BAB 4 Semoga tidak ada penyesalan

4.4K 138 4
                                    


"Elo enggak tahu apapun tentang kehidupan gue, Bi. Elo juga enggak berhak buat ngintervensi apapun yang berurusan sama gue. Cukup ya sikap kurang ajar elo waktu itu bikin gue kelimpungan!"

"Tapi cowok itu brengsek, Nata. Dia main cewek dibelakang lo."

"Dia itu Pandu. Dari orok juga udah terkenal brengseknya. Tangannya aja slalu ngelayap kemana-mana. Mais il n'est pas mon copain."

Aku teringat pertengkaran antara aku dan Abiel tadi sore. Di rumah makan milik orang tua Ame, Abiel dengan sok gagahnya menghajar Pandu hingga hidungnya berdarah. Aku yang sedang bergelung mesra dengan tugas kuliah yang menggunung, tiba-tiba mendapati kabar dari Ame bahwa aku harus segera meluncur ke tempatnya. Ame bilang ada berita buruk dan sangat genting. Mau tak mau, aku meninggalkan tugasku demi Ame. Ia bahkan menelfonku dengan suara yang tertahan. Alhasil, aku benar-benar panik tanpa menanyakan perihal apa yang disebutnya genting.

Namun, saat aku sampai disana dengan meminjam motor milik teman kosku, pemandangan Kezi yang sedang mengompres hidung lancip Pandu menarik perhatianku. Lamat-lamat kulihat Abiel sedang duduk didepan Ame yang menatapnya tajam. Ku hampiri mereka dengan tergesa-gesa, feelingku enggak enak nih.

"Me! Ini ada apaan sih?!"

"Liat tuh kelakuan selingkuhan elo. Pandu sampe mimisan gitu." Terdengar dari suaranya Ame terlihat jengkel, aku hanya bisa menghela napas. Ku lihat Abiel menatapku dengan pandangan melas dan emosi, mungkin.

Aku menepuk pundak Kezi, ia tersenyum menggeleng saat aku berusaha meminta informasi darinya. "Cuma salah paham kok, Ren. Cepetan gih selesein. Gue ajak Pandu pulang ya, kasian dia kayaknya pusing banget." Kezi mengelus bahuku, pelan. Lalu mengajak Pandu beranjak dari tempat duduknya.

"Ren, bilangin ke tuh orang," Pandu menunjuk Abiel dengan telunjuknya, "jangan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Hidung gue jadi korbannya, nih. Untung gue gak suka kekerasan, kalo iya udah abis tuh orang. Enak aja main pukul tanpa tahu apapun." Setelah mengatakan itu, Pandu menggandeng Kezi keluar. Setelah sebelumnya menepuk pundakku dan berbisik ditelingaku.

"Elo beruntung karna ada tiga orang yang sayang banget sama elo. Jangan kecewain tiga orang itu, Renata. Gue percaya elo bisa nyelesein ini. Gue balik dulu, kalo elo butuh gue telfon aja enggak usah sungkan."

Kata-kata Pandu bikin aku baper. Dia emang playboy cap kadal. Omongannya sederhana tapi ngena menembus hati. Aku jadi ingat bagaimana kami bisa bersahabat sampai sekarang ini. Jadi dulunya kami hanya teman lama yang kebetulan satu kelas saat kelas 6 SD. Sifat Pandu yang mirip kaya kokoh-kokoh gitu, membuatnya tak memiliki banyak teman. Aku yang banyak dimusuhi oleh teman-teman perempuan karena parasku, memberanikan diri mendekatinya dengan meminta bekal makannya. Saat itu Pandu terkenal banget dengan julukan 'si pelit bekal' karena ia tak akan membagi bekal apapun yang dibawanya. Tapi aku yang iseng mencoba peruntungan pertama, ternyata berhasil mendapatkan perhatiannya. Dengan mudahnya Pandu membagikan separuh bekalnya padaku. Tak luput hal itu membuat anak-anak dikelas menjadi kasak-kusuk, menyebabkan aku dan Pandu terlibat dalam skandal gosip ala anak SD.

Sayangnya, saat kelulusan SD Pandu dan keluarganya pindah ke Banjarmasin. Tak pernah sekalipun bersua dan tak ada komunikasi membuat kami lost contac hingga kuliah. Tapi tanpa dinyana, saat penutupan ospek fakultas pertemuan tak terduga diantara kami terjadi. Pandu yang mendapat gelar 'the king of maba' menunjuk dan memilihku menjadi pasangannya dari panggung. Membuat aku harus maju ke panggung menemaninya dan mendapat gelar 'the queen of maba'. Saat ku tanya mengapa ia memilihku bukannya Kezi atau yang lainnya, dengan entengnya Pandu bilang bahwa saat itu ia belum mengenal Kezi dan gobloknya dia bilang bahwa dia menyesal.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang