Hari senin telah tiba, memaksa untuk berpisah dengan kasur kesayanganku. Rasa enggan menghampiri, pengen bolos kerja, tapi kerjaan menumpuk. Aku duduk termenung memandangi laptop yang menyala. Kopi telah disiapkan Bu Yay untukku pagi ini walaupun dengan tatapan heran. Tumbenan aku minum kopi.
Semalaman memikirkan pertemuanku dengan Ajeng kemarin. Semua terputar begitu nyata dalam ingatanku hingga saat ini.
"Ri... bisa kita ngomong sebentar?"
"Bikin kaget Ya Allah, mau ngomong apaan ya?"
"Dulfi sama kamu?"
"Memangnya kenapa?"
"Aku ga mau Dulfi sampai tau. Besok kita ketemuan di sini ya"
"Kalau aku ga mau?"
"Please, demi Dulfi"
"Mau ya Ri"
Masih terbayang ekspresi wajah Ajeng dengan nada lembut yang berusaha merayuku untuk bisa bertemu dengannya. Pantesan Dulfi ngejar-ngejar. Huuuuffffffffftttttttt... Ku hempas pulpen yang kupegang dengan kasar. Aku diam dalam fikiranku sendiri. Menerka dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan kuambil nanti. Memikirkan pertemuan ini saja sudah membuatku lemas. Dia mau apa sih dariku?
"Ri..."
"Astaghfirullah" aku terkejut. Bu Bos sejak kapan ada disini?
"Eeetttt daaaaahh napa kaget?"
Aku yang tercyduk sedang ngelamun cuma bisa nyengir kuda.
"tolong buatin summary untuk project pipeline dan platform ya. Aku mau liat remaining contractnya sisa berapa, jadi tau kita udah konsum berapa untuk project itu"
"mau dihitungnya yang actual aja atau forcastnya juga dimasukin?"
"Forcastnya banyak ga?"
"Sekitar tiga ratus jutaan sih"
"Masukin aja"
"Aku bikinin dua-duanya aja ya, jadi modelnya begini" kataku sambil memperlihatkan summary invoice yang telah aku buat minggu kemarin ketika Bosku ini sedang inspeksi bejana tekan di Meksiko.
"Nah itu sudah, emailin ya beb"
"Kenalah, ulun handak baguring satumat" jawabku menggunakan bahasa banjar. Artinya tunggu sebentar, aku mau tidur sebentar. Ngantuk telah menguasai diriku. Lelah.
"Enak aja handak baguring, Kerja woooyyyy" Bu Bos ngomel dengan bahasa yang dicampur. Untung bahasa sunda dan acehnya ga keluar, kalau enggak, bisa kebingungan sendiri aku.
"Hahahhaha sudah dikirim nah, please wait a moment dear" kataku. Ngomong sama Bu Bos sesuka hati begini memang punya nikmat tersendiri.
"Gracias beb" sahut Bu Bos sambil berlalu keruangannya. Aku telah mengklik tombol send pada tools outlook dilaptopku. Menghela nafas sejenak, sebelum akhirnya terpejam dengan dengkuran halus yang mengisi ruang kerjaku.
Aku tertidur cukup lama. Tersentak karena aku baru ingat harus mengantarkan soft file ke Pak Salam yang documentnya telah kupersiapkan jum'at lalu.
Aku berlari mencari Mas Tyo dan memintanya mengantarkanku ke tempat Pak Salam. Lalu bersiap dengan mengganti sendal jepitku dengan stiletto tujuh centimeter.
Mas tyo melajukan mobil dengan tenang. Flasdisk checked. Make up checked. Stiletto checked. Ktp checked. I'm ready. Aku mengamati penampilanku sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORI
ChickLitCOMPLETE Perjuangan Ori lepas dari bayang masa lalunya yang telah di bangun dengan susah payah harus hancur lebur menjadi butiran debu setelah sang mantan menyapanya via inbox sosial medianya. Damn it!!! gara-gara "hai" semenit rusak move on set...