EMPATBELAS

9.3K 551 6
                                    

Cemburu

***

Sudah dua minggu Reyhan menginap di kediaman Fathan. Sejujurnya Fathan tidak terlalu suka dengan acara menginap Reyhan yang terlalu lama ini. Bagaimana tidak? Dia kehilangan kesempatan untuk menjahili Nania. Bahkan Nania lebih sering menghabiskan waktu dengan Reyhan jika di rumah. Kecuali kalau tidur. Mana ikhlas Fathan? kalau Nania tidur dengan Reyhan.

"Lo kenapa? Kusut gitu.." Fathan yang sudah kesal dibuat makin kesal dengan kedatangan orang ini di ruangannya. Siapalagi kalau bukan Reyhan? Anak itu seenak jidat masuk ruangannya tanpa mengetuk pintu.

"Elah, Than, kenapa lagi sih lo?" Tanya Reyhan lagi yang saat ini sudah duduk di hadapan Fathan. Sedangkan Fathan sok sibuk dengan berkas dihadapannya. Padahal berkas itu sudah selesai ia pelajari dari tadi.

"Nih, titipan dari bini lo." Reyhan meletakkan tas Tupperware yang dibawanya ke hadapan Fathan, "Sebagai tanda damai katanya. Dia bilang lo lagi ngambek."

"Sana lo pergi!" Mood Fathan makin merosot. Kenapa istrinya tidak datang sendiri saja sih? Kenapa harus dititipkan ke Reyhan?

Fathan terhenyak menyadari perilakunya kemudian memijit pelipisnya. Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia sangat berharap Nania datang? Padahal ia tahu Nania sedang sekolah.

Seumur-umur ia tidak pernah uring-uringan seperti ini. It's not him, you know? Dia benar-benar merasa aneh dengan dirinya. Gadis kecil itu dengan mudah menjungkir-balikkan mood dan perasaannya.

Fathan mengalihkan pandangannya dari kotak bekal itu ketika ponselnya berbunyi. Reyhan sudah keluar dari ruangannya setelah ia usir. Senyum tipis tersungging di bibirnya mendapati pesan dari gadis itu.

From : Bini ❤

I'm sorry 😞😞
Nggak lagi cuekin kamu deh..
Maafin yaa... 🙏

Fathan terkekeh membaca pesan dari Nania. Baru saja akan mengetik balasan untuk Nania layar ponselnya menunjukkan telepon dari nomor tak dikenal.

"Halo, Assalamu'alaikum."

"..."

"Ya, dengan saya sendiri?"

"..."

"Oh, iya pak. Reyhan ada disini. Ada apa, ya?"

"..."

"Astaghfirullah. Iya pak, saya akan memberitahu Reyhan."

"..."

"Wa'alaikumsalam." Raut wajah Fathan berubah gusar. Dengan segera ia keluar ruangan mencari Reyhan.

"Rey! Lo kenapa ngga angkat telepon sih?!" Ujarnya cepat ketika ia sudah berada dihadapan Reyhan. Reyhan yang tak paham dengan perkataan Fathan pun hanya mengernyit.

"Lo telfon gue? Hapenya gue silent," jawab Reyhan dengan tampang polosnya.

"Astaghfirullah, Rey! Pak Kardi nelpon gue, bokap lo kumat jantungnya!" Fathan menggeram emosi. Tubuh Reyhan tiba-tiba kaku. Ayahnya? Tidak. Tidak mungkin. Ini pasti bohong, pikirnya.

Reyhan tertawa sumbang, "Lo pasti pengen ngusir gue kan? Jadi pake alesan-"

"Nggak, Rey!" Ucapan Reyhan terputus karena bentakan Fathan, "Bokap lo sakit! Lo harus balik!"

***

"Jadi, Bang Reyhan pulang tadi siang?" Ada nada kecewa dalam perkataan Nania, membuat Fathan mengerutkan dahi. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang, setelah Fathan menjemput Nania.

2U (To YOU) (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang