BAB 8 Kupu-kupu terbang

3.1K 107 1
                                    

gak ada salahnya tekan bintang lho hehe

---

"Ame, elo lihat buku warna ijo yang tadi gue taroh di sini enggak?" Aku panik, mengubek-ubek isi tas mencoba mencari buku yang harusnya segera aku antarkan ke kantor jurusan. Aku dan Ame lagi membahas project kami dengan berteman laptop dan buku-buku yang berserakan di lantai pendopo. Tadi aku pergi sebentar ke kamar kecil dan meninggalkan buku itu sebelum mengantarnya.

"Santai bosque. Tadi duo curut yang bawa bukunya. Mereka sih bilang mau nyontek terus ntar mereka yang numpuk di meja dosen. Jadi ya gue biarin aja mereka ngambil."

Aku menghembuskan nafas lega. Bisa mampus aku kalo ternyata buku itu ilang. Buku berisi tugas-tugas yang harus segera dikumpulkan itu adalah kunci hidup dan matiku dalam mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya. Hah! Berbicara tentang makul PSB, aku jadi ingat dengan dosen pengampunya. Jika kalian membayangkan dosen itu laki-laki, kalian benar. Muda atau tua? Jawabannya muda plus gagah. Baik hati atau sadis? Coba kalian putar lagu aa' Afgan deh, sadis. Itu sangat-sangat menggambarkan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa beliau.

"Gila mereka berdua mah, berani nyontek tugas aa' Afgan KW." Sebagai gambaran, dosen PSB –sebut saja aa' Afgan- memang sangat ganas dalam mengajar dan memberi tugas. Meskipun jam kuliah kelasku itu mulai pukul setengah dua dan berakhir jam tiga, beliau tak segan-segan memberi kami tugas individu dengan deadline jam 11 malam. Baahhh! Belum lagi tugas-tugasnya harus selalu dalam bahasa Inggris.

Membahas aa' Afgan yang suka berkacamata, aku jadi ingat makhluk itu. Makhluk berkacamata dari Fakultas Teknik. Ah, beberapa hari yang lalu secara mengejutkan, aku dan dia bertemu di Forkom sie Acara. Ternyata dia juga menjabat sebagai koor sie Acara di fakultasnya. Alhasil, intensitas pertemuan kami pasti lebih sering. Karena sesuai kesepakatan kemarin Forkom dilakukan sebulan dua kali. Padahal aku kan dalam mode menjauh, demi menjaga perasaan Raka. Aku sudah berjanji agar jaga jarak, tapi kalau pertemuan kami bisa rutin begitu, agaknya mode menjauhku susah dilaksanakan.

Ame bergumam, "mau lulus apa kagak juga gak ada urusannya sama gue."

"Btw Kezi tadi bilang mau nyusul kesini. Ini gue tinggal ngerampungin aransemennya aja kan?" Aku mengangguk, "Kezi nanti jadi model gitu?" sekali lagi aku mengangguk.

Lalu aku sibuk dengan laptop, sedangkan Ame berselancar di instagram. Dia berkali-kali menunjukkan contoh video-video musisi yang meng-cover lagu para artis luar negeri. Aku mengomentari sesekali saat aku kurang sreg dengan tampilan video tersebut. Tak lama, Kezi muncul dengan goody bag bawaannya dari jaman maba. Ku tebak dia baru saja melakukan praktik menari, dia mengiyakan. Iya, Kezi itu mahasiswa seni tari. Tubuhnya body goal, parasnya ayu sipit-sipit, geraknya lemah lembut. Idaman cowok banget lah.

Kami lalu larut dalam diskusi kecil namun berbobot. Project yang kami rancang dari beberapa bulan lalu, baru akhir-akhir ini terrealisasikan. Sesekali aku melihat dahi Kezi mengkerut saat aku menjelaskan peranannya. Dia juga aktif dalam memberi saran. Hingga satu jam kemudian, Ame pamit terlebih dahulu. Dia bilang ada panggilan dari bang Riko. Hmmm, aku curiga mereka ada apa-apa.

Tersisa kami berdua di pendopo yang ramai, aku sedikit menyinggung Pandu dalam bahasan kami. Desas-desus tentang berakhirnya hubungan Pandu dan Kezi beberapa kali mencuat di kampus. Ya maklum, mereka kan bisa di bilang bintang kampus gitu. Yang cowok ganteng makz dan yang cewek cantik ngedz.

Emang gue yang hanya sekedar remahan peyek yutuk.

Tapi aku juga sadar kalau Kezi enggan membahas perihal hubungan mereka. Dia berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Beberapa kali aku bertanya Pandu yang cuma dijawab dengan dengusan, membuat aku gondok setengah mati. Tidak jauh berbeda dengan Pandu, Kezi juga menjawabnya dengan senyuman. Senyuman yang aku yakini bisa membuat para lelaki kaum jomblo hina –harap ingat nama aku- diabetes masal.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang