The Day
***
Nania mulai menjalani libur panjangnya. Hari ini, Hari Jum'at, resmi menjadi hari pertama libur panjang setelah UN, membuat Nania harus menghabiskan waktu di rumah. Sendirian. Sebenarnya ada mbok Rum yang menemaninya bersih-bersih. Sayangnya mbok Rum akan pulang setelah pekerjaannya selesai.
Nania sedang menonton acara memasak di salah satu stasiun televisi swasta saat ini. Rumahnya sepi karena Fathan pergi bekerja dan mbok Rum sudah pamit. Hanya ada pak Mar yang sedang memangkas rumput di halaman.
Mata Nania berbinar ketika ia melihat chef membuat blackforest cake. Tangannya cekatan menagambil ponsel dan mengetikkan sesuatu di mesin pencari. Sambil menunggu loading kakinya melangkah ke dapur, membuka laci-laci uang ada disana. Ketika resep yang ia butuhkan sudah di temukan gugel, ia segera mengabsen satu-persatu bahan yang diperlukan, dan membuat daftar barang yang belum tersedia.
Setelah selesai ia bergegas memanggil pak Mar untuk mengantarnya membeli barang. Baru beberapa langkah ia berjalan, ponselnya berdering menampilkan nomor Fathan. Ia pun segera mengangkatnya dan mengucap salam.
"Ada apa, mas?" Tanya Nania.
"Sayang bisa tolong antar makan siangku ke kantor? Pekerjaanku menumpuk hari ini." Ujar Fathan diseberang sana.
"Kamu nggak sempat makan siang?"
"Mana sempat, yang. Kerjaanku numpuk banget. Nanti juga kepotong salat jum'at. Aku mana sempat makan siang."
"Oke. Aku masak dulu, ya. Paling nanti aku berangkat setelah pak Mar selesai shalat jum'at, mas."
"Makasih, sayang. Aku tutup. Assalamualaikum."
"Iya, Waalaikumsalam."
Nania mendesah kecewa begitu telepon ditutup. Gagal sudah rencananya untuk membuat kue. Berbalik, ia pun menyiapkan bahan untuk yang akan dimasak.
***
Nania menelan ludah begitu kakinya menapak di lobi gedung itu. Tanpa sadar tangannya yang bebas merapikan blouse warna putih yang ia kenakan dan sedikit menyisir rambutnya yang tergerai. Ia hanya mengenakan blouse warna putih pendek dipadukan dengan jeans panjang warna hitam dan flatshoes berwarna gelap. Terdapat sling bag warna biru yang menggantung di bahunya serta tangan kirinya yang juga membawa tas tupperware.
Nania melangkahkan kakinya memasuki pintu menuju meja resepsionis. Ia disambut senyum ramah oleh seorang wanita yang ber-nametag Liana.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Liana.
Nania berdehem, "Saya mencari mas- eh Pak Fathan."
Liana mengerutkan dahi namun tidak menghilangkan senyumnya, "Sudah buat janji?" Nania menggeleng, "Maaf, dek. Pak Fathan tidak bisa ditemui jika adek belum membuat janji."
"Tapi saya disuruh kemari, mbak."
"Maaf sekali lagi. Adek harus buat janji dulu." Liana masih tersenyum meskipun ia jengkel pada tamu yang ada di hadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2U (To YOU) (ON HOLD)
RomanceAnak terakhir itu tidak selalu dimanja seperti dalam cerita. Anak terakhir itu juga harus bisa mandiri dan bisa mengalah. Seperti Nania. Dia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, dimana kedua kakaknya sangat disayangi oleh kedua orangtuanya, ti...