BAB 16 Rumah hatiku, Rakarya

1.7K 65 0
                                    

Part privat = penting dan ada adegan dewasa sebelum waktunya hehew

Hayoloh vote dan komennya jangan pada lupa gengss
---

"Karaoke yuk, gengsss..." tiba-tiba saja ide itu tercetus dari kepalaku yang nyut-nyutan. Usai Pandu menutup rapat pikoor-an, Adan yang gabut bergabung bersama kami.

Kedua lelakiku kompak terkaget, "Haa?!"

Aku terkikik mendapati Adan dan Pandu menganga, kemudian beberapa teman-teman yang ada di sekitar kami terkekeh. Iyalah, mereka kan nggak tahu kalau aku punya semacam phobia gitu ke tempat-tempat macam karaoke. Sedangkan dua lelaki dekatku itu masih menganga lebar, aku merangsak memaksa mereka mengikuti langkahku, menjauhi anak-anak yang lain.

"Serius, Ren?" alis Adan menukik sambil menatapku bingung. Aku kemudian mengangguk mantap. Mereka belum tahu kalau aku sudah bisa menguasai diri di tempat-tempat seperti itu, semenjak bersama Raka atas campur tangan Pandu. Iya, masih ingat kan waktu Pandu dan Kezi ngajak date bareng yang berakhir Raka lemas dan kejang-kejang di bawah pesonaku. Pede!

Tiba di parkiran motor, aku langsung nangkring di motor Pandu. Menepuk jok motor sambil berkata, "Gue butuh sesuatu yang gila dengan kalian berdua. Cus gengs! Kita gila bareng-bareng! Para pemotek hati..." tanpa banyak kata dan bantahan, dua lelakiku itu langsung menyalakan motor dan pergi ke tempat tujuan yang aku sebutkan.

Dua puluh menit, kami sampai. Sambil mengapit lengan Adan dan Pandu, aku nyengir sepanjang perjalanan. Serius, aku nyengir yang se-nyengir-nyengirnya gitu. Sampai gigiku rasanya garing, ini adalah pelampiasanku dari rasa frustasi sejak tadi sore. Iya, gara-gara manusia terkutuk bernama Abiel, aku jadi AGIL. AGAK GILA.

Melihat arloji, ini pukul 8 malam. Setelah mendapat kartu akses, kami bertiga masuk ke ruangan berbentuk kubus dengan tv dan tetek bengeknya di sudut depan sana. Dengan semangat menggebu, langsung saja aku memilih lagu random dan menyanyi dengan fals. Bodo amat lah, orang yang dengar aja Pandu sama Adan.

Setelah tiga lagu, giliran Pandu yang memegang alih microphone. Dia berbalik arah, menghadap persis ke arahku. Adan sibuk dengan ponselnya dan memilih diam saja. Bahkan posisi duduknya berjauhan denganku. Lalu aku membalas tatapan Pandu yang tersenyum kecil.

Suara intro lagu mulai mendayu, tatapan kami masih bersatu. Saat sadar kata-kata di awal lagu dan mendapati Pandu yang tak goyah sekalipun dari sana, aku gusar.

Padamu pemilik hati yang tak pernah ku miliki

Yang hadir sebagai bagian dari kisah hidupku

Engkau aku cinta dengan segenap rasa di hati

Slalu ku mencoba menjadi seperti yang engkau minta...

Mengigiti bibir bawahku, perasaanku gelisah. Pandu terlihat berbeda, seakan dia bukan bernyanyi. Tapi menyatakan perasaannya.

Tapi kau memilih seolah engkau tak tahu

Kau sembunyikan rasa cintaku

Di balik topeng persahabatanmu yang palsu

Untuk menemani saat kau merasa sepi

Bertahun lamanya kujalani kisah cinta sendiri...

Aku melirik Adan yang tersenyum kecil, matanya mengarah ke Pandu. Pandanganku ganti lagi ke Pandu dan terpaku saat netranya masih mengunci ke arahku. Bulu kudukku rasanya merinding, suara Pandu mendayu dengan merdu. Jelas berbeda denganku yang cempreng-cempreng gaje.

Mungkin memang benar

Cinta itu tak lagi berharga

Semua percuma bila engkau tak punya ikatan

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang