BAB 21 We are done!

1.9K 73 0
                                    

Kadang, kisah hidup yang biasa aja menurut kita itu bisa jadi kisah menarik buat orang lain😊
Happy reading!
---

Menggigiti ujung kuku, kakiku mondar-mandir depan koridor gedung. Jantungku bertalu semeriah pembukaan PKKMB tingkat fakultas. Hatiku rasanya nggak tenang, bawaannya gelisah terus-terusan. Kakiku sampai gemetaran. Tanganku memegang benda sialan di dalam saku almamater yang -sampai sebelum ada kata 'SAH' terlontar nggak berani aku mainin- dibawa Abiel tadi malam.

Pandu menghampiriku, terlihat seperti akan berbicara tapi dia ragu. Aku menunggu, sayangnya sampai lima menit ke depannya dia masih tetap membisu. Memoriku berputar ke percakapan antara Pandu dan Kezi kemarin. Di mana terkuak lah rahasia kampret yang bikin aku keki setengah jengkel. Yang bikin aku kepo akut, sebenarnya Pandu suka aku sejak kapan ya?

Sambil meremas-remas benda sialan ini, aku berdehem. Berharap Pandu mau buka mulut. Sampai akhirnya, HT di tanganku mengoceh berkali-kalipun, Si kutu kupret ini masih bisu. Memilih mewaraskan pikiran, aku menjauh. Mengacuhkan Pandu yang memanggilku lirih. Aku tahu, dia pasti ingin menyampaikan permasalahannya itu. Ditambah masalah ngilangnya dia seharian, sedangkan aku tetap diam seolah kemarin nggak ada apa-apa. Namun aku juga paham, kalau dia belum siap. Karena kalau hasil nguping yang menghasilkan dugaan itu benar, aku nggak segan-segan untuk menyleding kepala Pandu sampai bocor.

Di tengah perjalananku yang nggak pasti ini, aku teringat pesan Abiel tadi pagi.

AbielGnd : Dipake pagi ini Nat

AbielGnd : Air seni pertama bangun pagi katanya lebih akurat, please. Aku sayang kamu!

Menguatkan hati serta mental, tadi subuh-subuh aku masuk ke kamar mandi. Menampung air seni di gelas kecil lalu mencelupkan benda itu. Tapi ternyata nyaliku belum terkumpul seratus persen. Alhasil, tanpa memeriksa hasilnya aku ngacir memasukkan kembali benda itu ke dalam wadahnya, setelah sebelumnya aku bersihkan dengan memalingkan muka.

Gue butuh dukungan si makhluk berkaca mata itu buat liat, gaes!

Jadi, ya begini lah aku. Seharian uring-uringan. Kadang memarahi anak buah kalau kerjanya nongkrong doang di koridor. Padahal aku tahu, memang tugas dia lagi selow. Hanya saja, aku butuh pengalihan. Makanya kusalurkan lewat emosi. Sepertinya, evaluasi nanti aku harus bikin list permintaan maaf biar nggak dipelet karena pada dendam.

Pun karena hari esok itu hari KERAMAT. Pourqoui?

Soalnya mantan terindah gue bakalan di sini dan gue nggak akan tenang sama segala tindak tanduknya yang mengancam kemaslahatan bersama!

Masalahnya, putusnya hubungan percintaan antara aku dan Raka itu belum jadi konsumsi publik. Jadi, kalau besok terlihat sedikit saja sikap Raka yang defensif kalau ketemu remahan rengginang ini, pastinya bakal banyak nyinyirun-nyinyirun yang unfaedah bertebaran.

Lalu kalau amit-amit sih ya, hasilnya positif sedangkan aku nggak ada relationship sama dia, sudah pasti ocehan yang menyudutkan aku bakalan secepat kilat beredar. Sial kuadrat namanya! Putus - amit-amit hamil sama selingkuhan - terancam nggak diakui anak sama bonyok - nggak ada biaya hidup - terancam keluar dari kuliah - dan segala akibatnya nanti sudah menanti di depan mata.

Apa nggak milih mati aja gue?

Soalnya ujungnya pasti stres dan mati mendadak. Kudu siap mental titanium, Renata!

Memasuki istirahat, banyak maba yang bersliweran. Menjalani ibadah sesuai keyakinan, makan siang sambil cekakan, cekrak-cekrek depan ponsel yang hanya boleh dioperasikan selama istirahat, ngegoda kakak pemandu cantik atau ganteng, tapi juga ada yang tetap diam tanpa kata. Mungkin karena malu atau malah risih?

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang