BAB 11 Gagal paham

2.2K 89 1
                                    

Renata pengen tetap eksis di sini, salah satu caranya dengan vote dan komen gengs ;)

----

Waktu cepat berlalu. Aku kembali pada rutinitas semula, di dunianya seorang Rakarya. Setelah kemarin dia mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan meladeni nenek sihir lagi, kami berbaikan. Ya, nyatanya Raka nggak selingkuh. Intinya sih, salah paham.

Seperti kata Pandu 'cewek murahan itu nyium Raka' membuat aku mencium sesuatu yang mengganjal. Membawa aku menuntut kejelasan dari sumber masalah. Raka menceritakan bahwa dia dicium sama nenek sihir itu, ketika Raka menolak ajakan nenek sihir untuk jadian. Si nenek sihir marah ketika tahu Raka menjadi kekasihku. Iyalah marah, orang aku dan dia itu musuh abadi! Tahu musuhnya bisa menang, dia pasti jengkel. Setelah cerita Raka berakhir, aku langsung menciumnya dengan ganas. Aku harus menghapus jejak memuakkan milik nenek sihir di bibir kekasihku. Aku tak sudi kalau aku harus berbagi. He is mine!

Mau tahu bagaimana bisa aku dan Fira jadi musuh abadi? Ceritanya cukup panjang sih, ingatanku berputar pada masa putih abu-abu. Masa indah yang penuh drama.

Aku suka memandangnya dari kejauhan. Penampilannya tetap sama, tak berubah sedikit pun meski empat bulan telah berlalu. Tubuh tegapnya dibalut seragam putih abu-abu, dilapisi jaket boomber dan sepatu sneaker hitam. Topi kadang nangkring di kepala, menutupi rambut pendeknya yang tebal. Tas hitam berada di gendongannya. Dia selalu mempesona dan aku mengaguminya. Dia sulit dijamah, bagai jarak bumi ke matahari.

Dari senin hingga jumat, selama tiga bulan ini, di waktu yang sama, pukul 10.00 di ruang musik, aku mengendap-endap masuk ke sana. Melihat bagaimana dia bermain gitar akustik berwerna coklat dan bernyanyi. Di saat teman-temannya memilih menghabiskan waktu di kantin, dia malah sendirian. Irama musik yang dihasilkannya bisa membuat senyum di bibirku selalu terangkat. Indah. Merdu. Menenangkan.

Di kesendiriannya, aku berusaha menemani. Tapi tetap ingin tak dilihat olehnya.

Semenjak diberi tanda tangannya karna dapat hukuman, aku selalu terpesona pada auranya. Diam-diam mengamati. Wajahnya itu cenderung kaku. Dia juga pendiam, meskipun aktif dalam organisasi dan sering muncul di panggung musik sekolah. Dia jarang tersenyum, tapi sekalinya tersenyum bisa mencairkan es di kutub utara. Bah!

Ketika berpapasan, dia selalu menyapa aku terlebih dahulu. Membuat rona di wajahku sulit berbohong. Suasana canggung pasti menyelimuti kami. Apalagi semenjak kejadian dua bulan yang lalu. Aku yang ceroboh secara tak sengaja masuk toilet laki-laki. Dia di sana sendirian, sedang mengeluarkan hasratnya. Namun, aku malah berdiri kaku dan berteriak. Hingga dia sadar akan keberadaanku, membekapku di salah satu bilik toilet. Kami berdiri berhadapan, dia membisikkan kata, "kamu cantik, Renata."

Hingga pada akhirnya, seseorang mengusik kehidupan sekolahku. Dia si nenek sihir –yang katanya sahabat Rakarya- Fira. Dia merasa aku menjadi ancaman baginya. Saat itu, Raka mulai agak berubah. Dia mulai pergi ke kantin beberapa kali dan mengajakku makan bersama. Senyuman Raka juga lebih sering muncul dari pada dulu. Beberapa kali kabar burung antara aku dan Raka mengudara di sekolah. Banyak lambe gosip bilang bahwa kami ada apa-apa. Aku agak risih sebenarnya, apa lagi ketika Fira dan sekutunya sangat sinis padaku. Walaupun kami tak memiliki hubungan apa pun, kecuali kakak dan adik kelas.

Raka acuh pada selentingan-selentingan tentang kami. Aku juga sadar, mengharapkan Raka sama saja dengan pungguk merindukan bulan. Tapi lama-lama justru Fira lah yang kesetanan. Dia mengancam akan membuat kehidupan sekolahku seperti neraka kalau aku tak menjauhi Raka.

Awalnya sih aku masa bodoh, karna menurutku itu nggak penting sama sekali. Memangnya dia siapa? Sekolahku itu sekolah negeri, bukan milik Ayahnya sehingga dia bisa berkuasa seenaknya.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang