Semuanya hitam, kelam tanpa cahaya. Seorang anak laki- laki berumur enam tahun memeluk lututnya, matanya berair menatap sosok yang ada dua langkah dihadapannya. Lelaki bertubuh besar itu tergeletak bersimbah darah. Ia menangisi kepergian Ayah kandungnya, tidak ada lagi sosok yang akan melindunginya.
Tiba- tiba tangan wanita dewasa menariknya dengan paksa, membangunkannya dari duduknya. Menatapnya dengan tatapan keji, malaikat lucifer yang akan selalu menghantuinya. Wanita yang selalu datang kerumahnya, wanita yang selalu bermesraan dengan Ayahnya.
"Kau milikku sekarang." Ucap wanita itu penuh kemenangan, ia yang memiliki bola mata berwarna biru yang terus menatap anak lelaki tadi dengan tatapan keji dan nakal, ia menarik paksa anak laki- laki tadi untuk ikut bersamanya.
Anak itu merontah, menolak ajakkan wanita yang terus menatapnya tajam. Ia ingin tetap bersama Ayahnya, kenapa Ayahnya hanya tertidur dengan banyak darah disekelilingnya? Kenapa Ayahnya tidak melarang wanita ini menyentuhnya? Kenapa Ayahnya diam saja?.
Anak laki- laki itu menangis, menangis sejadi- jadinya. Ia lemah, ia tidak bisa melakukan apapun. Wanita itu mendapatkannya, mendapatkan kepuasannya dengan sangat mudah sekali. Menyentuhnya, menyiksanya tanpa ampun. Malang sekali nasip anak lelaki itu.
"Ayah..." Ucapnya penuh harap, saat wanita itu mencari kepuasaan atas dirinya, Mata biru itu akan selalu diingatnya, mata yang dengan sangat kejam menyaksikan peristiwa ini tanpa adanya belas kasian terhadap pemandangan yang dilakukan pemiliknya. Matanya memerah menatap penuh amarah kepada wanita itu, membenci, mengutuk dan bersumpah ia akan membalas semuanya.
Hanya dengan menangis, Anak laki- laki itu selalu menyeruhkan nama Ayahnya. Semua yang dialaminya, kepahitan yang harus diterimanya ini karena Ayahnya tidak lagi melindunginya, ia ingin Ayahnya kembali. Anak laki- laki ini ingin Ayahnya melindunginya lagi. Ia ketakutan.
***
Melody menatap khawatir Luhan yang tengah tidur di atas sofa. Ia hanya meninggalkan lelaki ini sebentar untuk mencuci piring sisa makan siang mereka tadi. Saat Melody kembali ke ruang tamu, ia mendapati Luhan yang tengah tertidur pulas.
Air mata yang mengalir dari sudut mata Luhan membuat Melody khawatir, lelaki ini bermimpi. Luhan gelisah dalam tidurnya, ia menyeruhkan kata Ayah.
"Ayah..." Luhan berseru lagi, namun saat ini cukup keras membuat Melody terperanjat dan langsung membangunkan Luhan dari tidurnya, sudah cukup lelaki ini bermimpi buruk. Melody tidak bisa melihat Luhan dalam keadaan tersiksa seperti ini.
Ketika Melody menyentuh lengan Luhan untuk membangunkan lelaki ini, tiba- tiba tangan Luhan mencengkramnya keras. Luhan telah terbangun dari tidurnya, ia menatap Melody dengan kebencian, tubuh Melody langsung membeku di bawah tatapan Luhan.
Tangan Luhan semakin kuat mencengkram lengan Melody, ia menatap mata gadis itu penuh perhitungan, "Luhan, kau baik- baik saja?" Tanya Melody saat ia bisa menemukan suaranya, Mata Luhan mengerjab, ia langsung melepaskan tangan Melody lalu menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love "Blue Eyes" [END]
Любовные романыMelody Angeline, gadis berambut pirang yang jauh- jauh magang di salah satu rumah sakit ternama NYU Langone Medical Center New York, Amerika Serikat. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran dari Harvard University, Melody tidak pernah berfikir untu...