BAB 6 Nostalgia bersama mantan

3.2K 154 4
                                    

Gak ada salahnya lho mencet bintang wkwk
---

"Renata, besok jam 4 sore di selasar rektorat ada forkom -forum komunikasi- pertama sie Acara. Gue di amanati buat ngasih tau koor sie Acara fakultas karena sementara ini belum ada grup untuk forkom. Jangan lupa dateng kesana tepat waktu. Pahamkan?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Didepan sana ada Pandu yang entah kenapa bisa menjabat sebagai ketua PKKMB -pengenalan kehidupan kampus pada mahasiswa baru- tahun ini. Dua minggu lalu pas ada temu perdana panitia PKKMB, aku terjengkang -eh terkejut- saat mendengar Pandu si playboy cap kadal di umumkan sebagai ketua.

Saat ini sedang ada rapat pertama pikoor -pengurus inti dan koordinator- yang dipimpin oleh Pandu. Biarpun dia brengsek kalo lagi diluar sana, dia bisa menjadi berwibawa dan tegas kaya bang Riko kalo lagi ada di forum kaya sekarang.

"PR untuk sie Humas untuk rapat selanjutnya, digali lagi ya link untuk sponsorshipnya. Terus untuk sie KSK, daftar nama panitia lengkap saya tunggu empat hari lagi. Kalo untuk sie P3K, sie PDD, sie Pemandu dan sie Perkap, saat ini belum ada PR ya. Tapi saya mohon anak-anaknya diayomi dan digandeng biar bisa krasan dengan kepanitiaan ini." Pandu tersenyum menatap kami semua yang ada disini, lalu berhenti saat bertatapan denganku. "Dan untuk sie Acara, konsepan tema harus segera dipikirkan matang-matang ya. Karena itu berpengaruh pada kinerja semua sie disini. Sekretaris dan bendahara enggak bisa garap proposal kalo sie acara enggak cepet-cepet punya konsepan tema dan kawan-kawannya. Belum lagi logo dari PDD kan tergantung temanya. Dan kalo proposal belum ada, Humas enggak bisa kerja."

Pandu menutup rapat dengan berdoa, lalu kami semua membubarkan diri. Aku berjalan kearah kantin yang masih buka, disusul Pandu dibelakangku. Ia masih ngobrol dengan bang Riko yang tadi menegur kami. Aku jadi ingat ajakan kencannya ke Ame.

"Bang Riko sehat?"

"Ya?"

Aku mensejajarkan langkah dengan Pandu dan bang Riko, lalu mengajak mereka duduk disalah satu bangku kosong. Menyuruh Pandu memesan makan dan minuman, waktu ini ku gunakan untuk ngepoin gebetan Ame.

"Kemaren kencan sama Ame sukses bang?"

Bang Riko terlihat terkejut mendengar pertanyaanku, tapi hanya sebentar karena dia terlihat bisa menguasai diri selanjutnya. "Kami cuma nonton terus makan. Kenapa?"

"Enggak nembak Ame gitu?" Ia terkekeh, "kalo suka sama orang tuh diungkapin. Pake acara sok-sokan nyuekin lagi. Heuuuu....."

"Berisik!"

"Weeehhh... ada apaan nih? Rame banget rasanya, kaya permen nano-nano."

"Tanya nih sama sepupu gue yang bego tapi bisa jadi ketua hima."

Aku menyeringai. Kaget ya? Haha. Bang Riko memang sepupu aku. Lumayan jauh sih, enggak deket-deket banget. Tapi masih menjabat sebagai sepupu.

"Ini nih, kemaren bang Riko kencan sama Ame lho, Ndu. Ils sont amoureux. Dan gue curiga mereka jadian. PJ dong bang!" Aku menaik-turunkan kedua alisku.

Pandu menatapku horor, lalu dengan entengnya menoyor kepalaku. "Bang Riko jatuh cinta? Tu-peux?" menunjuk bang Riko masih dengan raut muka kaget bin horor, "gue kenal elo dari SD lho bang. Serius orang kaku dan blangsak kaya elo bisa suka sama cewe?"

"Heran gue, bacot lo berdua lemes banget! Mau gue kencan kek, mau gue jadian atau mau gue ena-ena tuh kagak ada urusan sama elo berdua!"

Aku dan Pandu ngakak, pasalnya bang Riko mengungkapkan kekesalannya dengan raut muka yang lempeng. Selempeng TV LED jaman now. Coba kalau yang ngomong itu Pandu atau minimal Ame, udah jelas sumpah serapah bertebaran dimana-mana. Secara mereka kan jagoannya misuh.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang