Jalanan mulai tertutup salju, Luhan menghirup kopinya sambil menatap keluar jendela. Ia sedang menikmati hujan salju di sebuah caffee. Sudah dua hari Melody tidak mau menemuinya. Sejak kejadian waktu itu, Melody mengurung diri di kamar. Entahlah, Luhan tidak mengerti apa yang sedang Melody pikirkan? Melody juga menolak bertemu dengan Keana. Luhan mengerti, Gadis itu baru kehilangan Kakaknya, tapi menjodohkannya dengan Keana adalah hal yang aneh.
"Kau melamun?" Seorang gadis duduk di depan Luhan.
"Bagaimana kondisimu?" Tanya Luhan.
Keana tersenyum, "Aku sudah lebih baik." Keana memesan sebuah kopi yang sama dengan yang Luhan minum.
Luhan mengusap wajahnya, lalu menghirup kopinya lagi, "Aku tidak mengerti, kenapa Melody melakukan hal seperti ini?" Ucap Luhan dengan nada serius.
"Melody memang suka mengambil keputusan yang menurutnya baik untuk orang lain, tidak apa-apa selama beberapa hari ini aku yakin dia memikirkan banyak hal." Keana menatap Luhan, "Kau mencintainya kan?" Tanya Keana.
"Aku sangat mencintainya." Jawab Luhan dengan nada lemah. Kondisinya sekarang mengkhawatirkan, Melody sepertinya benar-benar serius akan meninggalkannya.
"Aku tahu Melody juga seperti itu." Ucap Keana, "Pasti Kau belum mengungkapkannya."
Luhan menatap Keana bingung, "Bagaimana kau tahu."
Keana menggeleng tidak percaya jika tebakannya benar, " Kau bodoh atau apa sih?" Tanya Keana geram, "Sebelum bilang will you marry me, kau harusnya bilang aku mencintaimu dulu."
Luhan menatap Keana bingung, "Kau mau bilang aku salah prosedur?"
Keana tertawa, Luhan memang tidak pernah berubah, selalu jadi apa adanya dan berkata jujur menurut hatinya, "Kau harusnya meyakini Melody terlebih dahulu, kalian baru kenal, tentu saja Melody masih ragu akan perasaanmu."
"Aku harap kau bisa membantu." Ucap Luhan penuh harap.
Keana tertawa lagi, "Baiklah-baiklah."
Keana yakin Luhan pasti akan menjaga Melody dengan baik, "Oh iya Luhan, aku minta maaf tentang tiga tahun lalu." Ucap Keana penuh penyesalan."Aku sudah melupakannya." Ucap Luhan, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Apa kau punya cara agar Melody tidak marah terhadapku lagi?" Tanya luhan ragu, mengembalikan topik pembicaraan tentang Melody, Luhan tidak ingin membahas masalalu sekarang.
Pelayan datang mengantar kopi, Keana menghirupnya, "Kau benar-benar mencintainya ya." Ucap Keana sambil tersenyum.
Luhan menatap Keana serius, "Kau pasti tahu tentang penyakitnya." Mata Luhan menunjukkan kekhawatiran, "Separah apa kondisinya?" Tanya Luhan lagi.
"Kelainan Jantung." Keana menatap keluar jendela, "Sejak kecil Melody hidup bersama obat-obatan, Mike sangat membanggakan adiknya karena bisa bertahan dan tetap membuat orang disekitarnya senang." Mata Keana berkaca, mengingat Melody yang sering kesakitan dengan memegang kuat-kuat dadanya. "Melody punya banyak impian, walaupun dia sakit, dia aktif dalam berbagai kegiatan. Satu tahun lalu dr. Liana bilang ia harus segera dioperasi." Keana menundukkan kepalanya, "Tetapi Melody tidak mau, dia bilang walaupun harus pergi pasti akan ada Mike yang menjaga Ayahnya." Keana menggenggam kedua tangannya yang bergetar, "Sekarang lelaki yang paling dipercayainya sudah pergi." Keana menatap Luhan, "Kau tahu Luhan, Melody memiliki golongan darah yang langkah, sulit mendapatkan donor jantung untuknya, kami dulu memaksanya untuk transplantasi jantung, tetapi Melody menolaknya." Jelas Keana.
"Kapan terakhir kalian membicarakan transplantasi itu?" Tanya Luhan.
"Beberapa bulan sebelum Melody magang." Ucap Keana lalu menunduk, "Sejak saat itu Melody tidak pernah memeriksa jantungnya lagi, ia hanya minum obat dengan rutin." Luhan tertegun, entah apa yang ingin dia katakan. Semua tercekat ditengah tenggorokan. Melody menyiksa dirinya sendiri, "Jika ingin membuat Melody baikkan, dia suka sekali bunga Aster. Besok aku akan mengantarmu ke toko bunga langganan Melody." Jelas Keana mencaikan suasana lagi, Keana tidak ingin membuat Luhan lebih khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love "Blue Eyes" [END]
RomantikMelody Angeline, gadis berambut pirang yang jauh- jauh magang di salah satu rumah sakit ternama NYU Langone Medical Center New York, Amerika Serikat. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran dari Harvard University, Melody tidak pernah berfikir untu...