Chapter 24- A foreigner's trail

271 16 0
                                    

Happy Reading :)

.

.

Setelah sepuluh hari bangun dari koma, Melody diperbolehkan pulang dengan syarat ia harus check up minimal setiap minggu sekali. Semua orang menyambut kedatangan Melody, termasuk Keana dan Rachel. Melody masih bingung dengan keadaannya sekarang. Alex sudah menjelaskan semuanya, tentang operasi transplantasi jantung, si pendonor, juga tentang Luhan, orang asing yang ditemuinya di rumah sakit saat ia baru siuman. Namun, tidak ada satupun orang yang menjawab dimana Mike berada, mereka hanya menjawab Mike sedang bertugas di lapangan, selanjutnya mereka malah mengalihkan pembicaraan.

Melody memaklumi jika Mike tidak bisa menemaninya disaat seperti ini, mungkin ada masalah yang lebih penting yang sedang terjadi. Ketika sampai di rumah lagi-lagi Melody melihat lelaki itu, "Dad, kenapa lelaki itu ada di sini?" Tanya Melody, sambil berbisik. Mereka berjalan melewati masuk kerumah, Luhan dan yang lain sudah berdiri di ruang tamu.

"Dia kekasihmu." Jawab Alex sekenanya, ia hampir bosan menjelaskan sosok Luhan kepada Melody. Putrinya itu tetap saja amesia.

Melody terbelalak, ia terbatuk-batuk, sampai membuat semua orang panik, "Melody kau tidak apa-apa?" Keana langsung mendekat lalu memegang tangan Melody, untuk membantunya berjalan.

Rachel menyilangkan tangannya, "Bukannya aku sudah bilang untuk menggunakan kursi roda dulu, kondisimu masih lemah Melody." Melody duduk di ruang tamu, Ayah Melody langsung pergi keatas sambil membawa tas besar, pakaian dan peralatan Melody selama di rumah sakit

"Aku tidak lumpuh." Jawab Melody tanpa dosa. Rachel memutar matanya, sifat asli gadis itu kembali lagi. Melody yang ada di New York selalu bersikap sopan dan baik. Sekarang ia kembali jadi gadis keras kepala seperti zaman kuliah.

Luhan mendekat lalu duduk di hadapan Melody, mereka terpisah meja ruang tamu, "Kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Luhan tanpa basa-basi. Meskipun Melody lupa tentangnya, Luhan tetap bersikap biasa, tapi nada bicara tidak selembut saat Melody koma. Ia sudah dianggap aneh oleh Melody karena mau memeluknya sewaktu di rumah sakit, padahal Melody tidak mengenalnya.

Melody mengangguk, membuat dua Rachel dan Keana penasaran, "Kau mengenal dia?" Tanya Rachel sambil menunjuk Luhan.

"Tentu saja." Luhan terkejut, benarkah Melody sudah mengingatnya, "Dia atasanku ketika magang." Tenggorokan Luhan tercekat mendengar ucapan Melody.

Keana berdeham, Rachel melotot tidak percaya, bagaimana bisa terjadi, Melody benar-benar lupa tentang Luhan.

"Anda tinggal dimana? Saya sangat berterima kasih anda mau meluangkan waktu untuk menjenguk anak magang seperti saya." Keana dan Luhan menatap ke arah lain, seolah mereka tidak mendengar ucapan Melody. Dua perempuan itu tidak sanggup menatap raut wajah Luhan.

Luhan berdiri dari duduknya, ia tidak sanggup lagi dianggap orang asing. Daripada emosinya meledak, sebaiknya ia pergi sekarang juga. Luhan naik kelantai atas, membuat Melody mengernyit tapi tidak mengatakan apapun sampai Luhan tidak terlihat.

"Kenapa dia naik ke atas? Inikan rumahku?" Tanya Melody.

"Melody dengarkan aku, Luhan dan kau itu saling mencintai. Aku tidak percaya kau melupakannya separah itu, apakah hatimu tidak merasakan apapun?" Tanya Rachel menatap Melody lekat, mencari kebenaran lewat mata biru Melody.

"Aku dan dia? Mencintai?" Melody bingung ia melihat Keana.

Keana mengangguk, "Kau membuat orang yang kau cintai patah hati di hari pertama kau sembuh." Ucapan Keana membuat Melody terdiam.

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang