Chapter 16- Lie

286 18 0
                                    

Happy reading...

-

-

-

Melody membuka matanya perlahan ketika sinar matahari menerpa permukaan wajahnya melalui sela-sela gorden, pikirannya melayang pada kejadian kemarin. Melody langsung bangun dari tidurnya, saat mengingat sesuatu yang harusnya tidak ia lupakan. Dengan cepat, ia membuka pintu kamar mencari satu- satunya orang yang bisa menolongnya.

"Melody ada apa?" Tanya Kate yang baru saja turun dari kamarnya. Kate menatap Melody penuh tanya, tidak biasanya Melody keluar kamar dengan kondisi yang masih sangat berantakan. Rambut pirangnya yang terurai terlihat sangat kusut, Melody seperti zombi kelaparan.

"Where is Andrea? Aku sangat membutuhkannya." Ucap Melody panik.

Kate mengerutkan keningnya, "Kau masih bermimpi ya? Andrea malam tadi sudah pulang bersama dengan dr. Liana. Kau sendiri yang mengantar mereka sampai ke teras."

Melody menepuk keningnya, ia langsung berlari menuju kamar tanpa memperdulikan Kate yang masih menatapnya dengan bingung.

Melody menyambar Iphonenya, ia menghubungi Andrea. Hanya wanita itu yang bisa menolongnya saat sesuatu terjadi padanya nanti.

***

Setelah bersiap, Melody keluar dari kamar dengan menggunakan jeans dan kemeja seperti biasa. Kate telah menunggunya di ruang tamu.

"Kau tidak mau sarapan?" Tanya Kate.

Melody menggelengkan kepalanya, "Aku tahu kau ingin bertanya mengenai kejadian tadi." Kate mengangkat bahunya sambil tersenyum, "Ayo, akan aku ceritakan dalam perjalanan."

Kate mengendarai mobilnya dalam kecepatan normal, New York pagi ini tampak lebih indah. Daun- daun berwarna kuning, merah dan kecoklatan sudah mulai memenuhi jalanan, sebuah taman dipinggir jalan yang biasa Kate dan Melody lewati terlihat lebih berwarna.

"Sepulang kerja, kita mampir ke taman ya." Ajak Melody, ia masih menatap keluar jendela.

Kate mengangguk, ia lalu menyalakan musik dengan volume rendah. Melody tersenyum, lagu yang Kate putar sangat pas dengan situasi saat ini, "Kau mau bercerita? Kenapa pagi-pagi kau mencari Andrea" Tanya Kate.

"Aku menghilangkan novelnya." Ucap Melody dengan nada lemas, sebuah kebohongan yang terdengar begitu nyata.

Kate mengerutkan keningnya, "Kau pasti lupa menaruhnya, kapan terakhir kau membacanya?" Tanya Kate tanpa ada nada curiga sama sekali.

Melody memasang wajah bersalah, "Aku biasa membawanya kemanapun, termasuk rumah sakit. Jika ada waktu aku pasti membacanya. Aku rasa aku meninggalkannya di suatu tempat."

Kate menghela nafasnya, "Andrea tidak akan marah hanya karena kehilangan satu novel, kau jangan panik seperti tadi pagi lagi."

"Kau benar. Andrea tidak keberatan sama sekali." Melody tersenyum, "Ia akan membantuku." Batin Melody.

***

Luhan memasukkan dua botol pil yang ia temukan kemarin ke dalam tas kerjanya. Hanya Melody satu-satunya orang yang bisa ia tanyai mengenai dua obat itu. Luhan tidak bisa tidur karena memikirkan siapa pemilik obat itu. Jika hanya vitamin atau obat biasa, Luhan tidak akan menghiraukan hal semacam ini. Tetapi, itu adalah obat jantung. Siapa orang yang masih bisa bertahan dengan meminum obat berdosis setinggi itu, orang itu harusnya segera melakukan operasi transplantasi jantung secepatnya.

"Melody." Panggil Luhan saat Melody baru saja keluar dari lift.

Melody terkejut mendengar suara Luhan, "Ada apa?" Tanya Melody mencoba senormal mungkin. Melody sudah tahu Luhan akan segera menanyakan prihal kecerobohannya.

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang