Bertemu
***
Seperti biasanya, Nania menyiapkan segala keperluan Fathan. Ia tetap memasak untuk sarapan walaupun sudah ada mbok Rum, asisten rumah tangga yang baru. Sebenarnya ia tidak begitu setuju dengan keputusan Fathan untuk mempekerjakan asisten rumah tangga. Ia masih merasa sanggup menyelesaikan tugasnya.
Nania melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul Setengah enam pagi. Kemudian ia mencuci tangannya.
"Mbok, tolong dilanjut ya, aku mau siap-siap dulu."
"Iya, mbak." Jawab Mbok Rum sopan. Nania memang menyuruh Mbok Rum memanggilnya 'mbak' saja. Ia tidak mau dituakan. Lagi pula mbok Rum kan jauh lebih tua darinya.
Selepas mandi ia membangunkan Fathan yang masih bergelung di kasur. Fathan memang selalu kembali tidur setelah solat subuh, membuat Nania harus bekerja dua kali untuk membangunkannya.
"Mas, bangun!" Nania menggoyangkan lengan Fathan pelan. Sedangkan Fathan hanya berguman tanpa membuka mata.
"Udah siang, mas. Bangun!" Fathan menggeliat dan membuka matanya perlahan, menyesuaikan dengan cahaya. "Mandi, aku bangunin bang Reyhan dulu."
Setelah membangunkan Reyhan, Nania kembali ke kamar merapikan kamar serta menyiapkan keperluannya dan Fathan.
***
"Nanti aku mau main sama Gina, boleh?" Tanya Nania saat Fathan dan Reyhan mengantarnya ke sekolah.
"Kemana?" Tanya Fathan.
"Katanya mau beli buku gitu... boleh ya?"
"Pulangnya jangan kemaleman."
Nania tersenyum lebar mengangkat jempol tangan kanannya, kemudian ia mencium tangan Fathan setelah sampai di sekolah. Sebelum Nania keluar Fathan menyempatkan untuk mencium kening istrinya yang duduk di kursi penumpang belakang.
"Duh, mesranya yang penganten baru..." cibir Reyhan setelah Nania hilang di balik gerbang.
"Ngiri lo!"
"Nania masih SMA gitu kok mau sih sama lo?" tanya Reyhan tiba-tiba.
"Ya gitulah. She has a problem and i brought the solution." Fathan sebenarnya tidak seirit itu kalau bicara, tapi karena dia sering digosipkan irit bicara saat di kantor, ia memilih untuk bicara sedikit saja. Dia hanya akan bicara lebih sering saat bersama orang yang dekat dengannya. Ia juga penganut pepatah, Talk less, do more.
"Maksud lo? Kalian nikah bukan karna cinta? Gitu?" mata Reyhan membulat tak percaya.
"Ya gitulah pokoknya."
"Tapi kalian keliatan... compatible "
"Gue nyaman aja sama dia, dan semua berjalan gitu aja. Dia ngerasa hutang budi sama gue. I think."
"Lo... cinta sama dia?" Tanya Reyhan ragu-ragu.
Fathan tersenyum kecil, "Bahkan gue nggak tau cinta itu gimana."
"Lo dulu juga gini kan waktu suka sama Friska?"
"It's different. Tapi gue nggak tau bedanya dimana." Jawab Fathan yang masih fokus dengan jalan dihadapannya.
"Tapi gue masih nggak ngeh sana alasan lo nikahin dia kalo lo nggak cinta dia. Seenggaknya lo pasti tertariklah sama dia"
"Lo pasti udah denger cerita dari nyokap gue, kan?" Reyhan mengangguk.
"Bokap lo juga bilang itu sih ke gue. Bokap lo bilang dia seneng sama pilihan lo, itu cewek baik katanya."
Fathan hanya mengangguk. Tak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka hingga mereka sampai ke kantor.

KAMU SEDANG MEMBACA
2U (To YOU) (ON HOLD)
RomanceAnak terakhir itu tidak selalu dimanja seperti dalam cerita. Anak terakhir itu juga harus bisa mandiri dan bisa mengalah. Seperti Nania. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, dimana kedua kakaknya sangat disayangi oleh kedua orangtuanya, ti...