31. Hujan

9.6K 915 15
                                    

Putra POV ( Putra Point of View atau sudut pandang Putra)  

Gemuruh hujan membasahi tanah. Aromanya yang khas menyeruak begitu menenangkan. Perlahan gerimis lalu menjadi deras. Putra dan Ori terdiam dalam kenangan mereka. Saat hujan basahi bumi, yang menyatukan kisah mereka.

Duduk disebuah kafe yang bernuansa owl milik Zay. Sebuah vanilla latte yang dijanjikan Zay telah berada di meja. Dia begitu menikmati minuman itu. Dan Putra begitu menikmati wajah Ori yang sedang menikmati minumannya.

"Kamu ga mau cerita sama aku kenapa sama Dulfi?" Tanya Putra ketika dirasa mood Ori telah membaik. Putra hafal dengan segala tingkah laku Ori.

"Kamu berkompromi dengannya?" Tanya Ori balik tak percaya.

"Aku cuma ingin yang terbaik untukmu"

"Harusnya hari ini kita duduk disini sebagai sepasang suami istri ya Put, bukan sebagai sahabat gini" Ori tertawa getir. Tak ada semburat emosi diwajahnya.

"Aku bisa kok jadi suami kamu"

"Ogah... males dapat bekas" kata Orin kemudian disertai tawa kencang.
Putra pernah menjelaskan tentang kesalahannya yang mabuk pada pesta perayaan ulang tahun kantornya yang berakhir ia tidur dengan Dewi.

Seminggu kemudian Dewi mengakui bahwa dirinya hamil dengan Putra, dan menyeret Putra pada keluarganya. Saat itulah Dewi mengangkat telepon dari Ori dan mengatakan bahwa Putra kekasihnya. Putra coba memberikan penjelasan kepada Ori namun semua bbm, wa dan telpon di blokir. Akhirnya Putra menggunakan nomor Dewi untuk menyemangati gadisnya.

"Aku ngerasa kok masih perjaka ya?" Katanya bercanda.

"Tau darimana?" Kata Ori asal.

"Mau coba?" Tanya Putra lagi.

"Enak di kamu ga enak di aku" Ori melempar Putra dengan tisu yang dibentuknya menjadi bola.

"Kamu juga enak kok sayang, aku janji ga bakalan sakit" senyum nakal Putra menyeringai.

"Mesuuuuuum" teriak Ori. Mereka tertawa melepaskan semua kesakitan yang mereka rasa. Tidak, kesakitan yang dirasa Ori berasal dari Dulfi. Bukan dari Putra. Terlihat jelas mata Ori yang begitu mencinta Dulfi. Putra tidak mengetahui ada apa dengan mereka sampai Bunda Dulfi menanyakan hubungan Putra dengan Ori.

"Kenapa sih kamu ga nikah sama Dewi? Kan payudaranya gede gitu" Ori menyesap teh hangat yang dipesannya lagi. Ori menceritakan pertemuannya dengan Dewi.

"Anak itu bukan anakku Ri, bapaknya datang saat aku sama Dewi lagi ketemu Client"

"Jadi? Dia ga cuma ML sama kamu?"

Putra mengangguk, tatapan kosong.

"Gimana rasanya ML sama beda cowok ya?" Ori mulai ngaco.

"Mau coba sama aku?" Tawar Putra lagi.

"Tidak terima kasih.. terus kamu langsung mutusin Dewi? Ketauannya gimana?" Oh Tuhan, rasanya Putra ingin menenggelamkan bibirnya pada bibir Ori. Cerewetnya kambuh.

Putra mengangguk pelan menutupi hasratnya pada Ori, lalu bercerita " aku sama Herman dan Dewi pergi ke dokter kandungan untuk memastikan, usia kandungannya tiga bulan Ri, sedangkan aku baru berhubungan satu bulan dengannya"

"Berapa kali kamu melakukan itu sama dia?" Tak ada sakit hati dipertanyaan Ori. Hanya rasa penasaran yang menghinggapi yang semakin membuat Putra menghujami ciuman bertubi-tubi.

"Sekali doang karna mabuk Ri, itupun aku ga ngerasain apa-apa, beneran tuh cewek aku tidurin ga tau juga"

"Kok kamu mau tanggung jawab?"

"Anak itu ga bersalah Ri, yang salah perbuatan orang tuanya"

"Harusnya kalo denger kamu bijak gini aku bilang, aku makin cinta sama kamu ya Put hehehehe" katanya berseloroh.

Putra tertawa. Tau maksud perkataan Ori bahwa tidak ada lagi tempat untuknya. Hilang sudah kesempatan menikahi Ori. Walaupun Dewi dan Herman pada akhirnya menikah. Dewi tetap mengganggu Putra. Padahal Herman lebih kaya dan mapan dari Putra.

"Kamu mau pergi bareng aku ke nikahan Fanya ga Put?" Ori meminta Putra menemaninya.

"Fanya mau nikah?"

"Iyah, bulan depan, aku jadi bridesmaid dia bareng Audy dan Emil"

"Aku diundang?"

"Kamu pasangan aku, mau ya?"

"Dulfi?"

"Dia dari pihak mempelai pria"

"Anjas sama Dulfi saudara?"

Ori tersenyum. Menampakkan deretan giginya yang putih. Putra mengagumi kecantikan fisik Ori, begitupun hatinya.

"Apa ga keliatan sedih banget gitu Ri, datang keacara nikahan dengan mantan? Dijadikan pacar aja sekalian ya" canda Putra.

"Itu mah maunya kamu" Ori melempar sedotan kearah Putra.

Zay bergabung bersama kami. Menceritakan kenangan kami dahulu ketika Putra dan Ori masih bersama. Tempat yang sering mereka kunjungi, makanan favorit mereka bertiga serta mantan-mantan kekasih Zay yang selalu cemburu dengan Ori. Semua lepas tanpa beban. Tanpa rasa sakit dan rasa dikhianati. Ori merasakan hatinya bebas dari Putra. Walaupun tidak begitu dengan Putra. Ori masih menjadi cinta pertama dan pacar pertama bagi Putra yang ia biarkan berada disatu ruang hatinya, namun tidak akan ia beri cahaya lagi. Membiarkan ruang itu tetap ada dalam dasar hatinya. Karena ia yakin, Ori adalah hal terindah yang mengisi hidupnya selama ini. Walaupun tidak ada mantan terindah, kalau terindah tidak akan jadi mantan kan?

**********

Disini hujan, disana mendung
Aku kangen, merindukan abang

(Gombal Mukiyo)

Publish dulu ya
Belum diedit
Kalau ada yang typo mohon dimaafkan
Yang penasaran akhirnya Ori sama Dulfi atau sama Putra? Putranya udah kasih jawaban tuh
Vote dan koment ya
Enjoy my story

Aku yang abis makan soto
Author

ORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang