Typo bertebaran..
But
Happy reading...***
Kampus
***
Nania menatap dengan jeli satu per satu label buku yang tertata rapi di rak dihadapannya. Saat ini ia sedang berada di perpustakaan fakultasnya untuk mencari buku manajemen yang akan dia gunakan menyusun tugas.
Dia menghela napas saat membolak balik halaman buku yang sudah ia ambil. Kebanyakan bukunya berbahasa inggris dan dia tidak begitu menguasai bahasa universal itu. Dengan berat hati ia tetap mengambil buku itu. Alamat dia harus berperang dengan kamus lagi.
Dia mengambil dua buku yang sekiranya memiliki isi lengkap untuk di pinjam dan beberapa buku lain akan ia gunakan untuk mencicil membuat laporan diruang baca. Untung dia tadi tidak lupa membawa laptop. Sambil menunggu proses booting ia membuka buku catatannya untuk mencocokan apa saja yang akan ia cari lalu menandai halaman bukunya dengan sticky note. Ia menahan bukunya agar tetap terbuka dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya mengambil ponsel keluaran terbaru di saku celana jeans yang ia kenakan.
Semenjak menikah dengan Fathan, hidup Nania terasa seperti putri. Semua yang ia butuhkan selalu dipenuhi oleh Fathan bahkan tanpa ia minta sekalipun. Ia rasa itu semua terlalu berlebihan, apalagi jika Fathan sudah bersikeras membelikan sesuatu untuknya seperti ponsel dan laptopnya ini. Semua terjadi karena ia meminjam laptop Fathan untuk membuat makalah yang di persilakan oleh Fathan. Tapi sehari setelahnya ia mendapatkan laptop sendiri, begitu juga dengan ponselnya. Menurutnya ponselnya masih layak pakai meskipun kadang sedikit eror karena umurnya yang sudah terlampau tua, tapi masih bisa digunakan. Sedangkan bagi Fathan ponsel Nania terlalu jadul apalagi sekarang ia tinggal di kota besar dimana orang orang selalu mengikuti tren. Dia bahkan menawarkan ponsel yang harganya setara dengan satu sepeda motor untuk istrinya yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Nania. Jujur perempuan itu tergiur, tapi rasanya percuma kalau fungsinya sama saja dengan ponsel yang lebih murah.
Nania fokus mengetik pada laptopnya, sesekali ia membuka internet untuk mencari jurnal lain yang terkait. Ia tidak menyadari sedari tadi ada sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Pandangan itu tak pernah lepas semejak Nania duduk disana.
"Woi, bro! Dicariin dari tadi malah disini."
"Sssttt."
Nania mengangkat pandangannya ke sumber suara. Ada tiga orang mahasiswa yang yang bergerombol di ujung meja dan membuat sedikit keributan. Nania tau itu kakak tingkatnya karena salah satu dari mereka adalah anggota BEM Fakultas yang ikut mengurusi ospeknya dulu. Dia kembali fokus pada kegiatannya sebelum ketiga mahasiswa itu pergi.
Ayo cepet...
Dia harus cepat. Sudah hampir dua jam dia disini dan kelasnya setengah jam lagi dimulai.
***
"Nania... mampir di warung mi ayam deket fakultas hukum yuk. Kata anak-anak enak." Ajak seorang mahasiswi berambut coklat. Kinan. Dia adalah kenalan pertamanya saat ospek dulu.
Nania tampak berpikir sebelum mengangguk. "Boleh deh. Gue telpon supir dulu, ya."
"Oke.. naik motor gue aja, ya... gue tunggu depan."
Nania mengangguk. Ia segera menghubungi Fathan untuk minta izin dan Pak Parto agar menjemputnya agak nanti. Setelah itu ia segera menghampiri Kinan dan melesat ke warung tujuan. Mereka berdua segera mencari tempat duduk dan memesan makanan. Pesanan mereka datang setelah lima belas menit. Cukup lama, tapi sebanding dengan rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2U (To YOU) (ON HOLD)
RomanceAnak terakhir itu tidak selalu dimanja seperti dalam cerita. Anak terakhir itu juga harus bisa mandiri dan bisa mengalah. Seperti Nania. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, dimana kedua kakaknya sangat disayangi oleh kedua orangtuanya, ti...