Multimedia: Stevie Leigh Boebi
*-----*
Rose terbangun saat ia merasakan ada guncangan lembut di bahunya. Gadis itu bisa merasakan seseorang mengguncangnya sekarang, dan ia bersumpah kepada apapun yang berada di atas muka bumi ini untuk segera menyingkirkan orang lancang yang telah berani membangunkannya dari hibernasi kali ini.
Saat mata coklat itu menubruk penglihatannya, hati Rose menghangat.
Oh, Jesus. Bisakah semesta menghentikan waktu sebentar saja? Bisakah ia memiliki tatapan mata itu di setiap oa terbangun di hari-hari selanjutnya? Bisakah ia memandang ke bawah, tepat kepada senyum yang terukir manis di bibir gadis cantik itu setiap paginya? Bisakah?
"Hey! Kau baik-baik saja?" pertanyaan yang membuat Rose tersadar dari pemikirannya itu sekaligus membuat gadis tomboy itu merasakan ada sesuatu yang sakit di belakang kepalanya. Bukan hanya itu, melainkan ada rasa mengganjal di dadanya, seolah terjepit, sakit namun tidak bisa dikeluarkan.
Dengan cepat, Rose menggeleng menjawab pertanyaan Stevie yang terlontar kepadanya. Gelengan yang tentu saja membuat Stevie jadi khawatir dan segera mengambil aspirin yang memang selalu disediakan di laci dekat kasur yang sedang mereka tiduri.
Dengan cepat, Rose menerima uluran aspirin dari Stevie, mengunyahnya dan menelannya tanpa keberatan dengan perasaan pahit yang masih menempel di ujung lidahnya. Mengerjapkan mata beberapa kali, Rose baru tersadar kalau ia tidak terduduk diatas kasurnya, melainkan di kasur milik Stevie.
Dengan pandangan merengut karena masih merasakan pusing dikepalanya, Rose melirik pada Stevie yang sedang menyodorkan omelet tepat kehadapannya "Tenang saja, itu tidak pedas" yang bisa Rose lakukan saat itu adalah tersenyum karena Stevie ternyata masih mengingat kalau Rose tidak tahan dengan rasa pedas di bibir.
Hal selanjutnya yang terjadi hanyalah sarapan di atas tempat tidur, persis seperti pagi yang selalu mereka lalui bersama hanya saja beberapa tahun ke belakang. Pemikiran itu membuat Rose tersenyum terhadap setiap kebaikan Stevie kepadanya.
Stevie melirik Rose dengan pandangan heran tertata jelas di mimik wajahnya "Ada apa?" Rose bersumpah kepada dunia kalau ia merasakan ada getaran hebat saat suara serak Stevie terdengar dikedua telinganya, membuat Rose jadi merinding namun dengan artian yang sangat baik.
Senyuman Rose malah dibalas ekspresi kebingungan dari Stevie "Rose! Kau baik-baik saja?" menggeleng pelan untuk mengenyahkan perasaan tidak wajar di sekujur tubuhnya, Rose kemudian mengambil sesuap omelet terakhir "Y—a. Kurasa aku baik-baik saja"
Jawaban yang terdengar tidak meyakinkan itu membuat Stevie mengangkat alis tinggi-tinggi "Kau tidak terdengar baik-baik saja Rose" gadis itu mendekat lantas segera menempelkan punggung tangannya pada kening Rose yang sedikit tertutupi oleh poni.
Saat Stevie merasakan suhu tubuh yang tinggi, gadis itu mengeryit "Aku tahu kau tidak baik-baik saja" setelah Stevie menggulingkan matanya kebelakang karena merasa sebal dengan pengakuan Rose soal dia yang 'baik-baik saja' gadis itu beranjak pergi meninggalkan Rose yang kesulitan mengendalikan detak jantungnya yang tidak berhenti berdetak cepat.
Rose meruntuk di dalam hati. Bagaimana mungkin ia masih memiliki perasaan kepada Stevie yang sudah ia tinggalkan sejak lama? Bagaimana mungkin ia masih menginginkan Stevie setelah ia menyingkirkan gadis itu dari kehidupannya? Bagaimana...
"Rose!!"
Rose tersentak saat merasakan seseorang meneplak pahanya dengan sembarangan. Gadis tomboy berambut brunette itu sedikit mengernyit kesakitan saat ia merasakan panas di pahanya yang terlihat memerah "Sebenarnya ada apa?" kali ini nada Stevie terdengar frustasi.
