52. Sah

9.5K 630 32
                                    

Aku menunggunya dengan gelisah. Ditemani Sasha dan juga Melisa yang terus memberikan senyuman terindah. Beberapa kali aku melihat handphone menanti sebuah pesan yang dikirim calon suamiku.

"Mba, Rombongan Mas Dulfi datang," teriak seseorang dari luar kamar. Jantungku berdegub kencang. Aku gugup tapi senang. Beberapa saat lagi, aku akan resmi berstatus menantu Sudjito.

Dari dalam kamar terdengar jelas, suara Eyang memberikan sambutan dari pihak mempelai pria dan disambut oleh Papaku.

Aku sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan acara selanjutnya. Nafasku memburu, jantungku bekerja ekstra. Jarum jam seakan bergerak lambat. Aku sudah tidak sabar. Bagaimana keadaan diluar sana? Bagaimana rupa pangeranku?

"Tok tok tok ..."

Melisa membukakan pintu. Di sana nampak Pak Penghulu berdiri. Aku harus meminta izin kepada Papaku.

"Pa, Maafkan Ori yang selalu menyusahkan Papa dan Mama. Selama ini Papa selalu melindungi Ori, menjaga Ori, menyanyangi Ori, saat ini Ori meminta izin menikah dengan Pria yang Ori pilih sebagai pendamping hidup."

"Kyori putri kecil Papa, Kyori yang cengeng dan selalu berlindung dalam pelukan Papa, Engkau sekarang telah dewasa, menjadi lebih mandiri dan bijaksana. Papa mengingat setiap detail tingkah lakumu. Engkau yang menangis karena tidak kebagian es krim lalu kita membuat es krim berdua dan berakhir dengan hukuman dari Mama karena merusak panci baru yang Mama beli. Ingat nak? Pancinya gosong karena kita ketiduran."

Aku mengangguk. Derai airmata membanjiri. Terima kasih pencipta make up waterproof.

"Papa ingat ketika nilai ujianmu jeblok, atau saat panas tubuhmu meningkat, Papa yang akan menjagamu. Menjadi body guardmu yang setia setiap saat kayak rexona. Terima kasih telah memberikan kebahagiaan selama dua puluh delapan tahun terakhir di hidup Papa, bagi Papa kamu tetaplah Putri kecil Papa. Papa sedih dan bahagia bersamaan ketika melihatmu menangis jatuh cinta. Papa sedih dan bahagia bersamaan ketika melihatmu patah hati. Papa ingin kau tau nak, Papa mencintaimu lebih dari pria manapun di dunia ini. Karena engkau putri Papa satu-satunya. Putri kecil Papa yang sangat Papa sayangi. Papa izinkan engkau menikah dengan pria yang engkau cintai."

Papa dan aku berpelukan. Rasanya haru,sedih dan senang menjadi satu. Papa dan Pak penghulu kemudian kembali ketempat acara dan pintu kembali ditutup.

"Mba.. sudah mau mulai ijab," teriak seseorang dari luar kamar.

Aku semakin panik. Sasha dan Melisa menggenggam tanganku. Mencoba memberikan kekuatan kepadaku.

"Wahai anakku, Dulfi Razka Sudjito bin Zulfikar Sudjito, aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandungku, Kyori Olivia Bermana binti Aditya Bermana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tuuunai ...."

Itu suara Papa, terdengar jelas dan tegas. Aku yakin, saat ini Papa dan Dulfi sedang duduk berhadapan. Tiba-tiba terbesit dianganku, tubuh Dulfi yang dipeluk handuk dan menampakkan v linenya. Astaghfirullah, mikir apa aku?

"Saya terima nikah dan kawinnya, Kyori Olivia Bermana binti Aditya Bermana dengan mas kawin itu tunai!"

"Bagaimana saksi?"

"Ga saah," teriak beberapa orang. Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Kebayang raut gugup Dulfi yang membuatnya tambah ganteng. Kakiku lemas, Dulfi gagal.

"Kita ulangi lagi pak," kata seseorang. Mungkin Pak penghulu.

"Wahai anakku Dulfi Razka Sudjito bin Zulfikar Sudjito, aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandungku, Kyori Olivia Bermana binti Aditya Bermana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tuunai"

"Tuuunai ...."

Gelak tawa terdengar dari luar. Dulfi gagal lagi mengucap janji suci kami. Padahal ia berlatih keras selama tiga hari ini. Ia sudah menyaksikan ratusan ijab kabul. Harusnya ia bisa dengan mudahnya mengucapkan janji itu, tapi ternyata kegugupan melanda jiwanya.

"Ayo nak dibaca dulu ini," seseorang yang kemungkinan penghulu membantu Dulfi.

"Sudah?" Tanya orang itu lagi. Aku tidak tau Dulfi menjawab apa karena tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Papa mulai ya? Kamu jangan gugup tangannya sampe dingin begini, tenang aja pasti lepas segel kok malam ini," kata Papa yang langsung disambut gelak tawa tamu undangan. Wajah Dulfi pasti sudah semerah pipiku yang bertabur blush on.

"Wahai anakku, Dulfi Razka Sudjito bin Zulfikar Sudjito , aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandungku, Kyori Olivia Bermana binti Aditya Bermana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tuuuunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Kyori Olivia Bermana binti Aditya Bermana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Nafasku berhenti seketika ketika suara-suara disana meneriakan kata, "SAH" dan "Barakallah" . Sebuah airmata lolos membahasi pipiku. Untung make upnya waterproof.

Doa dilafalkan, semua terdengar khusyuk. Aku terharu dengan perjuangan Dulfi padaku. Semua memory tentangnya terputar sejak insiden lima jam di bibir pantai. Yah walaupun suamiku tidak seganteng Osman Bostanci, tapi aku mencintainya.

"Tok tok tok ...."

Melisa membukakan pintu kamar. Aku tersadar, suamiku telah menantiku di luar kamar. Ia tersenyum, mengenakan beskap berwarna putih terlihat gagah sekali. Aku memasuki kamarku lalu kusambut tangannya dan kucium punggung tangannya. Aku merasa bahagia. Dulfi refleks mencium keningku. Aku sudah tidak perduli dengan Alex dan empat anak buahnya yang membidikkan kamera kearah kami.

Dulfi membimbingku ketempat dimana akad nikah dilakukan. Aku melihat sekeliling. Sekitar seratusan orang terlihat memadati kursi yang disediakan. Hampir semua aku kenal. Yang tidak kukenal mungkin keluarga Dulfi.

Dulfi menyerahkan mas kawin kepadaku. Aku menerimanya. Lalu kami menandatangani buku nikah. Great! Resmi ciiiiin. Teriakku dalam hati.

Kemudian aku dan Dulfi bergantian memakaikan cincin kawin. Aku memegang tangannya yang masih dingin. Mungkin karena ini sudah malam.

Pak penghulu memberikan tausiah tentang pernikahan. Dulfi menggenggam tanganku erat. Seakan membebaskan rindu yang teramat sangat. Memancarkan aura hangat. Di bawah teduhnya malam yang beratap langit. Aku berfokus pada pria di sebelahku yang resmi menjadi suami. Memandang wajahnya yang berhias lesung di pipi. Kulihat keringat membanjiri. Sesuatu yang janggal terasa di hati. Ia nampak masih merasa gelisah?

***

Ada sambel matah
Makannya pake ikan bakar
Yang belum nikah
Ayok minta segera dilamar
(Bukan gombal)

Huuufffttttt
Resmi sudaaaaaahhhh cintaaaaa kitaaaaaa
Tak lagiii bersisaaaa untuk duniaaaaaa
*surat cinta untuk starl*
Next chapter episode terakhir
Yeay....

Jangan lupa kritik dan saran serta votenya.

Aku yang belum mandi
Author

ORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang