Happy Reading :)
-
-
Suara musik yang keras dan cepat membuat sakit telinga Melody, belum lagi cahaya lampu yang berwarna warni dan remang-remang membuatnya kesulitan melihat dengan jelas raut wajah semua orang yang ada di ruangan. Melody menutup telinganya sebelah, apakah ia sedang tersesat sekarang? Liona memaksanya pergi ke tempat seperti ini, dengan alasan perayaan kedatangan Melody di rumah sakit. Liona adalah seorang dokter spesialis mata, ia juga teman baru Melody yang bekerja di rumah sakit yang sama. Jika Melody tidak bertemu dengannya sebelum ini ia pasti menyangkah Liona adalah perempuan urak-urakan yang tidak berpendidikan.
Semua dokter baru di rumah sakit yang sama dengan Melody mengadakan pesta hari pertama mereka bekerja, Melody sempat menolak tapi tidak ada satupun yang setuju dengan pendapatnya. Akhirnya Melody ikut bergabung meskipun ia enggan.
"Melody, ayo.." Ajak Liona yang sudah berjalan masuk lebih jauh.
Melody mengikuti Liona dari belakang, ia menembus kerumunan orang-orang yang sedang berjoget tidak jelas di tengah ruangan. Setelah sampai, Melody masuk ke sebuah ruangan yang di dalamnya ada kursi setengah lingkaran yang berukuran besar dengan meja ditengah-tengah. Ada tiga laki-laki dan empat perempuan, mereka adalah perawat serta dokter baru dari rumah sakit yang sama, Melody sedikit mengenal mereka karena rata-rata devisi kerja mereka berbeda.
"Hei, Mel. You in here?" Salah satu lelaki menyapa Melody.
Melody tersenyum, lalu mengikuti Liona duduk bergabung dengan tujuh orang tadi. Liona lalu memesan minuman dan makanan ringan lagi, untuk memenuhi meja. Melody memang bukan sepenuhnya anak rumahan, namun ia baru pertama kali masuk club malam seperti ini, ia juga belum pernah minum minuman yang memabukkan. Teman-temannya mulai berceloteh ngawur setelah beberapa menit mereka berbincang. Melody tidak berani menyentuh minuman yang di pesan oleh Liona, ia lebih baik minum minuman yang ia tahu akan membuatnya tetap sadar.
"Aku harus ke toilet." Melody berdiri dari duduknya ketika Liona menyodorkan botol Vodka. Melody tidak bisa mentolerir lagi kelakuan teman barunya, padahal setahu Melody selama di rumah sakit Liona bertingkah layaknya dokter proposional.
"Mau kutemani?" Tanya seorang perempuan yang duduk di sebelah Liona.
Melody menggeleng, "Terima kasih, aku akan segera kembali." Ucap Melody.
Melody keluar dari ruangan tempat mereka berkumpul, alunan musik di luar ruangan lebih keras. Melody berharap tidak ada lagi orang yang memaksanya minum minuman keras lagi, itu tidak baik untuk jantungnya.
Melody mengedarkan pandangan, ia lalu duduk di bar yang ada di sudut ruangan, hanya ada seorang lelaki yang sedang minum wine di sana, Melody tidak bisa melihat raut wajahnya. Melody duduk di sebelah lelaki itu, ia memesan segelas air putih.
Suara ponsel lelaki itu berdering, "Halo." Ucapnya parau, "Bar. Sudut ruangan." Ucapnya lagi.
Melody bergeming, ia menunduk memainkan Iphone nya untuk mengalihkan perhatian, ia merasa lelaki tadi melihatnya, lalu turun dari kursi, "Hei." Ucap lelaki itu, Melody menoleh mengikuti pandangan.
Melody masih tidak bisa melihat wajah lelaki yang membelakanginya, namun Melody yakin ia mengenal sosok yang dipanggil lelaki tadi, "Rachel." Sebutnya dalam hati.
Rachel melihat kebelakang Luhan, ia terkejut lalu membalikkan badannya. Luhan yang melihat mengernyit lalu berjalan mendekat. Rachel tahu Melody melihatnya, Melody sudah melihatnya. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah Melody menemui Luhan? Melody dan Luhan sudah bertemu setelah tiga tahun mereka berpisah. Lalu untuk apa Luhan membiarkannya menyusul hingga ke club ini. Apa Luhan berencana mempertemukan Melody dengannya? Rachel sibuk menebak apa yang sedang terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love "Blue Eyes" [END]
RomanceMelody Angeline, gadis berambut pirang yang jauh- jauh magang di salah satu rumah sakit ternama NYU Langone Medical Center New York, Amerika Serikat. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran dari Harvard University, Melody tidak pernah berfikir untu...