Nada yang membuat Rose jadi semakin meringis karena otaknya ingin cepat-cepat menempeli bibir itu dengan bibirnya "Aku tahu ini akan terdengar sangat aneh bagimu" Rose memulai dengan nada meminta pengertian, dan ternyata Stevie mengangguk dua kali sebagai tanda kalau gadis itu bisa melanjutkan apapun yang akan dibicarakannya.
Menarik napas dalam-dalam Rose segera menggenggam tangannya yang berkeringat secara tiba-tiba karena perasaan nervous yang melandanya "Aku rasa, Aku masih tertarik kepadamu" Stevie menganga tidak percaya, sementara Rose menunduk menatap kedua tangannya yang saling berkaitan satu sama lain.
Hati Stevie berdebat panjang saat mendengar pengakuan blak-blakan dari Rose. Sebagian kecil dari hati Stevie berteriak keras untuk tersenyum lantas segera mengamit tangan-tangan yang berkaitan itu lalu memberikan Rose ciuman sebanyak mungkin, namun sebagian besar dari hatinya berteguh diri untuk tetap mempertahankan Sarah disisinya.
Perdebatan hati yang membuat Stevie ingin berteriak karena senang, namun juga ingin menagis disatu waktu yang sama karena bimbang. Bukan tidak mungkin bagi Stevie untuk menerima kembali Rose di dalam kehidupannya, karena jika saja boleh jujur kepada semesta, Stevie juga masih merasakan ketertarikan yang sama seperti apa yang dirasakan Rose kepadanya. Namun ia tahu, akalnya berjalan sekarang. Ia tidak mungkin meninggalkan Sarah tanpa alasan.
Maka meskipun Stevie ingin sekali untuk menarik dagu Rose dan menubrukkan bibir mereka berdua, gadis itu menggeleng lantas hanya mengeluarkan senyum karenanya "Sebenarnya itu sangat tidak aneh bagiku, itu perasaan wajar" Rose mengangkat pandangan saat ia mendengar pengakuan itu dari bibir Stevie. Awalnya Rose mengira kalau Stevie akan menamparnya atau bahkan mungkin menendangnya untuk keluar dari rumah ini, namun ternyata jawaban Stevie malah terdengar sangat mencengangkan.
Biarpun jawaban Stevie terdengar sangat mencengangkan, Rose tidak punya hak untuk berharap kepada gadis itu. Karena biar bagaimanapun juga Rose telah membuangnya di masa lalu, Rose akan terkesan sangat bajingan jika saja gadis itu meminta lebih dari sekedar keadaan mereka sekarang yang baik-baik saja.
Jadi, gadis tomboy itu memasang senyum "Terimakasih karena kau telah mengerti" saat itu, Stevie kehabisan udara, ia tidak bisa mengucapkan satu kata pun dari bibirnya, yang mampu ia lakukan hanyalah memberikan senyuman terbaik membuat Rose melemparbalikkan senyumnya pada Stevie "Dan maaf karena telah egois"
Stevie tidak bisa mengelak. Itu dia yang dia tunggu selama ini. Permintaan maaf dari bibir Rose. Sekarang, semuanya terbayar lunas. Rose telah meminta maaf soal kebodohannya beberapa tahun belankang, dan Stevie tidak bisa melakukan hal lain selain memeluk Rose sebagai tanda kalau ia memaafkan kesalahan Rose di masalalu mereka.
Lagipula, Stevie sudah tidak ingin dihantui dendam masalalu. Ia tidak ingin hidupnya terus-terusan tertuju pada pembuktian kepada Rose sementara ia sudah mengencani orang lain dikehidupannya yang sekarang. Ia sudah memaafkan. Mereka sudah lunas sekarang.
"Aku benar-benar bodoh, benar kan?"
Saat sedang betah saling peluk satu sama lain dengan Rose, Stevie bisa mendengar gadis itu meruntuk pelan di balik lehernya membuat Stevie mau tak mau harus melepaskan pelukan hangat mereka lantas menatap iris mata hazel itu dengan lekat-lekat.
"Dengar. Kau tidak bodoh Rose, kau adalah gadis pintar yang berbakat. Aku mengenalmu, jadi jangan pernah berkata bahwa kau adalah gadis bodoh, karena aku tahu seberapa pintarnya dirimu"
*-----*
Riska Pramita Tobing.
Note: Follow all My social media, the link is gonna be in my profile. Please.
KAMU SEDANG MEMBACA
double 'R' (Lesbian Series)#1 |COMPLETED|
Fiksi PenggemarRosianne Ellizabeth Spaughton baru saja masuk universitas selama beberapa hari. Tapi kenapa hidupnya bisa berubah drastis hanya karena mencintai seorang Gadis? Ew! Memikirkannya saja hampir membuat Rosie merasa mual dan ingin kencing di celana. Se...