BAB 12 Aku milik kamu?

2.7K 85 0
                                    

Up karena berduka mengerjakan tugas yang gagal karena servernya sana down

INIKAH YANG NAMANYA KUTUKAN? ;(

*abaikan yang di atas

---

"Kalo kamu nggak bawa calon ke sini, jangan harap ya, bulan depan dapat uang jajan. Sana bayar uang UKT –uang kuliah tunggal- sendiri, nggak usah minta lagi sama Mamah atau Ayah."

"Mah, aku tuh masih kuliah. Ngapain sih ngebet banget punya mantu?"

"Ya biarin lah. Kamu tuh anak tunggal, semua yang di cari sama Ayahmu itu ya buat Mamah sama kamu. Jadi kamu harus tahu diri, cepet bawa calon mantu Mamah!"

Aku mengunyah kue bolu dimulut dengan pelan. Duduk bersandar di sofa, kedua kakiku bersila. Mendengarkan seksama pergulatan panas antara Bang Riko dan Tante Mira –Mamahnya Bang Riko- di rumahku. Meskipun kami itu saudara jauh, Tante Mira memang sering main ke rumah orang tuaku. Seperti sekarang ini. Tiba-tiba aku dikejutkan kedatangan mereka tadi pagi.

Setelah berkutat dengan tugas seabreg, ujian akhir dan projek bersama itu, akhirnya aku bisa menyesap rasa liburan di rumah. Jangan lupakan pada tugasku sebagai koor Sie Acara Fakultas. Aku dan timku punya PR banyak banget dari Pandu dan teman-teman lainnya. Sirahku mumet, ndes!

Ini hari pertamaku di rumah, tapi pasangan embok dan anak itu sudah mengacaukan pagiku. Tante Mira itu cerewet banget. Kalau beliau bicara, panjang pendeknya huruf itu susah kedeteksi. Pokoknya merepet panjang kaya kereta api lewat, berisik. Beda banget sama anaknya, diamnya nggak ketulungan.

"Jadi Mamah nggak ikhlas bayarin hidup aku selama ini?"

"Keikhlasan itu nggak bisa diukur. Kamu itu anak Mamah sama Ayah, jadi udah jadi tanggung jawab kami buat biayain kamu. Tapi, seperti yang tadi Mamah bilang, kamu harus tahu apa itu tahu diri, apa itu balas budi. Buat hati orang tua seneng tuh pahala surga buat kamu."

Selesai menelan kue bolu buatan Ibuku, aku menenggak susu coklat dingin dari gelas. Masih memperhatikan keributan yang tercipta oleh pasangan embok cerewet dan anaknya yang diam-diam menghanyutkan. Susuku habis, ku taruh lagi gelas pada meja kotak di hadapanku. Kakiku bersila di atas sofa yang ku duduki. Tangan kanan aku jadikan tumpuan untuk menyangga daguku. Sesekali senyum kecil nan geli muncul di wajahku. Ya ampun, mereka itu menggemaskan.

"Aku tahu, kok. Tapi Mamah mintanya aneh-aneh sih, masa minta mantu? Aku aja masih kuliah dibiayain, masa iya berani ngambil anak orang buat aku hidupin. Cari mati itu mah."

"Ngeyellll..."

"Mamah emang an--"

"Tante Mira tenang aja, nanti siang calonnya Bang Riko ke sini." Masih dengan posisi yang sama, aku tersenyum miring. Menatap bang Riko yang menatapku tajam. Tapi aku masa bodoh. Saatnya bermain-main dengan pasangan menyebalkan itu.

"Serius, Sayang? Kamu tahu orangnya? Siapa? Kamu kenal? Apa jangan-jangan Tante kenal juga? Kasih tahu Tante dong!" pekikan dan rentetan pertanyaan Tante membuatku mau tak mau menahan tawa. Tanteku yang satu emang jagonya bikin orang geleng-geleng takjub. Melirik Bang Riko yang masih menatapku tajam, seakan ingin memberi tahu bahwa aku salah bicara. Sayangnya, lagi-lagi aku masa bodoh.

"Kenal banget dong, Tan. Dia temanku. Mungkin Tante belum kenal, tapi--" ucapanku tergantung, tersenyum lebar sambil berdiri menghampiri Tante Mira. Berbisik pelan di telinga kirinya, "aku rasa Tante bakalan suka sama dia. Tunggu aja, dia berhasil naklukin anak Tante soalnya," dalam hati aku terkikik. Membayangkan Ame dan Tante yang sama-sama cerewet. Wah, mereka pasti akan cocok sekali.

Secara hiperbolis, Tante Mira langsung memekik girang, beliau menaruh kedua telapak tangan di pipi. Kemudian berlari menghampiri anak semata wayangnya itu. Memeluk hingga menciumi pipi bang Riko. Aku terkekeh melihat bagaimana wajah bang Riko yang terlihat sebal dan marah sekaligus. Dia pasti akan menghabisiku nanti.

AKU TAKUT JATUH (CINTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang