Chapter 15- Secret that began to Unfold

290 17 0
                                    

Happy Reading :)

-

-

Melody melirik jam tangannya, ini sudah jam delapan malam. Biasanya ia hanya bekerja sampai jam lima saja. Karena ia terlambat, ia harus mengecek kondisi pasien pascaoperasi yang baru selesai pukul tujuh malam.

New York malam semakin ramai. Indahnya kota ini memang tidak bisa disandingkan dengan kota besar lainnya, lampu gedung- gedung pencakar langit menambah kesan indah di kota ini, Melody belum pernah bertemu malam seramai ini, dari sini ia juga bisa melihat bintang dan bulan, malam yang sempurna. Melody biasanya menghabiskan sore di balkon mansion milik Kate. Melody tidak menyesal ia datang terlambat hari ini, ternyata ada hal beruntung yang ia dapat saat kehilangan obat- obatan sialan itu.


Sebuah mobil menepih di depan halte, "Kau ingin pulang?" Tanya seorang lelaki setelah kaca mobilnya turun sempurna.

Melody sedikit merunduk melihat pemilik mobil itu, "Iya, aku sedang menunggu bus."

"Aku akan mengantarmu. Masuklah." Kata Luhan, nada suaranya terdengar seperti perintah.

Sejak kapan lelaki ini bersikap bossy seperti ini, terutama kepada Melody, "Tidak, aku suka menunggu bus, lagipula aku tidak akan melewatkan suasana seperti ini."

Luhan mengerutkan keningnya, "Maksudmu? Kau menikmati menunggu bus?" Melody hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum, Luhan menaikkan lagi kaca mobilnya, lalu keluar dari sana.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Melody saat Luhan berdiri tepat di sampingnya.

"Aku menemanimu menunggu bus, jika bus yang kau tunggu tiba kau bisa naik ke mobilku." Ucap Luhan, lelaki itu menatap ke arah Melody.

Melody mengernyit, "Aku tidak bilang akan naik mobilmu, aku baik- baik saja. Kau bisa pulang lebih dulu." Ucap Melody sungguh- sungguh.

"Membiarkanmu berdiri sendirian di tengah malam? Itu tidak mungkin." Luhan mengalihkan pandangannya ke jalanan.

"Ini belum tengah malam. Lagipula apa urusanmu?" Melody menyilangkan tangannya ke depan dada sambil menatap ke arah Luhan.

"Kau kemarin baru saja setuju membantuku, jika kau ingin membantuku kau harus tetap ada di dekatku." Kata Luhan, "Kemana saja kau hari ini? Aku tidak melihatmu dari pagi." Saat Melody tiba di rumah sakit, Luhan tengah melakukan operasi darurat. Mereka memang baru bertemu setelah seharian ini.

Melody mengerjapkan matanya. Gosh, ia benar- benar lupa soal itu. Bahkan Melody belum menemukan jawaban sebenarnya, mengapa ia setuju membantu Luhan dalam pengobatan lelaki itu? Sejauh ini Melody hanya penasaran dengan perasaan Luhan yang sebenarnya, lelaki yang tiba- tiba punya fobia yang luar biasa dengan pemilik mata biru hanya karena ditinggalkan kekasihnya. Itu mustahil.

"Baiklah, kau bisa mengantarku pulang." Ucap Melody.

***

Mobil Luhan membela jalan dalam keheningan. Melody harus segera menemui Rachel, ia harus bertanya apa yang perlu ia lakukan terhadap Luhan. Kadang Melody menganggap Luhan hanya sebagai teman yang bisa ia ajak bicara informal, kadang suasana di antara mereka berubah menjadi canggung, sehingga suara yang biasa Melody temukan tiba- tiba lenyap.

Luhan masuk ke dalam mansion Kate, namun tepat di belakang mereka ada sebuah mobil taxi yang ikut masuk ke dalam mansion. Melody keluar diikuti Luhan, mereka berdua menunggu orang yang akan keluar dari taxi.

Melody terbelalak melihat seorang wanita paruh bayah sudah dengan sempurna keluar dari taxi dan mendekati mereka berdua, haruskah Melody bersembunyi sekarang, kenapa Luhan berada disampingnya di saat seperti ini.

Destiny of Love "Blue Eyes" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang