Happy reading :)
-
-
-
Ketika Melody dan Luhan keluar dari rumah sakit untuk pulang bersama, tiba- tiba seorang lelaki memeluk tubuh Melody dari belakang, saat itu Melody dan Luhan tengah berjalan menuju parkiran rumah sakit. Melody terkejut, karena tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Luhan yang melihat itu tidak tinggal diam, ia langsung menarik lelaki tadi menjauh dari Melody. Lalu memukul wajah lelaki itu dengan keras.
"Luhaan hentikan." Ucap Melody setengah berteriak, ia menahan tangan Luhan yang hendak memukul Mike lagi, "Oh God, This is my brother." Melody mendekati kakak lelakinya, lalu menyentuh luka lebam akibat pukulan Luhan.
Luhan mengernyit, ia tidak sengaja melakukannya. Ia panik dan tidak suka melihat Melody tiba- tiba dipeluk oleh orang asing. "I'm sorry." Ucap Luhan membantu Mike berdiri.
Mike mengibaskan bajunya yang kotor, lalu ia menatap Luhan dengan heran, "Apa yang tadi kau lakukan? kau mencoba membunuh laki- laki yang mendekati adikku ya?" Mike menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melody melotot, Mereka bukan anak remaja lagi untuk menjadi bahan bercandaan kakaknya, "Why do you here? Bukankah pekerjaanmu belum selesai? Kau bersama Ana?"
"Pekerjaanku sudah selesai, Ana masih harus menyelesaikan laporan kasus yang kami selesaikan beberapa hari yang lalu, ia akan segera ke sini." Jelas Mike.
Melody cemberut, "Aku merindukannya."
"Aku di sini. Do you miss me?"
Melody menggeleng cepat, "Aku hanya merindukan calon kakak iparku." Ucapnya sambil tertawa.
"Apa kita jadi pulang bersama?" Tanya Luhan, ia sedari dari hanya diam mendengarkan percakapan Melody dan Mike.
Mike menoleh menatap Luhan, "Boleh ku pinjam adikku sebentar, kalian bisa pulang bersama lain waktu." Melody menyipitkan matanya, ia bukan barang.
Luhan mengangkat bahunya, " Baiklah, aku tidak akan mengganggu kalian, sampai nanti Melody." Ucap Luhan, Melody mengangguk sambil memasang wajah bersalah. Luhan pergi meninggalkan Melody dan Mike.
***
"Kau tidak membawa apapun untukku?" Tanya Melody saat mereka tengah di sebuah caffee di dekat rumah sakit.
Raut wajah Mike berubah, ia memandang Melody dengan tatapan mengintimidasi, "Apa hubunganmu dengan dr. tadi?" Tanyanya.
Melody memutar bola matanya, "Dia kepala divisi tempatku bekerja, kami tidak berhubungan apapun." Ucap Melody jujur, "Oh iya, kenapa kau tidak menghindar saat Luhan memukulmu?" Tanya Melody
"Aku hanya ingin tahu seberapa keras pukulannya, ternyata menyakitkan juga." Ucap Mike sambil tertawa, "Kau jarang makan ya? tubuhmu semakin kurus." Kata Mike mengubah arah pembicaraan.
Melody mengehembuskan nafasnya asal, "Apa aku harus makan setiap saat untuk membuktikan aku baik- baik saja."
"Sudah berapa kali kau kesakitan di New York?" Tanya Mike lagi.
Melody mendengus. Sungguh, pembicaraan ini benar-benar harus berakhir, "Aku baik-baik saja." Melody teringat sesuatu, ia menatap serius kakaknya, "Kau memberitahu alamat mansion Kate kepada dr. Liana ya?"
Mike menggeleng, "Tentu saja tidak, mungkin Ana yang memberitahunya, karena saat ia tahu kau kehilangan obatmu, ia begitu khawatir."
Melody mengangguk mengerti, ia tahu tunangan kakaknya itu sangat baik padanya, "Aku ingin bertemu dengannya."
"Jangan terlalu manja pada Ana, kau berubah menjadi penurut saat dihadapannya." Kata Mike.
Melody menyengir, "Kau pandai sekali mencari calon istri, ia sempurna, baik dan penuh perhatian." Melody meraih jus jeruk pesanannya.
Mike tersenyum mendengar pujian tentang kekasihnya, "Aku tahu itu, Keana memang sempurna." Melody tersedak mendengar ucapan Mike, jus jeruk yang harusnya merosot ke dalam tenggorokannya tiba- tiba keluar lagi.
Melody terbatuk- batuk, Mike menyodorkan tisu, "Are you okay? What's happen Melody?"
"Keana?" Ucap Melody lirih, ia tidak ingin memikirkan hal yang terlintas dipikirannya saat mendengar nama itu.
"Kau lupa? Ana itu Keana." Sergah Mike heran.
"Kalian agent rahasia?" Wajah Melody menjadi pucat, ia tidak berani melanjutkan pertanyaan yang ia yakin jawabannya sudah jelas. Pantas saja ketika Rachel menyebutkan nama Keana, Melody merasa familliar. kenapa dia bisa melupakan nama asli Keana.
Mike bingung, ada apa dengan adiknya? Kenapa Melody menjadi terlihat begitu gelisah, tegang dan serba salah? "Kau baik-baik saja?" Tanya Mike dengan suara lebih lembut.
Melody menggelengkan kepalanya, lalu menatap Mike, "Kau pasti tahu, dimana senior high school Ana dulu?" Melody ingin menyakini pikirannya.
"Tentu saja, ia berasal dari sini."
Melody memejamkan matanya. Jangan sampai pemilik nama itu adalah orang yang sama. Apa yang harus ia lakukan jika Ana adalah Keananya Luhan? Apa yang akan terjadi diantara Melody dan Luhan saat tunangan kakaknya adalah mantan kekasih Luhan? Entahlah, apakah kenyataan seburuk itu untuk Melody hadapi.
-
-
-
To be continued
Vote dan komentarnya jangan lupa.
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love "Blue Eyes" [END]
RomantizmMelody Angeline, gadis berambut pirang yang jauh- jauh magang di salah satu rumah sakit ternama NYU Langone Medical Center New York, Amerika Serikat. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran dari Harvard University, Melody tidak pernah berfikir untu...