Chapter 1- My name is MELODY.

737 30 1
                                    

Shoundtrack :  Tayloy Swift- Everything Has Changed ft. Ed Sheeran.

------

Hei...

Ini cerita pertamaku, sebenarnya aku sudah lama menulis ini dan akhirnya terpost juga di wattpad, aku harap kalian suka. Mohon jangan  di copas ya, hargai yang nulis, Oke.

Happy Reading.

Tolong tingalkan vote dan komentar kalian ya, aku sangat berharap untuk itu.
-

-

-
New York, Amerika.
2017

Melody berlari melewati kemacetan kota, biasanya New York tidak semacet ini jika saja lampu lalu lintas tidak ditabrak oleh si gendut pemilik mobil Tesla P90D, sejenis mobil yang cukup mahal, sangat disayangkan karena bagian depannya mendarat tepat di tiang lampu lalu lintas. Melody menggunakan jeans dan baju kemeja lengan panjang berwarna orange muda, ia melirik ke arah keramaian, sepertinya polisi sudah datang untuk menyelesaikan kekacauan kota. Biasanya Melody naik kereta bawah tanah dari Boston ke New York, tapi ia lupa jika setiap hari senin keberangkatan kereta dipercepat lima belas menit dari hari biasa, ia terpaksa menggunakan bus, waktu yang ditempuh juga menjadi lebih lama.

Ia mendorong pintu kaca rumah sakit NYU Langone Medical Center menuju meja resepsionis, ia mengangkat tangannya melirik jam yang melingkar di sana, hampir saja terlambat. Melody merogoh tasnya mencari sapu tangan untuk mengelap sisa keringat karena berlari selama lima belas menit lebih.

Good morning miss Angeline. Ruangan pertemuan hari ini ada di lantai tujuh belas, peserta magang yang lain sudah berkumpul di sana.” Ucap wanita berambut coklat yang disanggul rapih sambil tersenyum ramah. Wanita ini masih mengenal Melody, padahal mereka baru bertemu satu kali, mungkin karena penampilan Melody berbeda dari peserta magang yang lain yang rata- rata berambut gelap, sedangkan gadis ini memiliki rambut pirang yang sangat cerah.

Melody mengatur nafasnya sambil mendengar wanita dihadapannya selesai bicara, ia mengangguk mengerti sambil tersenyum, “Thank you.” Ucapnya lalu membalikkan tubuhnya untuk pergi namun ia malah menabrak sesuatu, membuatnya mundur beberapa langkah. Melody menunduk mengelus keningnya, ia menatap sepasang sepatu kulit yang cukup bergaya. Suara cekikikan di belakang Melody menyadarkannya untuk tidak terus menatap sepatu mahal di bawah sana.

Good morning Mr. Charlien.” Sapa wanita berambut coklat dibalik meja di belakang punggung Melody, pemilik suara yang sama yang menyapa Melody tadi.

Melody mengangkat wajahnya berlahan, mendeskripsikan seorang lelaki yang sekarang hanya berdiri beberapa sentimeter dihadapannya. Lelaki itu menggunakan celana hitam yang terlihat elegan, baju kemeja putih yang dilapisi jas putih berlambang NYU Langone Medical Center New York dan Stethoscope yang melingkar rapih di lehernya, seperti habis memeriksa orang saja.

“Mr. Charlien ada yang bisa saya bantu?” Tanya wanita berambut coklat itu lagi, Melody baru sampai untuk melihat bola mata coklat yang sedari tadi menatapnya.

Ia menundukkan kepalanya lagi, “Sorry.” Gumam Melody pelan.

Lelaki itu tidak mengatakan apapun kepada Melody, ia berjalan melewati Melody menuju meja resepsionis, “Suster Clark, dimana ruang pertemuan untuk mahasiswa magang tahun ini?” Tanyanya dengan nada dingin.

Melody bisa mendengar suara lelaki itu, namun ia memilih menjauh dari meja resepsionis menuju lift meninggalkan kecanggungan karena kesalahannya tadi. Lelaki itu berpenampilan dokter tapi kenapa tidak di panggil dengan sebutan dokter? Melody terus memikirkan lelaki yang ditabraknya tadi selama di dalam lift. Setelah sampai di lantai tujuh belas, ia membuka pintu kayu bercat hitam yang elegan, semua teman magangnya duduk melingkar dengan rapih.

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang