Cie ada yang langsung buka notip..
Update cepet nih sebagai permintaan maaf karena kemaren updatenya lama bangett.
***
Terungkap
***
Nania lebih dahulu memasuki rumah lalu disusul Fathan dibelakangnya. Setelah adegan tabrakan tadi, Nania menjadi lebih pendiam. Ia ingat siapa wanita paruh baya itu. Bahkan dia ingat dengan sentuhan dan suara lembutnya. Tatapan wanita itu masih sama teduhnya dengan empat tahun lalu. Pelukannya masih sehangat empat tahun lalu. Hanya saja wajahnya terlihat lebih tua dan... lelah.
Nania membasuh wajahnya dengan air dari washtafel. Ia masih tak tau harus berkata apa pada Fathan. Bahkan sejak tadi suaminya hanya diam tanpa mengeluh saat menungguinya yang sedang bicara berdua dengan wanita itu.
Mengusap wajahnya dengan handuk, Nania keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Fathan sedang menata sepatu di etalase khusus yang dipesannya beberapa waktu lalu.
"Mas.." panggilnya.
Fathan menengok lalu tersenyum. "Hai," dia lalu menyelesaikan pekerjaannya dan berdiri. Menepuk kedua telapak tangannya pelan ke bagian belakang celananya dan menghampiri istrinya. "Ku pikir kamu mandi."
Nania menggeleng, "Nanti. Ini masih siang."
"Mas, ganti baju dulu ya." Fathan mengambil bajunya di almari saat Nania memanggilnya.
"Mas nggak mau tanya sesuatu?"
Tangan Fathan yang bergerak memilih kaos terhenti. Senyum tipis tersungging dibibirnya. Dia menengok untuk menatap wajah istrinya. "Banyak, sayang. Mas mau tanya banyak hal ke kamu. Tapi mas nggak bisa memaksa kamu kalau kamu nggak mau."
Bibir Nania rasanya kelu saat melihat lelaki itu tersenyum. Dia menunduk menggigit bibir bagian dalamnya. Rasanya ia ingin menangis. Ia menarik napas panjang.
"Mas, aku mau cerita."
"Jangan kalau itu cuma sebagai rasa sungkan kamu karena kita ketemu tante yang tadi."
"Enggak! Aku ingin cerita, mas. Karena mas berhak tau." Tegasnya. Fathan tersenyum. Ia membawa langkahnya kedepan Nania dan mengusap puncak kepala istrinya.
"Mas ganti baju dulu. Kamu juga kayaknya lebih baik ganti dulu."
Fathan meninggalkan Nania memasuki kamar mandi. Sedangkan Nania mengikuti perkataan Fathan. Mengambil daster floral selutut ia mengganti kemeja dan celana jeans-nya disana. Tak sampai lima menit ia telah selesai. Begitu juga dengan Fathan yang keluar dari kamar mandi. Mengambil baju kotor dari tangan Fathan, Nania lalu menaruhnya di keranjang yang terletak di samping almari.
Perempuan muda itu menarik Fathan ke ranjang mereka. Ia naik, menempatkan dirinya duduk bersila di tengah ranjang dan meminta Fathan melakukan hal yang sama dengannya.
"Ibu yang tadi.. bunda." Buka nya.
"Iya, kamu panggil begitu tadi."
"Tapi, Bukan bundaku. Bunda adalah orang berarti buat aku, mas." Fathan membiarkan Nania melanjutkan perkataannya.
"Dulu, aku pernah punya pacar. Dan bunda itu, bundanya dia. Kami temenan cukup lama sampai dia berani ngajak aku pacaran. Dia laki laki baik dan dewasa. Aku takut awalnya, mengingat usia kami yang berjarak lumayan jauh. Tapi dia bilang yakin dan kami pacaran mulai saat itu." Nania mengintip ekspresi wajah Fathan dari balik bulumatanya. Lelaki itu fokus padanya, tatapan teduhnya maaih terfokus pada kedua matanya yang bahkan sejak tadi menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
2U (To YOU) (ON HOLD)
Storie d'amoreAnak terakhir itu tidak selalu dimanja seperti dalam cerita. Anak terakhir itu juga harus bisa mandiri dan bisa mengalah. Seperti Nania. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, dimana kedua kakaknya sangat disayangi oleh kedua orangtuanya, ti...