Aku berjalan dengan lemah, usia kehamilanku sudah memasuki usia sembilan bulan, namun ada hal yang membuatku sedih. Satu hal yang sangat aku inginkan namun ditolak keras oleh Dulfi.
Aku ngambek, dan saat ini aku sedang kabur. Handphone sengaja aku tinggal karena sedang ku charger. Ini malam ke ketiga dibulan september. Cuacanya sedikit ekstrem. Tapi aku berjalan sendiri, menuju rumah Eyang. Jangan ditanya mengapa aku melakukan hal ini. Twin yang memaksaku melakukannya.
Beberapa mobil berhenti dan pengemudinya menanyakan, apakah aku akan kerumah sakit? atau kemana suami anda? atau berapa usia kandungan anda? Mau kubantu kerumah sakit?
Aku tersenyum getir. Ngidam kali ini memang rada kelewatan. Pengen kerumah Eyang, jalan kaki berdua sambil menghitung jumlah penjual gorengan disepanjang jalan rumah menuju rumah Eyang. Tapi Dulfi tidak mau menuruti, dan disinilah aku. Melaksanakan keinginanku sendiri. Ibu hamil dengan perut yang segede gaban berjalan ditengah derasnya hujan sambil ngemil pisang goreng. Setiap warung gorengan aku singgahi untuk merasakan pisang goreng mana yang paling enak. Entah mengapa aku bahagia. Inginnya sih hujan-hujanan tapi ga berani entar twin kenapa-napa bisa digorok Bunda dan Mama.
Fanya yang baru pulang mengantarkan Baby Al imunisasi dan melihatku berjalan sendirian terlihat murka. Aku cuma bisa nyengir, dua kilometer lagi, sampai dirumah Eyang.
"Mba, ngapain hujan-hujanan disini?" teriaknya padaku.
"Makan"
"Hujan-hujan gini? makan pisang goreng? dijalan?" Fanya memberondongku dengan banyak pertanyaan.
"woo tanya satu-satu dooong"
"Eh bentar, Mas Dulfi telpon, Iya Mas"
Aku yang mendengar nama suamiku disebut segera melangkahkan kakiku menuju rumah Eyang. "Dua kilo lagi kita sampai nak" kuelus perutku. Aku memutuskan menggunakan jalan tikus agar cepat sampai dirumah Eyang. Jalan yang tidak mungkin dilalui oleh kendaraan roda empat.
Kulangkahkan kakiku cepat. kecepatan langkahku sudah ngalahin Nico Rosberg yang juara satu lomba balap karung eh formula one. Tau kan orangnya? yang bule itu loh. Aku duduk sebentar disalah satu bangku warga. Hei, mobil atau motor balap juga butuh masuk paddock stand. Jangan menatapku seperti itu!
Hujan masih mengguyur. Satu jam kemudian aku sampai. Tadi aku mampir duduk ditaman dekat rumah Eyang. Aku menatap bunga dan dedaunan yang tertimpa hujan. Gerakannya mengalun indah. Menciptakan harmoni yang serasi.
Dulfi memandangku dengan frustasi. Ia merasa bersalah, lebih memilih main game ketimbang menemani istrinya. Ia lupa bahwa Kyori Olivia Bermana keras kepala. Tidak ada yang bisa menghentikan keinginannya.
Dulfi memelukku erat. Tapi susah, karena keganjal perutku. Lalu ia merubah posisi pelukannya dari belakang. Diciuminya puncak kepalaku. Aku memejamkan mata. Tiba-tiba twin bergerak dengan hebatnya. Aku kesakitan. Tak lama rasa itupun reda. Sepanjang jalan, Aku telah menghitungnya. banyak sekali tendangan dan pertengkaran antar saudara didalam sana.
Aku sudah basah kuyup. payung tidak cukup lebar menaungi tubuhku yang membengkak. Fanya mengambilkan handuk untukku lalu pamit pulang karena sudah malam. Aku mengeringkan badan. Sial! Aku tidak membawa baju salin. Baju Tania yang sengaja ditinggal dirumah Eyang sudah pasti tentu tidak akan muat ditubuhku yang naik tiga puluh sembilan kilo.
"Kamu ga bawain aku baju Mas?" tanyaku ketika kami sudah berada dikamar tamu.
"Enggak, kamu ga bawa?"
Aku menggeleng.
"bentar Mas cariin"
Hanya handuk yang membelit tubuhku saat ini. Tiba-tiba sakit diperutku semakin terasa. Sedetik kemudian aku melihat darah dari pangkal pahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORI
ChickLitCOMPLETE Perjuangan Ori lepas dari bayang masa lalunya yang telah di bangun dengan susah payah harus hancur lebur menjadi butiran debu setelah sang mantan menyapanya via inbox sosial medianya. Damn it!!! gara-gara "hai" semenit rusak move on set...