Chapter 30- Forgive Me

526 16 1
                                    

Soundtrack : This I Promise You- NSYNC

Happy Reading :)

-

-

Hal yang paling tidak mungkin di dunia ini adalah kembali ke masa lalu, fakta itu pasti sudah diketahui oleh semua orang. Tapi kenyataannya Melody yang berjuang sekeras hati merelakan masa lalu, kembali ditawarkan untuk memutar waktu.

"Mel. Aku pulang duluan." Ucap Liona menyadarkan lamunan Melody.

"Hah?" Jawab Melody bingung. Iya melihat kesekeliling ruangan, sudah tidak ada orang lagi di ruang dokter.

"Aku sangat bersyukur hari ini kita tidak terlalu sibuk, sebagian dokter sedang mengecek kamar pasien VIP." Jelas Liona lalu menyandang tasnya, "Kau hari ini melamun terus, jika ada masalah sebaiknya diselesaikan." Ucap Liona lalu langsung ke luar ruangan.

Melody menatap jam dinding, baru jam lima sore, sejak semalam pikirannya dipenuhi oleh Luhan. Kata-kata lelaki itu seperti boom waktu yang ingin membawa Melody ke masa lalu. Melody harusnya dihukum untuk segala hal, tentang prioritasnya tiga tahun lalu dan tentang Luhan.

Detak jam dinding semakin keras, sudah seperti detak jantungnya. Apakah ia akan dikatakan egois jika kembali bersama Luhan. Sebelum mikirkan hal itu, Luhan harus tahu terlebih dahulu bahwa Melody yang telah dengan sengaja melepaskan.

Iphone Melody berdering, nama Rachel yang tertulis di layarnya.

"Melody, kau dimana?" Tanya Rachel tepat setelah Melody mengangkat telponnya.

"Rumah sakit, kenapa?"

"Aku akan ke New York hari ini, dan Luhan." Nada suara Rachel terdengar berat dan khawatir.

"Kalian dimana?"

"Airport." Melody memutuskan telponnya. Lalu berlari mengambil tas dan pergi dari rumah sakit menuju Bandara.

Selama perjalanan Melody terus melihat jam tangannya, ia masih bisa bertemu Luhan kan? Jika tidak, untuk apa takdir pertemukan mereka di club. Bukankah takdir masih ada dipihak Luhan, bukankah takdir masih memberikan kesempatan pada Melody untuk memperbaiki semuanya. Tanpa sadar air mata Melody menetes, ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti tiga tahun lalu. Berpura-pura merelakan, melepaskan namun sama-sama menderita.

Melody sampai di Bandara, ia berlari ke pintu masuk dan memeriksa satiap sudut ruang tunggu. Wajahnya cemas, keringat dingin keluar dari sela keningnya karena berlari seperti orang gila. Melody kebingungan, Apakah dia terlambat?

"Melody." Teriak Rachel dari kejauhan.

Melody menoleh ke sumber suara dan berlari lagi ke arah Rachel.

"Dimana?" Tanya Melody sambil mengatur nafasnya.

"Tenangkan dirimu." Rachel mengelus bahu Melody.

Tidak lama berselang Luhan datang dengan membawa koper.

Nafas Melody tercekat, Lelaki itu akan pergi, lagi.

"Melody?" Raut wajah Luhan terkejut, "Kau disini?"

Melody menatap wajah Luhan, sebelum semuanya terlambat dan kembali dimakan waktu lagi. Melody harus menceritakan yang sebenarnya. Agar tidak ada lagi rasa tertekan dan bersalah, Melody juga mau berdamai dengan hatinya.

"Jam berapa penerbangannya?" Tanya Melody.

Luhan yang tadi membalas tatapan perempuan itu beralih menatap Rachel, "Lima belas menit lagi." Ucap Rachel, Rachel lalu mengambil koper dari Luhan. Aku akan pergi lebih dulu. Rachel sadar bahwa Melody salah paham, tapi Rachel tidak akan meluruskan. Melody memang harus menyelesaikan masalah diantara mereka, Luhan pantas menerima hadiah atas kesabarannya.

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang