dibalik untaian rambut Rose dan itu membuat keduanya langsung saja beranjak dari tempat duduk, meninggalkan Stevie dan Sarah yang sedang anteng menonton begitu pula dengan Shannon dan Cammie yang tampaknya menikmati acara nonton mereka saat ini.

Berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara, Rose menuntun Rosie didalam genggaman tangannya dengan lembut. Mereka tidak membiarkan diri terlalu lama berjalan karena tidak ingin menghalangi penonton yang sedang asyik menonton namun juga tidak terlalu cepat karena tidak ingin menimbulkan suara derap langkah yang tentunya sama saja mengganggu konsentrasi para penonton.

Saat terangnya lampu menyinari wajah Rosie, Rose baru sadar kalau ternyata gadis cantik itu terlihat pucat dan ketakutan sampai sesekali menggigit bibir bawahnya yang terlihat memerah. Rose jadi tidak tega, gadis tomboy itu segera saja menempelkan tangan basahnya pada wajah Rosie dengan lembut sambil tidak lupa menepuk-nepuk pipi gadis itu hanya untuk menyadarkan Rosie jika saja gadis itu masih terus-terusan teringat dengan adegan dari layar besar yang mereka tonton tadi.

"Kau baik-baik saja?"

Rosie menggeleng sebagai jawaban lantas segera berlari ke toilet hanya untuk mengeluarkan isi perutnya. Gadis itu berjongkok di hadapan kloset demi memuntahkan semua makan malamnya yang baru saja dicerna olehnya.

Sesekali, gadis feminism itu mengerang karena perasaan lega itu akhirnya sampai juga pada dirinya. meskipun sebenarnya Rosie merasa lemas karena semua makan malam mahalnya keluar sia-sia, gadis itu tetap berdiri diantara kedua kakinya karena Ia merasa kalau semua yang menghalangi napasnya sedari tadi sudah hilang tanpa bekas.

Rose terlihat menampakkan wajah cemas dan Rosie hampir saja tertawa karena sekarang Rose lah yang justru terlihat pucat pasi. "Kau baik-baik saja?" pertanyaan yang sempat dilemparkan Rose kepada Rosie justru kembali dilemparkan gadis itu kepadanya dan hal itu tentunya membuat Rose jadi membalikkan badan hanya untuk melihat bayangan wajahnya di cermin. Wajah pucat Rose dapat terlihat jelas di pantulan cermin itu, dan itu menandakan kalau Ia juga merasa tidak benar-benar baik-baik saja.

Rosie mendekat seraya menyentuh kening Rose yang terasa sedikit hangat. Kenyataan yang tentunya membuat Rosie jadi terkekeh lembut karena keadaan berbalik serratus delapan puluh derajat sekarang. Karena jika saja tadi Rosie yang merasa mual dan pusing saat melihat adegan pembunuhan di layar lebar dan Rose baik-baik saja –dan justru menikmati adegan tersebut, maka sekarang Rose lah yang terlihat mual dan pusing.

"Kau ingin Kita pulang?"

Pertanyaan itu membuat Rose tersadar dari pandangan kosongnya, Ia kemudian melirik Rosie dan mendekat pada gadis itu. Menempelkan kening mereka sampai akhirnya Rose menutup jarak yang ada diantara mereka.


*-----*


          "Hot cocholate dan brownies cokelatnya empat ditambah hot teanya dua?" seorang waiters baru saja mengulangi pesanan yang tadi disampaikan oleh Sarah dan gadis tomboy itu mengangguk mengiyakan. "Terimakasih" ujar Sarah sebelum waiters itu pergi dari meja mereka berenam.

Sepeninggal waiters itu, keenamnya langsung sibuk dengan gadget masing-masing. Kalau Sarah sedang memeriksa email dari pekerjaan sampingannya, maka Stevie sedang sibuk merekam kegiatan mereka untuk memasukkannya ke Instagram stories. Lain halnya dengan Shannon dan Cammie yang sedang sibuk dengan bisnis mereka pribadi soal beberapa accessories yang mereka jual secara online dan lain halnya dengan Rose yang tengah sibuk membaca comic di gadgetnya dan juga dengan Rosie yang tengah anteng melihat-lihat barang-barang lucu untuk dibelinya.

"Bangsat!" umpatan itu keluar dari mulut Sarah yang membuat Stevie terlonjak dari tempat duduknya karena terkejut. Sebelumnya Stevie tidak pernah mendengar gadis tomboy itu mengumpat di tempat umum, dan sekarang gadis itu justru mengatakan umpatannya keras-keras sampai membuat beberapa orang di dekat meja mereka melirik.

Sarah hanya tersenyum meminta maaf pada orang-orang yang tengah menatapnya dengan tatapan mencela sampai akhirnya Ia teringat dengan hal yang membuatnya mengumpat tadi, menatap malas pada layar gadgetnya Sarah kemudian berkata dengan nada menyesal "Pusat film tempatku bekerja membutuhkan Aku beberapa puluh menit lagi. Aku harus pergi. Maafkan Aku"

Pekerjaan Sarah yang memang tidak main-main sebagai sutradara membuat gadis itu selalu dihantui oleh jadwal kerja kemana-mana, dan ternyata pekerjaannya masih menghantui gadis tomboy itu bahkan meskipun malam ini adalah malam minggu.

Mesipun pusat perfilman yang di sutradarai Sarah masih bersifat tv-tv yang belum popular, gadis tomboy itu tetap saja memiliki segudang rencana untuk membuat usahanya berjalan dengan baik bahkan meskipun sekarang perusahaannya masih merangkak menuju ke sana.

Gadis itu menatap Stevie dengan pandangan meminta pengertian "Kuharap Aku bisa menyelesaikan pekerjaanku malam ini. Aku berjanji akan berusaha untuk datang ke bandara esok pagi" dan dengan itu, Sarah mengecup pipi Stevie.

"Hati-hati di jalan, jangan gegabah!!" teriak Stevie menemani kepergian Sarah dari pusat perbelanjaan yang sedaritadi mereka jelajahi.

Pesanan datang tepat saat Sarah menghilang ditelan elevator. Dan Stevie jadi cemberut karena gadis itu terpaksa memakan brownies cokelatnya sendirian.

Pemandangan Stevie cemberut membuat Rose jadi terkekeh lembut karena teringat dengan ekspresi yang selalu dipasang gadis cantik itu jika saja Rose akan pergi bekerja beberapa tahun kebelakang. Membuat Rose jadi menyerahkan tangan kosongnya untuk mengambil brownies bagian Sarah "Ku temani. Jangan sedih lagi" ujar Rose seraya menepuk pipi Stevie dengan lembut, membuat Stevie jadi terkekeh karenanya.

Pemandangan itu tentu saja dihadiahi tatapan mencela dari Rosie dan juga tatapan keheranan dari Shannon dan Cammie dan tentu saja Rose lebih memilih untuk pura-pura fokus kepada makanannya daripada harus meladeni ketiga orang yang tidak bisa di ajak bercanda ini.

Karena meja mendadak jadi sepi, akhirnya Stevie angkat bicara "Jadi, bagaimana hubungan kalian? Sudah mencapai titik serius?" pertanyaan itu tentu saja dilemparkan kepada Rose dan Rosie, namun keduanya hanya mampu menggedigkan bahu karena enggan menjawab dan tentu saja membuat suasana menjadi hening kembali.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Follow all My social media. The link is gonna be in my profile. Please. 

double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang