53. Resepsi

11.2K 718 58
                                    

Aku merasa pasrah. Bayangkan, selain alex dan keempat asisstennya ada puluhan kamera terarah tepat kearahku. Kamera punya Tania, punya Melisa, punya Sasha, punya Om Andre, punya Papa yang dipegang Kyoza, punya Eyang, punya Raka, punya Putra dan punya saudara-saudara yang lain. Begini rasanya kalau selebritis nikah.

Aku merasa jadi Ratu semalam, untungnya ga jatuh dari kursi goyang, karena ini bukan mimpi. Ini nyata.

Aku dan Dulfi sungkem ke Mama dan Papaku.

"Ma ... maafkan selama ini Ori bikin Mama sedih, Maaf Ma, Nutela yang di kulkas dua botol, yang habisin Ori sama Kyoza."

"Gapapa sayang, Mama sudah tau kalau kamu yang makan, makanya Mama claim ke Papa kamu, sudah dibayar lima juta kok."

Aku berlinang airmata, pantesan duit jajanku kurang selama tiga bulan, ternyata dipalak Mama. Alex mengabadikan moment sakral tersebut. Pikir Alex pasti wejangan yang diberikan Mama sangat menyentuh sampai aku berurai airmata.

Aku beralih ke Papa, sungkem.

"Pa, ternyata Nutela yang Ori sama Oza makan, diklaim sama Mama ya?" Sumpah, ini sungkeman model apa bahas Nutela.

"Iya, Mama minta dibayar lima juta, ya sudah gapapa, yang penting kamu sama Oza suka. Jangan lupa langsung kasih cucu ke Papa."

Aku dan Papa berpelukan. Lalu tiba waktuku sungkem pada Ayah dan Bunda.

"Bun ... terima kasih merestui hubungan Ori dan Dulfi."

"Huss ... manggil suami jangan nama doang, panggil Mas ya sayang, jadi istri harus patuh sama suami."

"Iya Bun, Ori akan patuh sama Mas Dulfi."

Bunda menangis. Padahalkan aku ga bilang apa-apa. Lalu kami berpelukan dan cekrek cekrek Alex kembali memotret kami.

"Yah, terima kasih merestui hubungan Ori dan Mas Dulfi."

"Iya sayang, semoga kalian langgeng sampe kakek nenek, namanya pernikahan pasti ada kerikil-kerikil nakal yang mengganggu, jangan fokus sama masalah ya, fokus sama penyelesaian. Ingat, jangan nunda punya anak, Ayah sudah kepengen gendong cucu, kalian sih ga mau majuin tanggal pernikahan kalau enggak pasti kamu sudah hamil," kata Ayah panjang lebar.

Aku menatapnya dengan bengong. Ayah masih kesal pernikahan ini ga dimajuin? Cekrek cekrek. Alex mengabadikan moment itu juga. Aku menoleh ke Alex dan cekrek cekrek. Ini orang moto mulu sih? Sebel. Eh lupa, dia emang tukang foto kan?

Lalu aku dan Dulfi bergantian sungkem sama Eyang.

"Eyaaaaaaaang," kata Dulfi mengakhiri sungkemannya pada Eyang. Aku penasaran apa yang dikatakan Eyang pada Suamiku. Eyang terkekeh.

"Eyang, terima kasih menerima Ori menjadi cucu menantu Eyang, maaf jika ada tingkah laku Ori yang kurang berkenan," kataku di lutut Eyang. Sungkem sambil mencium kedua tangan Eyang.

"Eyang senang kamu menjadi cucu menantu Eyang, cepat kasih cicit buat Eyang seperti Fanya ya?" Kata Eyang lalu memelukku.

Alex lagi-lagi cekrek cekrek. Lalu acara sungkeman dilanjutkan kepada om dan tante yang lain.

Setelah itu foto keluarga besar Sudjito. Dan dilanjutkan foto keluarga besar Bermana. Lalu foto kedua keluarga besar Sudjito dan Bermana. Fotoku yang close up hanya berdua Dulfi sudah ada ratusan sepertinya.

Kemudian acara dilanjutkan ke resepsi. Perlahan satu persatu tamu undangan menyalamiku dan Dulfi. Aku melirik jam tangan sudah nyaris jam sepuluh malam tapi tamu seperti kereta api yang panjang. Konsentrasiku terfokus pada proyektor yang menampilkan foto-foto candidku. Dulfi yang membuatnya beserta back sound dari matamu milik Jazz yang Dulfi cover sendiri. Suaranya merdu. Foto-fotoku terputar dengan perlahan. Menampilkan wajahku sejak aku kecil hingga kemarin. Ada fotoku yang tertidur sambil menangis, ada fotoku yang sedang tersenyum menatap laut. Tunggu, itukan foto waktu Dulfi menemaniku di pantai? Dia sempat moto aku? Aku menoleh kearahnya yang masih sibuk menyalami tamu.

ORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang