BAB 14 Maaf, Rakarya

1.6K 47 3
                                    

vote dan komen ya...

---

"Lo siap?"

"Siap banget lah! Gue udah expert banget sama hal gituan." Abiel memutar bola mata di atasku.

"Seriusan nih, lo pasti kalah deh sama gue. Secara gue kan jantan banget." Kini giliranku yang memutar bola mata di bawahnya.

"Coba aja buktiin, kita duel. Siapa yang bisa keluar duluan berarti dia kalah."

"Jelas gue yang menang. Punya gue tahan lama."

Aku mencibirnya, dia percaya diri banget rupanya.

"Halah kecil gitu, mana bisa tahan lama? Dielus dikit juga KO."

Abiel mendelik tak suka, aku semakin menjadi-jadi meledeknya.

"Udah deh, ngaku aja sekarang sebelum gas. Nanti lo nyesel lagi, kalo gue yang jadi pemenangnya. Udah pasti punya lo yang keluar duluan. Nggak usah sungkan-sungkan mah sama gue, Bi."

"No! Gue jantan dan tahan lama. Ayok langsung kita buktiin."

Aku tersenyum meremahkan, "Siapa takut?" lalu kami pun beradu.

Abiel turun dari sofa, duduk di hadapanku dengan alis menantang dan senyum licik. Aku juga nggak mau kalah, dengan gaya sengak, ku kibaskan rambutku yang tergerai. Kemudian kami sama-sama mengelus mobil-mobilan mini yang berada di atas meja. Punyaku warna merah, Abiel warna biru, ukurannya lebih kecil dariku.

Di atas meja sudah ada kotakan dari benang sebagai pembatas. Kami mau main mobil-mobilan yang tanpa mesin ini, jadi mobil siapa yang keluar duluan dari pembatas itu, dialah yang kalah. Dan sebagai hukuman bagi yang kalah, salah satu di antara kami harus di coret pake lipstik merah cabai yang warnanya sama dengan bibirku ini.

Aku menghitung mundur, kemudian setelah mendorong mobilku ke depan bersamaan dengan Abiel, tabrakan antara di merah dan biru pun tak bisa dielakkan lagi. Si biru terpelanting jauh bahkan hingga jatuh ke lantai dengan karpet bulu sebagai alasnya. Aku terbahak melihat penampakan si biru yang mengenaskan. Mobil kecil bin mini itu sudah terjengkang dengan roda-roda yang menghadap ke atas. Abiel malah mencak-mencak sambil manyun. Segera aku buka penutup lipstik, memutarnya hingga muncul batang merah menyala dan meraih kepala Abiel yang terlihat enggan.

Dengan hati-hati ku olesi bibir Abiel dengan si cabe ini. Memolesnya merata sambil menahan tawa. Gila, Abiel seksi abis! Selesai, aku memotret Abiel yang merem, bibirnya manyun ke depan. Bikin aku pengen nyosor. Edan rek!

Beralih, kami ke ronde kedua. Lagi-lagi Abiel kalah dan harus di beri cabe untuk kedua kalinya. Aku mengoleskannya di pipi dengan tanda hati. Eh, malah doi mesam-mesam saat tahu itu bentuk hati. Namun, di ronde ketiga, giliran si merah yang harus rela mengalah. Dia keluar dari kotakan dan nyaris terjatuh di jurang, jika aku tidak segera menangkapnya.

Semangat, Abiel ketawa setan sambil bergerak ke arahku. Dia meraih kepalaku lembut, memegangi kepalaku dan membuat tanda hati di dahiku. Setelah selesai dengan pekerjaannya, tanpa permisi dia malah mengecup tanda hati itu. Kemudian berbisik, "Ini kaya hati gue yang terpenjara di sosok lo, Nata." Shit, Abiel senyum manis banget. Aku curiga dia konsumsinya itu gula berkilo-kilo, bukannya gue yang konsumsi michin segenggam sehari.

"Receh." Tukasku. Itu salah satu bentuk pertahananku agar tak kebablasan kaya tadi. Masalahnya sekarang ini, kami masih ada di kamar hotel hunian Abiel. Di sini cuma ada aku dan dia. Di mana kami itu adalah laki-laki dan perempuan. Kalo ada apa-apa kan malahan enak ya? Haha.

Aku menepuk kening kala ingat tujuanku datang ke sini. Kondangan, bukannya sewa kamar buat naena. Apa gunanya coba batik gue ini pake, kalau ujung-ujungnya malah nggak ketemu pengantinnya. Lalu aku mengingatkan Abiel akan tujuanku itu, dengan enteng Abiel mengambil ponselnya dan mengarahkan kamera ke arah kami yang berdampingan.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang