Morgan - 6

10.4K 446 6
                                    

Mobil sedan hitam berhenti didepan Hotel berbintang di kota Alberta, pintu mobil terbuka lebar dan Jon merangkak keluar dari mobilnya. Manager Hotel menyapa Jon dengan ramah dan sopan, Jon pun membalasnya sangat ramah. Bunyi deringan handphone terdengar, Jon segera mengeluarkan Handphonenya dari dalam saku. Nama Jordan, terpampang di layarnya, Jon segera mengakatnya.

"Hello Jordan, ada apa kau menghubungiku?"

"Jon, aku mengundangmu kerumah mommy. Mommy sangat merindukanmu, dia menyuruhku mengajakmu kesini dan Justin juga merindukanmu, kau bisa datang sekarang, lebih cepat lebih baik."

"Huft! Aku akan kesana sekarang, untungnya aku ada diKanada sekarang."

"Yah, What?! Buat apa kau di kanada, Jon? Ingin melupakan masalalu,heh? Oh iya, jika kau datang kesini, jangan membawa makanan. Disini sudah banyak makanan, oke."

"Jangan mengada-ada, Jordan. Aku disini sedang ada urusan, aku akan kesana sekarang dan tidak akan membawa makanan."

"Hmm... Urusan, ya sudah aku tutup sambungannya, Sampai jumpa disana."

Jon memasukkan handphonenya kedalam saku, dia berjalan ke parkiran mobil. " Dev, ikut aku sekarang. Kita akan ke rumah Ny. Platten, kau bawa mobilnya."

"Baik tuan, silahkan anda masuk dulu."

Jon segera masuk kedalam mobil dan menunggu Dev yang sedang merapihkan bagasi belakang. Bagasi sudah selesai dirapihkan, Dev segera masuk kedalam mobil dan mengemudi mobil sedan hitam ini ke jalan raya.

****

Justin membaca novel yang dia beli kemarin, dia membaca dihalaman belakang yang banyak penjaga dan para pelayan berlalu-lalang didepannya. Jasmine ibu Justin, melihat Justin yang sedang serius membaca disofa panjang. Jasmine penasaran dengan anaknya, dia melangkah mendekati Justin.

Novel? Berjudul My Dream, dari kapan Justin suka membaca novel setebal itu, biasanya Justin membeli komik-komik yang tidak jelas. Aku jadi was-was dengan anak ini, apa Justin terbentur pintu kamarnya atau ada cahaya ilahi memasuki otak dan hati Justin?

Jasmine segera menggelengkan kepalanya, pikirannya selalu mengada-ngada terhadap anaknya. Jasmine duduk disamping anaknya dan tangannya merangkul pundak Justin, Justin yang merasa terganggu dengan kehadiran seseorang dan tiba-tiba merangkulnya melihat orang tersebut disebelahnya.

Mata Justin membulat setelah melihat orang tersebut,"Mommy?"

Jasmine menaikan satu alisnya dengan tersenyum lebar. Dia terkekeh melihat wajah anaknya yang sangat lucu.

"Kenapa kamu kaget, nak? Dari kapan kamu suka membaca buku tebal ditanganmu?"

"Huft, mommy ini novel bukan buku tebal, memang mom tidak pernah membaca novel? Aku membaca novel karena mujikzat dari dia..."

"Kau tau mom bagaimana orangnya, mom tidak suka membaca novel, mom hanya suka membaca taktik musuh dan balapan motor dengan daddymu hahaha... Wait, Kau tadi bilang dia, kau menyukainya? Dasar anak remaja. " Jasmine mengacak-acak rambut Justin dengan gemas.

"Stop mom! Memang itu yang mom dan dad kerjakan, dari mom dan dad masih sekolah sampai tua sekarang masih mom lakukan, dan emang mom tidak pernah remaja," ucap Justin kesal.

"Yaampun, kau sudah punya partner hidupmu Jus---"

"Bukan mom! Mendingan mom bantuin Grandma didapur dari pada ngerecokin Justin yang sedang serius, sana mom bantuin grandma atau mom jemput Jevita pula---"

Tangan Jasmine mendekap lembut mulut Justin yang cerewet seperti Jordan.

"Mom akan pergi, jangan kangen sama mom dan jika kau ingin curhat dengan mom, mom selalu ada di mana-mana, bye."

Justin memutar matanya kesal, Jasmine melepas tangannya dan langsung melangkah pergi kedalam, sebenernya dia buru-buru ingin menjemput Jevita, untung saja Justin mengusir Jasmine dengan menyuruhnya menjemput Jevita, coba kalau tidak habis dia dihukum Jordan sampai besok.

Dan jadinya dia harus memakai motor kesayangnya untuk menjemput anak gadisnya, biarkan Jevita mengadu ke ibu mertuanya, yang terpenting dia tidak telat menjemput anaknya dan tidak akan dihukum oleh Jordan Platten.


11.30 am Alberta city,

Jon sudah sampai di rumah Alisya Platten, dia melangkah masuk kedalam rumahnya. Para pelayan menunduk hormat atas kedatangannya kesini, Jon mengaguk pelan dan tersenyum tipis. Dia berjalan kedapur rumah ini, dia melihat Alisya sedang berkutat dengan alat masaknya. Dengan lembut Jon menyentuh pundak Alisya, Alisya berbalik melihat siapa menepuk pundaknya.

Alisya terkejut melihat Jon didepannya, dengan cepat Alisya meloncat kepelukan Jon. Jon tertawa dan segera membalas pelukan Alisya dengan erat. Alisya melepas pelukannya dari Jon.
"Kenapa baru sekarang kau datang, Jon?" tanya Alisya lembut.

"Aku sibuk mom, banyak sekali yang harus aku urus," jawab Jon.

"Banyak alasan kamu, yaudah sekarang kamu ganti pakainmu ini dengan pakain biasa." Alisya mengusap pundak kekar Jon lembut.

"Iya mom, aku keatas dulu."

Jon mencium pipi Alisya dan segera berjalan ke ruangan atas. Justin yang sedang menaiki tangga menjadi berhenti melihat Jon didepannya, dengan langkah cepat Justin menghampiri Jon dan memeluk pinggan Jon dari belakang.

Jon berbalik dan membalas pelukan Justin, Jon melepaskan pelukannya dan menatap Justin dari atas sampai bawah.

"Kau sudah besar Justin Platten, tinggimu sudah hampir sama dengan aku. Apa kau sudah punya partner hidupmu?"

"Kau bisa saja paman, aku belum punya mungkin segera."

"Dasar remaja, tapi masih seperti bocah. Kau harusnya menirukan dad mu itu, yang sangat nakal disekolahan, apa lagi mom mu."

"Ahhh, paman belum tahu aku diluar bagaimana, hanya disini saja aku memakai topeng agar dad dan mom tidak menceramaih aku seperti pendeta, apa lagi kalau grandma sudah ikut campur."

"Untungnya kau tinggal dengan grandma-kan, coba dengan orang tuamu habis sudah kena khotbah para pembalab."

"Yeah, paman benar sangat benar. Yasudah aku kekamar dulu dan nanti aku akan mengajak kalian pergi kesuatu tempat yang sangat nikmat untuk didatangkan."

"Baiklah, aku akan ikut dengan kau Justin."

Justin langsung berlari masuk kekamarnya dan Jon melangkah masuk keruangan miliknya. Badan Jon terasa berat, kakinya pegal-pegal dan kepalanya mulai pening. Mungkin istirahat sebentar akan lebih enak badannya, Jon membanting badannya ke kasur empuk miliknya. Semilir angin yang masuk dari jendela kamar membuat mata Jon mulai terasa berat dan tertutup sempurna, Jon mulai masuk kedalam alam mimpinya.

Votenya :)

Continued!

Morgan (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang