Chapter 10- New Work

300 18 1
                                    

Happy reading :)
-
-
-


Cahaya matahari pagi menerpa permukaan wajah Melody melalui sela- sela gorden, Melody mengerjapkan kedua matanya, ia melirik jam yang ada di atas nakas di samping ranjang. Mata Melody melotot, ia terambat turun dari kasur, lalu bergegas menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi.

Setelah bersiap- siap Melody meraih jas putih yang tergantung di belakang pintu kamarnya, ia berjalan menuju dapur.

Kate sedang meminum segelas susu cokelat saat Melody tiba, "Hei, good morning." Sapa Kate menyodorkan segelas susu kepada Melody.

"Morning." Balas Melody dengan tersenyum.

"Apa rencana hari ini? Makan siang bersama dokter Luhan lagi?" Kata Kate sambil menaik turun alisnya.

Melody memutar bola matanya, "Kau sedang menggodaku ya?" Melody menghirup susu cokelat buatan Kate, "By the way, dimana Andrea bekerja? Ia seorang dokter jantung kan?" Tanya Melody.

"Ia bekerja bersama tunangannya, Marcell memiliki rumah sakit sendiri, ada beberapa cabang rumah sakit yang Marcell miliki termasuk tempat Andrea bekerja sekarang." Jelas Kate, Melody hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

***

"Kenapa kau tidak magang di salah satu rumah sakit milik Marcell? Tentu saja akan lebih mudah kan?" Tanya Melody kepada Kate yang sedang mengendarai mobil menuju rumah sakit.

"Kau sendiri? Kenapa jauh- jauh ke New York hanya untuk magang? Rumah sakit yang bagus di Boston pasti banyak sekali?"

Melody menarik nafasnya dalam, ia harus lebih terbuka dengan Kate, "Dari aku kecil, aku tidak pernah berpisah dengan keluargaku. Sayangnya, sikap mereka lama- kelamaan menjadi protektif, membuatku ingin melarikan diri." Melody tersenyum di sela ceritanya, "Dosen kesayanganku tiba- tiba merekomendasikan rumah sakit NYU Langone Medical Center untuk tempat magangku, tentu saja tidak mudah. Ada banyak sekali mahasiswa kedokteran yang ingin magang di New York, karena beberapa piagam relawan yang aku kumpulkan selama kuliah, Aku terpilih."

"Mike dan your Dad mengizinkanmu?" Tanya Kate.

Melody mengangguk, "Dosenku sendiri yang berbicara pada keluargaku dan mereka mengerti."

"Jadi itu yang membuatmu terdampar di sini. Apakah tidak ada orang yang akan kecewa karena kau meninggalkannya?" Pertanyaan Kate membuat Melody mengernyit.

"Maksudmu?" Tanya Melody dengan wajah polosnya.

"Oh, ayolah Melody, anak kecil saja tahu apa yang aku maksudkan." Kate tersenyum geli melihat Melody memasang wajah bingung, "Your beloved." Kata Kate memperjelaskan maksudnya.

"No one." Perkataan Melody sontak membuat Kate menoleh. Bagaimana mungkin wanita seperti Melody tidak memiliki kekasih? yang benar saja.

"What? Aku tidak percaya." Kata Kate.

"Why? Nothing is wrong about it." Jawab Melody santai, "Kita akhiri pembicaraan ini, aku tidak menyukainya."

Kate menggelengkan kepalanya, "Kau tidak berpikir untuk jatuh hati pada dokter Luhan, kan?"

Perkataan Kate mampu membuat Melody mengerutkan keningnya, atas dasar apa Kate memiliki pemikiran seperti itu. Bagi Melody, Luhan hanya lelaki yang gagal move on dan melampiaskan kekesalannya pada orang yang memiliki mata yang sama dengan mantan kekasihnya. Melody bersikap baik pada Luhan hanya karena lelaki itu adalah seorang dokter yang sangat terhormat di rumah sakit NYU Langone Medical Center tempat ia magang sekarang, apalagi Melody tahu jika Luhan salah satu pasien Rachel, sahabat baiknya.

***

"Aku?" Tunjuk Melody mengarah pada dirinya sendiri, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Devian kepadanya, bagaimana mungkin ia diusir secara terang- terang dari divisi dua, ia baru saja bekerja di sini dua hari yang lalu.

"Tidak ada yang bisa kau kerjakan disini, kau belum terlalu mengerti tentang penyakit dalam, kau harus dipindahkan ke devisi sesuai dengan kemampuanmu." Jelas Devian, saat ini sedang di ruangan dokter bersama Melody dan beberapa dokter lain.

"Baiklah dr. Devian, dimana tempat yang sesuai dengan kemampuan saya?" Tanya Melody, sebagai mahasiswa magang, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima dimanapun tempat untuknya bekerja.

Devian menyerahkan map bewarna coklat kepada Melody, "Ini surat pindahmu ke divisi tiga, ada banyak yang bisa kamu lakukan di sana dengan kemampuanmu."

Ya Tuhan... Melody terbelalak dengan perkataan Devian, apa katanya tadi? Pindah ke devisi tiga? Pusat operasi di rumah sakit ini, dan secara tidak langsung Melody juga akan bekerja bersama Luhan di sana.

***

Ketika Melody masuk lift degup jantungnya semakin kuat, itu mengkhawatirkan. Melody terbiasa merasakan jantungnya berdebar cepat dari orang normal, tapi ini berbeda.

Ting

Suara lift menyadarkan Melody, ia menarik nafasnya dalam sebelum keluar dari lift, seorang suster dari devisi tiga mengatarnya pada dokter kepala ahli bedah. Setelah sampai di depan pintu hitam yang cukup besar, suster tadi mendorong pintu itu dan masuk ke dalam sana, Melody hanya mengikutinya dari belakang. Melody mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, Ruangan ini dibalut warna coklat.

Seorang lelaki yang sedang berdiri di samping mejanya menatap keluar jendela, ia membalikkan tubuhnya saat pintu kantor miliknya terbuka, lelaki itu memberikan isyarat agar kepada suster yang mengantar Melody tadi, wanita itu langsung keluar ruang...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki yang sedang berdiri di samping mejanya menatap keluar jendela, ia membalikkan tubuhnya saat pintu kantor miliknya terbuka, lelaki itu memberikan isyarat agar kepada suster yang mengantar Melody tadi, wanita itu langsung keluar ruangan meninggalkan Melody sendirian. Melody mematung di tengah ruangan, ia mengenali lelaki ini.

"Anda tersesat Miss Angeline." Ucap lelaki itu kepada Melody.

Mata Melody mengerjap, ia harus sadar bahwa sekarang ia sedang dalam jam bekerja, ia berjalan mendekat ke meja lelaki itu, "Maaf." Melody menyodorkan map coklat yang diberikan Devian tadi, "Saya dipindahkan dr. Devian ke devisi ini." Kata Melody.

Luhan duduk di kursinya, lalu mengambil map coklat yang melody letakkan di atas meja, ia mengeluarkan isi map dan membacanya, "Kau mau menjadi dokter anestesi sementara?" Tanya Luhan setelah membaca kertas yang berasal dari map coklat tadi.

Melody mengerutkan keningnya, tidak ia tidak mau menjadi dokter anestesi yang mengharuskannya mengikuti berbagai operasi, ia tidak bisa melakukan itu, "Apa tidak ada pilihan? Aku tidak bisa keluar masuk ruang operasi."

"Kenapa?" Tanya Luhan, ia menatap serius kearah Melody, bukankah sebagai calon dokter, Melody harusnya mengerti bahwa itulah pekerjaan seorang dokter.

Melody menghembus nafasnya pasrah, "Baiklah, tapi tidak dengan operasi darurat. Aku mohon." Setidaknya ia bisa mengatur waktunya untuk meminum obat wajibnya itu jika jadwal operasi telah ia ketahui.

"Baiklah. Tapi kau harus memberitahu alasannya nanti." Ucap Luhan, ia berdiri dari duduknya, "Kau bisa bekerja dengan mengecek beberapa pasien di sini, kau juga bisa bertanya kepada semua dokter di sini jika ada sesuatu yang belum kau ketahui." Jelas Luhan, Melody hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
-
-
-
-
To be continued

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Terima kasih

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang