LIMABELAS

9.6K 529 0
                                    

Little Piece

***

Fathan menatap lekat gadis yang tidur disampingnya. Istri sahnya. Wajah gadisnya yang begitu polos saat tidur itu terlihat sembab karena telah menangis beberapa jam yang lalu. Melayangkan tangannya, Fathan mengelus pipi Nania.

Jam menunjukan hampir pukul satu pagi. Namun Fathan belum bisa memasuki alam mimpi. Dahinya berkerut ketika merasakan pipi Nania semakin dingin. Ditambah bulir-bulir keringat yang membasahi keningnya. Gadis itu gelisah dalam tidurnya.

Berulang kali kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan dahi yang berkerut, membuat Fathan dengan cepat membangunkan Nania.
Gadis itu mengigau seperti ketakutan, dan belum sadar meskipun Fathan sudah menggoyangkan lengannya. Hingga Nania terkesiap saat beberapa kali Fathan menepuk pipinya.

Napasnya terengah-engah, wajahnya sedikit pucat dengan peluh yang membanjiri dahinya. Nania memejamkan matanya dan mengatur napas, membasahi bibirnya yang kering.

"Kamu kenapa?" Tanya Fathan khawatir, dengan segera ia memberikan air putih yang memang selalu disediakan di nakas.

Nania menggeleng, ia meminum air dari Fathan sedikit. "Nggak pa-pa. Cuma mimpi."

"Cuma mimpi gimana? Kamu sampai ngigau manggil-manggil sesuatu!"

"Aku ngga apa-apa. Beneran. Cuma mimpi." Tegas Nania, sedangkan Fathan masih mengernyit belum menerima jawaban itu.

"Tidur, mas."

***

Sudah tiga kali Fathan membaca dokumen yang sama, namun ia sama sekali tak mengerti isi dokumen itu. Pikirannya masih melayang ke kejadian dini hari tadi.

"Bayu," gumannya pelan.

Ia ingat betul saat mengigau istrinya memanggil nama itu beberapa kali. Telinganya bahkan masih masih menangkap kata 'jangan pergi' dari suara lirih Nania.

Memejamkan matanya, Fathan mengenyahkan pemikiran tentang Nania. Ia harus fokus. Pekerjaannya makin banyak karena Putra--sang ayah, mengirimkan dokumen-dokumen yang harus ia pelajari.

***

"Gue takut, Gin."

Nania masih sesenggukkan dipelukan Gina setelah beberapa saat yang lalu ia menangis. Saat ini mereka berada di koridor lantai dua yang cukup sepi karena sekolah telah usai.

"Sshh.." Gina mengelus punggung sahabat karibnya itu. "Udah, Nan. Jangan begini. Lo harus ikhlasin dia."

Nania mengurai pelukannya dan menggeleng, dengan sesenggukan dia berkata, "Gue... gue udah khianatin Mas Bayu.
Gue.. gue..."

"Enggak! Lo enggak nge-khianatin dia! Lo berhak bahagia sama Fathan." Potong Gina.

"Gin, gue... gue minta maaf. Gue udah bohongin lo, Gin." Lirih Nania. Gadis itu menunduk tak sanggup menatap Gina.

"Lo bohongin gue apa?" Tanya Gina tak percaya. "Jangan bilang yang diomongin Rissa itu bener, Nan." Gina mencengkeram bahu Nania, memaksa Nania menjawab. "Jawab gue!"

"Sebenernya gue udah merit..." Nania memberi jeda, "sama mas Fathan." Lanjutnya.

"Lo-" Gina menggeleng. Dia tak tahu harus berkata apa. "Gimana bisa?" Suaranya hampir hilang.

2U (To YOU) (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang