Chapter 2- You?

402 27 0
                                    

Soundtrack : Everytime- Britney Spears

-----

Melody meremas dada sebelah kirinya,  ia telah meminum obat dengan dosis seperti biasa tapi kenapa rasanya sakit sekali. Melody berjongkok di depan wastafel, tangan kanannya mencengkram kuat dadanya sedangkan tangan kirinya berpegangan pada ujung wastafel agar ia tidak duduk terjatuh  di lantai toilet. Melody mengatur nafasnya, menahan rasa sakit. Apa yang salah dengannya? Ia minum obat tepat waktu, atau karena faktor kelelahan? Ia harus segera pindah ke New York, mana mungkin ia bisa kembali ke Boston dengan kondisi seperti ini, ia pasti akan ambruk di dalam kereta nanti.

***

Luhan masuk ke dalam ruangan pertemuan tadi, semua peserta magang telah berkumpul di sana. Namun, ia tidak menemukan pemilik mata biru yang menabraknya tadi pagi serta berdebat singkat dengannya di ruangan ini. Smith sedang mengobrol dengan salah satu peserta, beberapa menit lagi waktu istirahat akan habis.
Saat Luhan berjalan mendekat ke depan, Smith menghentikan percakapannya, ia memberi ruang untuk Luhan melanjutkan materi hari ini. Luhan menjelaskan beberapa hal tentang kecanggihan alat medis yang dimiliki rumah sakit NYU Langone Medical Center, ia ingin menanyakan keberadaan Melody kepada peserta magang, tapi ia tidak dilakukannya.

Tiba- tiba, suara deringan Iphone milik Luhan mengalihkan perhatian. Luhan mengambil Iphone yang ada di saku jasnya, “Excuse me, I wanna pick up the phone.” Ucap Luhan, lalu melihat kearah Smith agar melanjutkan materinya, ia melangkah ke arah pintu.

***

Rasa sakit yang ada di dada sebelah kiri Melody mulai mereda, ia bangkit dari duduknya. Melody menatap bayangannya di kaca wastafel, lalu membuka kran air untuk membasuh wajahnya yang nampak pucat. Melody memperbaiki riasannya agar orang tidak menyadari kulit wajahnya yang berubah. Setelah melakukan hal itu, Melody keluar toilet menuju lantai tujuh belas tempat pertemuan tadi. Melody melirik jam tangannya, ia sudah terlambat.

Ting

Suara lift menyadarkan Melody dari lamunannya, ia melangkah menuju pintu berwarna hitam dan berdiri di sana beberapa detik sebelum membuka pintu.

***

Luhan bergegas membuka pintu ruangan, itu telpon dari wanita kesayangannya. Tidak biasanya Ibu Luhan menelpon anaknya saat masih jam kerja, pasti terjadi sesuatu. Luhan membuka knop pintu dengan cepat dan melangkah keluar, tiba- tiba seorang wanita berambut pirang menabrak dadanya dengan keras, Luhan melingkarkan tangannya ke pinggang gadis itu agar tidak terjatuh ke belakang, reflek ia menarik gadis itu lebih dekat dengannya. 

Melody tertegun, ia tidak bisa bernafas saat berada di dalam pelukan Luhan. Lelaki itu tidak membiarkannya jatuh, untuk pertama kalinya Melody bisa melihat jelas bayangan wajahnya di bola mata coklat milik Luhan. Melody tidak berkedip sama sekali melihat wajah Luhan yang tampak terkejut.

Luhan terfokus pada menatap mata biru Melody, ia tertegun, seperti hilang kesadaran. Selang beberapa menit, Luhan tersadar karena suara Smith memanggil namanya. Luhan langsung melepaskan tangannya dari pinggang Melody.

Brukk

“Aw...” Melody merintih mengelus bagian bawah pinggangnya yang terhempas keras di lantai. Luhan terbelalak, ia terkejut dengan apa yang telah ia lakukan. Luhan merasa bersalah karena menjatuhkan Melody dengan keras.

“Anda tidak apa- apa Mr. Charlien?” Tanya Smith kepada Luhan.

Melody mengerutkan keningnya menatap Smith, ia yang terjatuh ke lantai tapi lelaki tua itu mengkhawatirkan Luhan saja.

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang