First Time
***Hari ini Nania benar-benar akan membuat kue. Setelah hari jum'at gagal dan kemarin juga gagal karena Fathan merengek minta ditemani ke salah satu acara pernikahan temannya. Hari ini ia harus berhasil. Setelah tadi siang ia ditemani Fathan membeli bahan, juga sudah menulis langkah-langkahnya, ia harus bisa setidaknya membuat 1 kue.
Jika ia berhasil nanti, ia berniat menposting hasil masakannya dan akan membuka pesanan. Hitung-hitung untuk menambah penghasilannya.
"Mau buat apa?" Nania terlonjak hampir menjatuhkan loyang yang ada di tangannya.
"Ish, mas. Jangan ngagetin dong. Aku mau bikin kue nih."
"Aku bantu, ya?" Tawar Fathan.
"Emang bisa?"
"Jangan meremehkan, lho. Gini-gini aku bisa masak."
"Oke, kalo gitu mas cuci tangan dulu terus panasin air dulu buat lelehin coklat. Aku nakar tepungnya dulu."
Menurut akhirnya Fathan memanaskan air dipanci kemudian Nania menaruh mangkok bening berisi coklat diatas air. Sembari menunggu airnya panas. Fathan memerhatikan Nania yang sibuk menakar tepung.
Baginya, Nania itu begitu cantik ketika menyiapkan perlengkapannya dan bertambah cantik saat gadis itu sedang memasak. Saat memperhatikan, tiba-tiba terlintas ide jahil di pikirannya.
Perlahan ia mendekati Nania, menempatkan diri disampingnya. Tangannya yang panjang terulur untuk mematikan kompor yang ada di belakang mereka dengan perlahan tanpa sepengetahuan Nania. Seringaian kecil tampak muncul dibibirnya begitu ia melihat tepung yang ada di hadapan mereka.
Sret
Fathan berhasil mencolekkan tepung di pipi istrinya kemudian ia tertawa lepas. Tidak terima, Nania pun mebalas Fathan dengan mencolekan tepung di pipi lelaki yang masih tertawa itu, membuatnya tertawa mengejek ke arah Fathan.
Adegan itu terus berlangsung, hingga mereka saling melempar tepung, membuat dapur menjadi kacau balau. Acara memasak ala chef Nania pun harus dibatalkan karena banyak tepung yang terbuang sia-sia di lantai.
"Ya ampun, mas!" Nania yanng pertama sadar atas perbuatan mereka pun terpekik membuat Fathan menghentikan tawanya. "Kotor semua ini!"
"Aish. Gagal sudah rencanaku bikin kue!" Guman Nania kesal. "Ini semua salahnya mas Fathan! Bukannya bantuin malah ngerusuh!"
Gadis itu lalu membereskan barang yang berserakan sambil berguman kesal. "Kalo gini kan buang-buang bahan! Mubazir!".
Fathan masih tak bersuara. Ia malah asik melihat wajah istrinya yang cemberut sambil terus berguman kesal. Ia memang yang mengawali ini, tapi jika Nania tidak membalas, kan, tidak mungkin kejadian. Untung saja tepung-tepung itu tidak sampai ke rambut. Hanya mengotori wajah tangan dan baju mereka.
Tanpa Fathan sadari, Nania sudah menyimpan semua bahan yang tersisa ke dalam lemari lalu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel.
"Mas, sini cuci tangan dulu."
Tersadar, Fathan pun menurut mendekati Nania yang berdiri di depan watafel kemudian mencuci tangan dan wajahnya. Sebenarnya wajah Fathan tidak terlalu kotor karena Nania kesulitan menjangkau wajahnya.
Setelah wajah dan tangannya bersih, ia melihat Nania yang gantian mencuci wajah dan tangannya. Melihat wajah dan anak rambut Nania yang basah ia pun meneguk ludah. Hell. Ia kan lelaki yang juga punya nafsu, apalagi yang dihadapannya ini halal lahir batin.
Fathan menangkup wajah Nania yang basah agar menghadapnya. Tanpa Fathan sadari ia mengecup bibir Nania. Keduanya bungkam ketika kecupan singkat itu terlepas.
Rasanya Fathan tidak ingin berhenti. Bibir Nania begitu lembut menyapu bibirnya dan begitu manis. Tanpa aba-aba Fathan kembali mengecup bibir itu, membuat sang empunya mematung karena kaget. Fathan menggigit bibir bawah istrinya agar terbuka kemudian menyesapnya. Melumat bibir yang terasa bagaikan candu itu. Sebelah tangannya sudah berpindah merengkuh pinggang gadis itu agar mendekat dan sebelahnya lagi berpindah ke tengkuk Nania untuk memperdalam ciuman mereka. Bahkan tanpa Nania sadari ia membalas ciuman Fathan.
Ciuman mereka terlepas saat keduanya kehabisan oksigen. Fathan menyatukan dahi mereka. Ia bahkan bisa melihat wajah istrinya yang memerah.
"I want you. May I?"
Tanya Fathan. Tanpa menunggu jawaban Nania ia menggendong istrinya didepan. Sambil terus mengecup wajah istrinya ia berjalan ke kamar mereka. Dan malam itu, menjadi saksi penyatuan dua anak adam yang telah terikat dalam ikatan Tuhan.
***
Fathan tersenyum begitu lebar. Dia sedang tidur menyamping menatap menatap Nania yang tertidur polos dihadapannya. Setelah kegiatan mereka tadi, istrinya itu jatuh tertidur karena kelelahan. Rasanya ini adalah sebuah pergerakan yang sangat besar dalam hubungan mereka.
Ia menarik selimut lebih tinggi untuk menutupi tubuh polos mereka. Kemudian ia menyusupkan tangannya ke bawah kepala Nania untuk dijadikan bantalan dan merengkungnya agar lebih dekat, membuat Nania mengerang karena merasa tidurnya terganggu. Namun kembali tenang setelah mendapatkan posisi yang nyaman.
Setelah hampir tiga bulan pernikahan mereka, akhirnya Fathan bisa mendapatkan haknya dan bisa menyalurkan hasratnya yang sudah lama terpendam. Bahkan hanya dengan melihat Nania pikirannya selalu terarah ke sana. Apalagi saat melihat leher putih milik istrinya.
Jangan katakan kalau Fathan itu mesum. Mana ada laki-laki dewasa yang tinggal serumah dengan wanita, tidur bersama dan tidak tergoda? Apalagi mereka sudah berstatus halal.Fathan jadi ingat bagaimana mereka berakhir diranjang karena insiden tepung. Bahkan ia tidak hanya meminta sekali pada gadisnya-tidak! Fathan harus merubah panggilan itu menjadi wanitanya. Ah, memikirkan hal itu membuatnya makin senang.
Memejamkan mata setelah mencium kening istrinya. Malam ini ia akan tidur nyenyak.
***
Nania melenguh pelan ketika merasakan sesuatu yang aneh di selangkangannya. Rasanya itu seperti ia pertama kali melakukan olang raga setelah lama berhenti. Nyeri dan kaku. Tiba-tiba Pipinnya memanas mengingat kejadian semalam. Ternyata dia bisa jadi gadis ang berani saat di ranjang.
Eh? Dia, kan, bukan gadis lagi.Nania berjalan menuju meja belajarnya untuk membereskan buku-buku yang sudah tidak diperlukan lagi. Fathan sudah berangkat satu jam yang lalu, menyisakan dia dan mbok Rum dirumah. Dia heran karena Fathan terlihat bugar pagi ini, tidak sepertinya yang sudah pegal-pegal dan rasanya enggan bangun dari kasur.
Pluk!
Saat hampir selesai, tanpa sengaja siku Nania menyenggol kotak yang ada di pinggir meja, membuat isinya jatuh berhamburan di lantai. Nania duduk dilantai untuk membereskannya. Pandangan gadis itu kosong saat matanya menangkap sebuah kotak kecil berwarna coklat tua dari kayu. Seketika matanya memanas.
Tangannya terulur untuk mengambil kotak itu. Tangannya yang bergetar membuka kotak itu hati-hati. Didalamnya terdapat cincin emas sederhana dengan lima mata berlian dimana berlian di tengahnya berwarna biru dan yang lainnya berwarna putih. Meskipun dengan model sederhana, namun cincin itu terlihat elegan dan begitu cantik.
Seketika airmatanya meleleh. Ingatannya jatuh pada orang yang memberikan cincin itu. Nania terisak pilu. Dia menutup kotak cincin itu dengan cepat lalu menghapus air matanya dengan kasar. Ia segera mebereskan barang-barang yang berserakan itu.
'Mas Bayu, maafin Nania.'
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
2U (To YOU) (ON HOLD)
RomanceAnak terakhir itu tidak selalu dimanja seperti dalam cerita. Anak terakhir itu juga harus bisa mandiri dan bisa mengalah. Seperti Nania. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, dimana kedua kakaknya sangat disayangi oleh kedua orangtuanya, ti...