Chapter 9- The Past 2

312 19 0
                                    

Soundtrack: If I Ain't Got You- Alicia Keys-

-
-
-
-

Melody membaringkan tubuhnya di kasur, ia tidak bisa menghapus bayangan Luhan dari pikirannya. Lelaki itu memenuhi isi tulisan dalam novel yang Melody baca, ada apa dengan hatinya? Ia benar- benar tidak berniat untuk mendekati lelaki itu, ia tidak punya keinginan untuk membantu Rachel, bahkan ia tidak ingin terlibat dalam masalah yang sedang mereka berdua atasi.

Suara ketukan pintu menyadarkan Melody dari lamunannya, Andrea masuk dengan membawa beberapa novel, Melody tersenyum melihat judul- judul novel dan penulisnya, Andrea memang suka membaca hal yang berbau romantis sama seperti Melody, "Kau bisa membaca semua ini, mereka yang terbaik." Ucap Andrea meletakkan novel- novel itu di atas meja.

"Terima kasih." Jawab Melody singkat.

"Aku akan pulang sekarang, aku sangat lega kau disini bersama Kate." Kata Andrea sebelum pergi. Sejujurnya Kate sangat beruntung memiliki kakak sepupu seperti Andrea, dia wanita yang baik hati, sangat baik dan penuh perhatian. Melody baru mengenalnya namun mereka seperti sudah saling mengenal lama.

***

Langit malam di musim gugur memang cukup indah, Luhan memegang secangkir kopi hangat yang dibelinya dari kantin rumah sakit, ia menatap gemerlap lampu bangunan- bangunan bertingkat dan jalanan yang masih ramai, New York tidak pernah tidur, semakin malam maka kota ini akan semakin ramai. Luhan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung jas, ia memang sering menghabiskan waktu di atap rumah sakit, ini adalah satu- satunya zona yang terhindar dari keramaian dunia. Luhan menghirup kopinya lambat- lambat, merasakan hangatnya melewati tenggorokan yang dingin. Pikiran Luhan terbang ke masa kecilnya.

7 tahun yang lalu

New York, Amerika.

2010

Dua orang remaja sedang duduk di sebuah karpet persegi di bawah pohon besar. seorang remaja laki-laki tengah duduk menyandar di batang pohon, dan gadis itu setengah tertidur di bahunya.

"Aku tidak bermaksud meninggalkanmu Luhan, maafkan aku." Ucap gadis itu kepada Luhan, matanya masih terpejam tidak berani menatap raut wajah kecewa kekasihnya.

"Kita tidak pernah berpisah Keana, Ada banyak hal yang bisa saja terjadi saat aku tidak ada disisimu."

Gadis remaja yang bernama Keana itu membuka matanya, ia menatap lekat lelaki disampingnya, "Look at me, look my eyes." Luhan membalas tatapan gadis itu, bola mata biru yang selalu membuatnya bahagia itu berbinar indah, seperti sebuah janji gadis itu menatapnya dengan kasih sayang, "I love you." Ucap gadis itu dengan lembut.

Luhan mengelus pipi Keana, ia menghafalkan setiap sudut wajah Keana. Dari mereka Elementary school hingga senior high school, mereka selalu bersama. Keana adalah tempat pulang terbaik bagi Luhan, keana sudah seperti rumah yang aman untuknya, "Love you too, my Keana."

Keana tersenyum, "Yes, I'm your Keana, wait for me Luhan, I'll be back for you." Keana meneteskan air mata, enggan sekali rasanya mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang dari kecil mencintainya, menjaganya dan membuatnya bahagia.

Luhan menyapu air mata Keana dengan jarinya, "Kau harus membuat dirimu tetap bahagia, walaupun aku tidak disisimu, Promise." Luhan mengulurkan jari kelingkingnya sambil tersenyum.

"Yes, I promise." Keana menyatuhkan jari kelingkingnya, Luhan mencium tangan Keana dengan lembut. Luhan rela melakukan apapun demi kebahagiaan gadis kesayangannya, Keana sudah memimpikan menjadi seorang agent FBI dari kecil, Luhan tahu Keana selalu berharap bisa menjadi seperti detektif-detektif di serial Hollywood, itu sangat keren. Setelah lulus dari senior high school, Keana mendaftarkan dirinya, ia harus pindah ke Ibu Kota untuk menjalani pelatihan di sana.

***

Kembali ke masa sekarang...

New York, Amerika.

2017

Luhan meneguk kopinya dengan cepat, mengingat wanita itu membuatnya muak, bukan hal yang mudah menunggu orang bertahun- tahun namun tiba- tiba dicampakkan tanpa ada alasan. Luhan membencinya, ia belum pernah melihat wajah Keana sejak tujuh tahun lalu, entahlah apakah ia akan mengenali wanita itu saat mereka bertemu lagi.

Luhan meraih Iphonenya yang tersimpan di saku celana, ia menelpon seseorang.

"Who is this?" Tanya seorang gadis di seberang sana.

Luhan mengernyit, ia menatap Layar Iphone, matanya melotot saat melihat nama yang tertulis di layar, "Melody." Gumamnya.

***

Suara deringan Iphone Melody menganggu tidurnya, ia baru saja memejamkan matanya. Dengan berat hati Melody mengangkat telponnya, ia tidak mengenali nomor ini, "Who is this?" Tanyanya.

"Melody." Melody menahan nafasnya mendengar suara seorang lelaki menyebut namanya, lelaki yang sama yang memanggilnya tadi siang, "Melody kau masih di sana?" Tanya Luhan.

"Ya, I'm in here." Jawab Melody, "Kenapa kau menelponku? Ada keadaan darurat di rumah sakit?" Tanya Melody.

"Sorry, Aku salah menekan nomor telpon." Jawab Luhan.

"What?" Melody setengah berteriak, lelaki ini baru saja mengganggung tidurnya sekarang dia bilang salah sambung, "Kau sedang tidak mencari alasan untuk menelponku, kan.?"

Luhan tertawa kecil, Melody bisa mendengarnya, "Kau sangat percaya diri, tapi aku sungguh tidak berniat menelponmu tadi."

Melody cemberut, "Baiklah, akan aku tutup, good night."

"Wait! Kau mau tidur?" Tanya Luhan.

Melody mendengus, "Aku sudah tidur Luhan, tapi kau membangunkanku."

Luhan menarik bibirnya lagi, ia tersenyum, "Okay, maafkan aku, good night too, see you." Ucap Luhan menutup telponnya.

-
-
-
-

To be continued

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Terima kasih

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang