BAB 2.1 Kamu kurang dihajar ya?

6.1K 173 1
                                    


Orang-orang bilang kalo menanam benih dengan tulus, pasti kita juga bisa metik hasilnya dengan baik. Sama aja kaya yang aku lakukan sekarang ini, berada diacara salah satu temanku. Namanya Ame. Dia itu teman dari jaman masih maba –mahasiswa baru- sampe sekarang kita udah merasa angkatan tuwir. Jadi ceritanya, Ame beserta teman jurusannya –seni musik- sedang mengadakan konser mini demi nilai akhir sebuah mata kuliah. Aku sebagai teman yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung, pergilah seorang diri kesana untuk memberi semangat. Karena aku sadar, semester depan giliran aku yang akan tampil dalam drama kelas. Jadi harus rajin nabung dateng ke acara teman biar nanti aku pas aku tampil banyak yang dateng ke acaraku. Hehe konspirasi dikit lah ya.

Berhubung Raka sedang ada agenda di kampus dan enggak bisa menemani, aku dengan ngenesnya berangkat sendiri. Pandu dateng sih, tapi sama Kezi. Teman-temanku yang lain seperti Adan atau Liana juga lagi sibuk-sibuknya sama proker Hima –himpunan mahasiswa- mereka. Maklum, mereka emang anak sok sibuk sama organisasi sih. Enggak kaya aku yang akhir-akhir ini milih jadi mahasiswa kupu-kupu.

Konsepan acara kali ini cukup membuatku terpesona. Biasanya kita mahasiswa bahasa dan seni akan menggunakan fasilitas kampus yang menyediakan stage pertunjukan teater. Paling tinggal bikin dekor panggung biar menarik dan sesuai tema. Tapi Ame dan kawan-kawannya kali ini berani keluar dari zona nyaman. Mereka buat acara outdoor di halaman salah satu gedung kuliah. Dekorasi panggung memanfaatkan kertas-kertas bekas yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk tulisan 'my world is you' dan gambar-gambar penunjang kata tersebut. Yang aku dengar sih, anak musik kerjasama dengan anak seni rupa dalam dekorasi tersebut. Gak heran hasilnya kece banget.

Budaya di kampusku salah satunya adalah kerjasama yang kental antar jurusan. Jadi jika ada jurusan yang punya gawe, jurusan lain tak segan membantu dan budaya itu sudah turun-temurun dari jaman kapan. Lampu-lampu berkelipan di beberapa sudut, lilin dan lampion terpasang cantik, membuat suasana romantis. Panggung disetting ditengah halaman gedung dengan tiga sisi diatur sebagai jalan utama. Mc yang sedang membuka acara tak terlalu ku dengarkan. Kepalaku celingak-celinguk keberbagai arah, mencari teman yang siapa tahu aku kenal.

Cahaya lampu di buat redup, hanya panggung yang menjadi center cahaya. Sehingga saat aku merasakan hembusan hangat dari arah tengkukku, membuatku parno. Siapa yang berani melakukan ini padaku? Masa iya sih setan penghuni kampus berani nongol diacara rame kaya gini? Atau ada orang iseng yang pengen bikin aku ketakutan? Satu kali tiupan, aku acuh. Dua kali tetap aku biarkan. Hingga tiupan ketiga, aku balik badan dengan kesal lalu terpaku.

Ada cowok berkacamata yang lagi nyengir lebar dihadapanku. Tatapan matanya teduh, rambutnya rapi pendek. Ditambah cahaya sekitar kami yang mendukung pesonanya tambah kuat. Dia pake baju hitam dengan kemeja kotak-kotak diluarnya. Saat aku menunduk, ku lihat dia memakai jeans gelap dengan sneaker sebagai alasnya. Fix nih cowok mendes banget!

Sampai kepalaku sudah menghadap keatas kembali, tuh cowok masih nyengir lebar. Enggak kering tuh gigi kali ya?

"Hai cewek kancing lepas!"

Shit!

Saat itu juga aku langsung misuh. Hell! Aku baru inget kalo cowok cengiran lebar ini adalah cowok bahan dare aku dari Pandu. Memori otak diriku langsung memutar kejadian sekitar dua bulan yang lalu.

"Make baju tuh yang bener, Nat. Jangan suka buat orang lain salah fokus. Untung gue baik hati." Abiel meraih pinggangku dan membuat kami berhimpitan. Lalu membuat jarak dan tangannya meraih dadaku. Eh maksudnya bajuku. Iya doi ngancingin kancing bajuku yang entah sejak kapan lepas dan memamerkan belahan dada ukuran 36B punyaku.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang