Hai! jangan lupa votenya, terima kasih sudah membaca cerita yang tidak jelas :-)
Maklum masih masa permulaan...Play music favorit.
***
Evan melangkah keluar menuju kekandang kuda, matanya melihat Morgan yang sedang membersihkan kuda kesayanganya. Suara musik terdengar di speaker milik Morgan yang sedang menyala. Evan tau itu musik kesukaan Certa, kuda kesayangan Morgan. Aneh bukan.
Evan menghampiri Morgan, Morgan merasa ada yang datang, dia menghentikan aktivitasnya. Morgan berbalik melihat siapa yang datang kekandang Certa, dia melihat Evan yang berjalan ke tempat Certa."Lagu yang hot, Certa. Pendengar yang keren, aku akan memberikanmu hadiah terenak nanti, " ujar Evan sambil mengelus tubuh Certa.
"Ada apa paman kesini? Apa ada masalah disana? " Evan menghampiri Morgan dan merangkulnya erat.
"Tidak, aku kesini hanya melihat kandang kuda saja, kata bibi nanti ada keluarga besar datang kesini. Jadi aku ingin memeriksa kandang kuda dan mempersiapkan kuda yang akan dipakai nanti."
"Menarik, apa aku boleh ikut membantu paman?"
"Tidak menarik, kau lanjutkan saja aktivitasmu dengan Certa, aku yang akan melakukannya bersama paman Hans." Morgan mencibir bibirnya kesal, Evan melihat itu hanya mengakat pundaknya acuh.
Evan kembali berjalan kekandang kuda lainnya, tanpa memperdulikan Morgan yang menatap tajam punggung Evan. Morgan menarik nafasnya, dengan kesal dia melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.
Gigi melangkah lebar kedapur dengan pakain khusus di toko ini, aunty Alice yang sedang menata roti susu menjadi terhenti melihat Gigi yang sangat imut dengan pakain yang tadi dia berikan. Hot!
Gigi menghampiri aunty Alice dengan memegang nampan besi kosong yang sekarang dia taruh di pantry.
"Imutnya dirimu, Gigi. Jika Evan melihat, kau sudah dibawa lari kembali kerumah dan disandara kembali di kamar kalian, " goda aunty Alice.
"Come on, kita serius sekarang aunty. Nanti ada keluarga besar Platten datang kesini, jadi kita harus serius. " Aunty Alice mengaguk-angguk kepalanya sambil tersenyum konyol, rasanya dia ingin kembali muda lagi. Pasti asyik.
Gigi yang melirik aunty Alice hanya memutar matanya sebal. Gigi tahu yang ada dipikiran wanita paruh baya disampingnya, ada racikan konyol dan mesum diotaknya. Gigi berdoa, jika nanti dia sudah menjadi paruh baya, dia tidak akan seperti aunty Alice. Dia akan tobat, dengan kelakuannya sekarang.
"Gigi! Tata roti ini ditempatnya, jangan lupa beri nama dengan bagus, kalau tidak Evan akan marah dan membawamu kembali kesana. "
Gigi melotot matanya kaget, sumpah demi ratu kecebong, ingin rasanya dia menutup kepala wanita paruh baya itu dengan ember besi dibawah kakinya.
"Evan, Evan... Terus, tidak ada nama yang lain selain Evan, ohh... Aunty ingin aku dan Evan pulang kerumah dan meninggalkan aunty dan Morgan disini dengan keropotan disini. "
"Kalau itu membuat kalian senang, aku tidak masalah dengan itu. Asalkan kalian membuahkan hasil, cucu untukku. "
Damn! Seram sekali pemintaan wanita ini, membuat aku ingin tenggelam di sungai, gumam batin Gigi. Gigi tidak minat membalas lagi, dia segera meninggalkan aunty Alice yang sedang tertawa terbahak-bahak.
"Mimpi apa aku semalam. "
Dilain tempat, Morgan sedang rebahan di rumput hijau yang bergoyang-goyang, Morgan jadi geli. Dia melihat awan yang berbentuk-bentuk gambar yang lucu. Morgan sangat bahagia hari ini, dia akan bertemu dengan laki-laki itu lagi.
"Sudah tidak sabar lagi aku ingin bertemu dengannya disini." Morgan menutup matanya, mungkin istirahat sejenak bisa membuat kesabarannya menghilang.
Evan memperhatikan Morgan yang sudah terlelap dengan inisiatif dia menghampiri Morgan dan mengakat dia kedalam dekapannya. Evan membawa Morgan kedalam rumah yang seperti gubuk dan menidurkan Morgan di kasur kecil disana.
Evan menyelimuti Morgan, dia tidak lupa mengecup lembut kening Morgan. "Istirahat yang tenang, baby. Aku harap Daddymu akan datang kesini bersama keluarga Platten. "
Setelah itu Evan melangkah keluar dari gubuk dan berjalan kedalam dapur. Evan melihat Gigi dan aunty Alice yang sedang sibuk membuat roti. Evan menghampiri mereka, tangan Evan memeluk pinggang Gigi dan mengecup kepala Gigi lembut. "Jangan lupa, sisakan untukku, calon istriku. "
Plak...
Aunty Alice menampar pipi Evan gemas, aunty Alice menatap bengis kearah Evan. Evan menatap balik ke aunty Alice sambil mengusap-usap pipinya yang merah. Gigi hanya diam tanpa memperdulikan mereka berdua.
"Sakit aunty! Kenapa aunty menampar pipiku yang mulus ini. "
"Jangan ganggu kami, Evan. Kami damai jika tidak ada kau disini, sekarang kau pergi dari sini." Evan memutar matanya kesal sambil melirik Gigi yang sedang sibuk membulat-bulatkan adonan roti.
"Morgan kemana Evan, bukanya dia tadi di kandang Certa? " tanya Gigi yang masih membulat-bulatkan adonan.
"Morgan tidur di rumah gubuk, kalian jangan ganggu dia. "
"Kami tahu itu, kepala, " seru aunty Alice dan Gigi.
Evan tertawa jahat sambil melangkah kekamar mandi dipojok ruangan, Gigi dan aunty Alice saling melirik. "Namanya juga Evan."
Continued!
KAMU SEDANG MEMBACA
Morgan (On GOING)
General FictionMencari keberadaan anak dan kekasihnya yang tidak pernah dia ketahui selama enam belas tahun, sampai dia sudah berumur 39 tahun tetap saja dia tidak mendapatkan lokasi keberadaan kekasihnya dan buah hatinya. Dia tidak tahu anaknya berkelamin laki-l...