Melody meregangkan kedua tangannya saat keluar dari ruangan dokter, hari ini ia telah bekerja dengan keras, ada banyak sekali pasien yang harus diperiksa, waktunya istirahat untuk makan siang. Melody terkejut saat mendapati seorang lelaki tengah menatapnya. Lelaki itu bersandar di samping pintu ruang dokter, kedua tangannya disilangkan di depan dada.
“What are you doing in here?” Tanya Melody.
Luhan berjalan lebih dekat ke arah Melody, “Mau makan siang denganku?” Ucapnya, Luhan berusaha menghilang pembatas diantara dia dan Melody.
Mungkin bagi semua orang mengingat cinta pertama itu sangat kekanakan, namun setiap cinta itu berbeda, semakin tulus kita mencintai seseorang maka semakin sulit kita melupakan orang itu, Luhan telah memberikan semua cintanya untuk satu orang wanita, dari kecil hingga ia tumbuh menjadi dewasa hanya wanita itu satu- satunya yang ia cintai, entah apa kesalahannya hingga wanita yang sangat berharga itu melepaskannya, meninggalkannya tanpa mengucapkan selamat tinggal. Tiba- tiba seorang Melody muncul dihadapannya, menabraknya tanpa sengaja. Bola mata berwarna biru yang terus menerus Luhan hindari membuatnya ingin menatap lebih lama.Melody mengernyit, “Are you okay? Why did you invite me to lunch with you?”
“Tidakkah kau mau makan siang sekarang?” Luhan menatap Melody dengan serius.
Melody diam sejenak, apa ia harus menerima tawaran Luhan? “Mm..Baiklah.” ucapnya ragu.
Tanpa aba- aba Luhan langsung menarik pergelangan tangan Melody. Sejenak Melody tertegun, debaran jantung membuatnya linglung, ia hanya berjalan mengikuti Luhan, sesekali ia melirik Luhan, Lelaki yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu ini membuat perasaannya serba salah, terutama saat ia tahu Luhan memiliki masa lalu yang cukup rumit hingga merubah cara pandangnya saat melihat orang seperti Melody.
***
Luhan memakirkan mobilnya di salah satu restoran, Melody mengernyit membaca nama restoran itu, “You like indonesian food?”
“Kau pernah makan makanan indonesia?” Tanya Luhan menoleh melihat Melody.
Melody menggelengkan kepalanya, “Never.” Luhan hanya mengangguk dan tersenyum, ia turun dari mobil diikuti Melody.
Saat mereka masuk ke dalam restoran, Melody dan Luhan disambut hangat oleh seorang pelayan, Luhan menuntun Melody mendekati meja yang dekat dengan jendela.
Melody membaca menu, ia belum pernah mencoba makanan indonesia, “Kau bisa memesankan sesuatu untukku?” Tanya Melody. Luhan memanggil pelayan lalu memesankan menu yang sama. Melody melirik Luhan, “You like indonesian food?” Tanya Melody lagi.
Luhan menganggukkan kepalanya, “My grandpa is indonesian.” Melody mengangguk mengerti, “If I go home, my mom always cook indonesian food.”
"Kau memiliki darah asia?"
Luhan menganggukan kepalanya, "Nama tengahku berasal dari Indonesia, grandpa yang memberikannya."
“Kau dekat dengan keluargamu?” Tanya Melody.
“Iya, beberapa tahun ini aku jarang sekali pulang.”
“Why?”
“You know, pekerjaan di sini bisa membuatku melupakan semua hal.” Jelas Luhan singkat.
“Termasuk Keana?” Ucap Melody pelan. Luhan menutup matanya mendengar nama itu, ia menarik nafasnya dalam sebelum membuka matanya lagi, “Kau bukan hanya melarikan diri dari masa lalu tapi kau juga melarikan diri dari keluargamu. Did your mom know about your problem?”
Luhan mengangguk, ia mengalihkan tatapannya keluar jendela, “Iya, dia mendapatkan undangan saat wanita itu bertunangan.” Luhan membuang nafasnya, “Dia menyembunyikannya dariku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love "Blue Eyes" [END]
RomanceMelody Angeline, gadis berambut pirang yang jauh- jauh magang di salah satu rumah sakit ternama NYU Langone Medical Center New York, Amerika Serikat. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran dari Harvard University, Melody tidak pernah berfikir untu...