Morgan - 13

7.4K 308 2
                                    

Jon mengaguk dan merangkul Morgan dengan erat, dia tidak ingin melepaskan anaknya. Gigi mengerut seperti sedang berfikir, dan tiba-tiba dia berteriak kencang.

"Ya tuhan! Keluarga Platten, disana ada Justin! "

Semuanya menatap Gigi kaget dan memandang Gigi dengan penuh tanda tanya, ada apa dengan namanya Justin?

*******

"Kenapa dengan Justin, hmm...? " tanya Jon.

"Aku Gigi, diakan anaknya Jordan Platten, dia juga te---, Oh juga keponakanmu. Benarkan? "

Evan, aunty Alice, dan Jon menatap Gigi penuh curiga, Morgan melebarkan matanya terkejut. Jika Gigi memberitahukannya, kalau dia berteman dengan Justin Evan akan marah dan langsung membakar gubuk kesayangan Gigi. No.

"Iya benar dia keponakanku, apa kau sudah mengenalnya? Dari lagatmu itu, kau sudah pernah bertemu. "

"Yeah, tadi aku bertemu dengan Justin di gub--- taman dekat gubuk, maksudku. Ayolah kita kesana bertemu dengan Platten Family, aku sudah lapar, Evan sayang, jangan lupa kau harus membuat jus apel untukku. "

"Itu sudah disiapkan sayangku, tenang mereka sudah ada di sana, " Evan menyengir kuda, perasaannya tidak enak nanti. Karena Evan lupa memberikan gula ke jus apelnya.

Gigi mengaguk senang dan menarik aunty Alice keluar dari ruangannya. Jon menatap Evan dan Gigi bingung, apa mereka sepasang kekasih?

"Evan, kalian pacaran? Bertemu dimana kalian? "

"Akan aku ceritakan nanti diluar, sekarang kita keluar bertemu dengan keluarga Platten. "

Jon mengaguk, tangan Jon langsung menggandeng Morgan keluar dari ruang. Evan menghela nafasnya dan mengikuti mereka berdua keluar, rasanya tidak enak.

Evan berlari pelan menuju sungai, disana dia melihat anak Jordan yang sedang mengejar anak bebek yang berwarna kuning. Evan menghampiri Jevita Platten, dari pada Evan kena semprot oleh Gigi mendingan dia ikutan main dengan Jevita.

Gigi dan aunty Alice berjalan menuju perkumpulan keluarga Platten sambil bercanda, suara ketawa Gigi yang membahana di area taman sampai Morgan terkejut mendengar ketawa keras Gigi dari depan pintu toko roti. Jon mengusap punggung Morgan dengan lembut, Jon terkekeh melihat wajah Morgan yang merah.

Gigi mengambil segelas jus apel yang sudah disiapkan Evan, pria tercintanya. Sangat cinta, hahaha. Gigi menyesap jus apel itu dengan perlahan, alis Gigi mengerut dalam. Gigi kembali menyesap jus apelnya, ada rasa yang beda dan aneh di jus apelnya.

"Kenapa jadi tidak enak? Tidak seperti bia--- Ohh, I know I know, Evan! Kau tidak memasukkan gula kedalam jus apel?! Evan! Hey, jangan ikut-ikut bermain dengan anak kecil yang imut itu, Evan! " teriak Gigi.

Aunty Alice, Morgan, Jon, keluarga Platten sampai dengan hewan dikandang dan disungai terkejut kaget mendengar teriakan Gigi yang membahana, astaga. Para hewan berlari pergi bersembunyi, mungkin mereka takut terkena bencana perang ke - 10 dalam bersejarah. Sangat seram.

Suasana ditaman sangat menegangkan bagi Evan. Raut wajah Evan sangat pucat, Jevita yang melihat tampang Evan, gadis kecil itu hanya tertawa kecil. "Paman Evan, dipanggil bibi cantik disana, " Ujar Jevita.

"Paman tau Jevita, sekarang kamu harus bantu paman dari bibi cantik itu. "

"Bantu apa paman? " Tanya Jevita.

"Bujuk bibi cantik dengan kata-kata imut, agar bibi cantik tidak marah-marah lagi. Nanti kalau bibi cantik marah lagi, dia akan berubah menjadi macan tutul hitam. "

"Oh itu sangat mudah bagi Jevita, tapi paman harus memberikan hadiah untuk Jevita. "

"Jika berhasil, akan paman berikan hadiah super besar plus dengan pita merah jambunya. Sekarang Jevita, tolong paman, bilang ke bibi cantik. Jika paman yang tampan ini mudah sekali lupa karena melihat kenc--- "

"Sudah paman, Jevita sudah tau, sekarang paman berkumpul dulu disana, nanti Jevita bujuk bibi cantiknya, ayo paman kesana dulu. "

"Tapi Jevita harus bentu paman. " Jevita mengaguk, Evan menghela nafasnya dan segera berjalan ke arah dimana mereka berkumpul.

Jevita berlari ke semak berbunga, dan mengambil sepucuk bunga berwarna putih. Jevita berjalan menghampiri Gigi yang sedang merengut kesal didekat kandang kuda. Jevita menarik-narik baju Gigi dengan kencang, Gigi merasakannya langsung menunduk menatap Jevita dibawahnya.

"Bibi cantik, Jevita membawakan bunya indah ini. Bibi jangan ngambek seperti itu, nanti kecantikan bibi yang alami ini akan hilang diambil sama princess Jevita. "

"Aiihh, anak imut ini, kamu ingin membujuk bibi. Bibi tidak akan mempan, sekarang kamu main lagi saja. "

"Bibi cantik jangan seperti itu dong, kau tau bibi, paman rela membuat sesuatu untuk bibi, tapi bibi malah marah-marah, itu tidak baik bibi. Apa bibi mau paman Evan mencari wanita lain yang pengertian, tidak seperti bibi? "

Gigi terkejut, ini tidak bisa dibiarkan, