Status Baru
***
Hari-hari yang melelahkan bagi Nania dan Fathan telah berlalu. Dimulai dari adu pendapat yang alot antara Fathan dan Mamanya untuk rencana ijab kabul hingga acara ijab kabul yang cukup membuat Fathan berdebar-debar. Dan begitu leganya hati Fathan saat penghulu mengatakan SAH.
"Ehm, om," panggil Nania yang kala itu selesai menata buku pelajarannya di meja belajar yang dibelikan Fathan.
"Apa?" Fathan yang yang sejak tadi fokus melihat hp mengalihkan pandangannya pada Nania yang duduk menundukkan kepala di kursi belajar.
"Ehm, itu..." Nania tergagap, "om ngga minta 'itu', kan?" demi Tuhan, Nania gugup ketika menanyakan ini. Bahkan wajahnya sudah memerah. Bukannya pikirannya kotor, tapi mau bagaimana lagi? Dia, kan, sudah mempelajari tentang pernikahan akhir semester lalu.
Fathan tersenyum penuh arti. Godain dikit aja ngga apa kali ya, "Itu apa?"
"Ya itu om.." wajah Nania makin merah dan terasa panas.
Fathan terkekeh, "Itu apa sih?"
"Om, ish! Nyebelin!" Kesal, Nania pun menghentakkan kakinya dan beranjak keluar kamar.
Nania terhenti di depan pintu, ketika tangannya dicekal oleh Fathan.
"Ngambek?"
Udah tau ngambek. Masih nanya lagi. "Enggak! Mau minum!" Ketus Nania. Bukan sekali dua kali Fathan melihat tingkah Nania yang seperti ini, bahkan selama persipan 'pernikahan dadakan' mereka, Nania sudah sering mencak-mencak karena Fathan yang terlalu lempeng dalam memilih sesuatu dan tidak memikirkan tanggapannya.
Dengan pelan Fathan menarik Nania untuk duduk di tepi ranjang. "Enggak. Kamu masih harus sekolah." Fathan mengelus pelan ibu jarinya pada punggung tangan Nania yang ada di genggamannya. "Kita juga masih belum saling kenal. Kita jalani dulu aja ya? Kayak pacaran."
Nania menunduk lalu mengangguk pelan. Mama anakmu bikin baper.
***
Pagi itu hari Nania berangkat sekolah lagi setelah 2 hari izin karena 'urusan keluarga'. Setelah salat subuh berjamah dengan Fathan dia lalu menyiapkan sarapan, sedangkan Fathan kembali tidur.
Kedua orang tua Fathan sudah kembali ke Jakarta setelah akad karena adik Fathan sudah rewel tidak diajak ke acara nikahan kakaknya. Setelah selesai, Nania bersiap lalu membangunkan Fathan yang masih tenggelam dalam mimpi.
"Om, bangun, om." Nania menyentuh lengan Fathan, membuat sang empunya menggeliat, kemudian mengerjap menatap Nania.
"Bangun. Mandi. Air hangatnya udah siap."
Fathan mengangguk lalu berjalan ke kamar madi, sedangkan Nania menyiapkan jadwal pelajaran yang akan ia bawa hari itu.
"Sayang! Siapin baju kerjaku, dong! Jeans aja sama kemeja!"
Sepertinya Nania harus memeriksakan jantungnya yang tiba-tiba berdetak sangat cepat.
***
"Kemana aja sih lo, Na?" Suara Gina menyadarkan Nania dari lamunannya. Bagaimana dia tidak melamun memikirkan kelakuan Fathan tadi pagi. Bahkan Fathan sudah memanggilnya dengan panggilan sayang dan sudah sering menciumnya. Yah meskipun hanya ciuman kening atau di pipi, itu sudah membuat Nania senam jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
2U (To YOU) (ON HOLD)
RomanceAnak terakhir itu tidak selalu dimanja seperti dalam cerita. Anak terakhir itu juga harus bisa mandiri dan bisa mengalah. Seperti Nania. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, dimana kedua kakaknya sangat disayangi oleh kedua orangtuanya, ti...