Pernah ga kamu ngerasain kesialan menimpa hidupmu? Kayak gagal tunangan, terus ketemu penampakan di kamis malam - aku ga mau nyebut malam jum'at, kesannya horor banget - terus sekarang berada ditengah-tengah Client untuk meeting klarifikasi menggantikan Ibu Bos Cantik yang sedang dinas ke Jerman. Aku duduk dengan memberikan senyum termanisku yang selama empat bulan terakhir belum issued. Pak Yono memulai meeting hari ini. Senyum Pak Yono begitu hangat, beda dengan Pak Luki disebelahnya yang terlihat sibuk dengan laptopnya. Guratan halus menyelimuti wajah Pak Yono dengan senyum mengembang dibibirnya makin menambah pesona Pak Yono. Beda banget sama bawahannya. Kayak Bu bos cantik sama Bu Yay. Catet ya? Bu Yay. Bukan aku.
Balik lagi ke meeting hari ini, Kemarin Mas Iko sudah mengirimkan remuneration table untuk tender ini dan sudah menjelaskan panjang kali lebar. Beginilah kalau orang administrasi yang disuruh negosiasi. Blank.
Duh Gusti, mohon ampuni kesalahan hamba.
Pak luki mulai mengambil alih meeting ini.
Dan ketika pertanyaan menjadi semakin rumit karena aku bahkan tidak mengerti teknis re-sertifikasi pipeline itu seperti apa? Yang ku tahu pipa-pipa itu untuk mengalirkan hasil pengeboran. Hanya itu.
"Kalau untuk appendix 4 pada remuneration tablenya bisa dijelaskan ga mba ori?" Pak luki terlihat menunggu.
"Pak.. kalau saya pilih bantuan call a friend boleh pak?"
"Loh emang lagi ikutan kuis mba?" Mba Vira, bagian procurement yang menangani tender ini tersenyum.
"Boleh mba, mau fifty fifty juga boleh sama saya" canda Pak Luki. Buseeet daaaah, bisa bercanda juga dia.
"Kalau fifty fifty sama bapak, saya ga gajian entar pak" sanggahku. Ku lihat pak luki terbahak. "Ini nomor Mas Iko Mba Vir, beliau yang menghitung tender dikantor kami"
Mba vira segera menekan tombol tombol pada telepon didepannya. Tak lama suara mas iko dengan dialeg khas jawa tengahnya terdengar. Sekilas suaranya mirip orang yang kurindukan. Sejuk. Aku menikmati suara Mas Iko yang tenang dan terlihat pandai. Aku menikmati setiap perdebatan diantara Mas Iko, Pak Luki dan Pak Yono yang sesekali dihiasi canda tawa.
Satu setengah jam kemudian, meeting ini berakhir. Lega. Aku dipersilahkan keluar setelah menanda tangani minutes of meeting dan diminta menunggu di luar untuk mendapatkan copy dari minutes of meeting sebagai laporanku kepada team Marketing dan Board Of Directors.
Baru beranjak mendekati pintu, Pak Luki memanggilku.
"Mba ori, memang lagi trend ya pake sepatu beda sebelah gitu?"
Refleks aku menengok ke arah kakiku. Tuhan, hilangkanlah ingatanku. Kaki kanan menggunakan flat shoes model pita warna merah, kaki kiri menggunakan flat shoes motif polkadot warna biru yg dibelikan putra sebagai hadiah ulang tahunku.
"Iya pak, model tahun ini, biar ga bosen" kataku tersenyum malu dan berjalan keluar ruang meeting.
**
Jangan tanya gimana reaksi fanya saat tau insiden memalukan diruang meeting tadi. Tawanya menggema disepanjang perjalanan kami menuju kantor. Mas tyo yang sedang menyetir memandang fanya dengan heran.
"Kamu kesambet nya? Ketawa apa nangis sih?"
"Itu mas hahahhahahahhahaa" Fanya masih tidak bisa menghentikan tawanya. Nafasnya tersengal-sengal.
Kampret ini bocah. Maksud hati cuma pengen curhat eh dia malah ngakak ga berhenti sambil jarinya mengarah ke bawah. Mas Tyo mengikuti arah jari Fanya dan seketika tawanya meledak. Sialan. Bahkan Mas Tyo sampai harus menepi untuk tertawa. Dan aku hanya bisa menutup wajahku yang makin memerah. Blushing.
"Udah dong ketawanya... malu nih... tadi gimana ketemu Pak Wawan? dapat ga itu document yang kamu butuh?"
"dapat mba.. dikasih yang first aid, udah complete sih" Fanya mulai menguasai dirinya dari tawa.
Ku lirik Mas Tyo yang juga mulai mengatur nafasnya. Mobil mulai melaju kembali. Huufffttt aku lega. Aku menyapukan pandangan ke jalan. Menikmati setiap jenggal pemandangan yang tersaji didepan mataku. Entah mengapa aku merasa bimbang haruskah aku menangisi ini atau aku harus lebih mensyukuri hidup. Ku hela nafas panjang sambil memejamkan mata. Rasanya semakin berat tanpamu Putra. Aku bahkan kehilangan konsentrasiku hanya karena memikirkan kamu. Kamu yang belum tentu memikirkan aku. Dadaku kembali bergemuruh. Kenangan tentang Putra kembali hadir.
Sepanjang jalan ini kita lalui berdua put. Waktu itu kamu bonceng aku dengan pelan sambil menggenggam tanganku. Waktu itu aku ngomelin kamu, karena teman-temanku telah menunggu kita tapi kamu dengan cuek melambatkan laju motormu. Waktu itu kamu berhati-hati karena itu hari terakhir kamu disini, dikota kelahiranmu sebelum akhirnya dinas ke Manado selama dua tahun. Waktu itu aku tau kamu tidak ingin jauh dariku. Waktu itu aku ingin bersikap egois dengan tidak mengizinkanmu pergi dari sisiku. Seandainya waktu itu kamu ga jadi pergi, apakah sekarang kamu masih jadi milikku put?
Airmata kembali menetes.
Sial.
**
yeay bisa update
terima kasih teman-teman yang udah kasih semangat langsung kesaya...
Yang penasaran sama isi sms dewi, suatu saat akan aku bahas ya
Jangan lupa di Vote ya
Makasih
kiss satu-satu
KAMU SEDANG MEMBACA
ORI
ChickLitCOMPLETE Perjuangan Ori lepas dari bayang masa lalunya yang telah di bangun dengan susah payah harus hancur lebur menjadi butiran debu setelah sang mantan menyapanya via inbox sosial medianya. Damn it!!! gara-gara "hai" semenit rusak move on set...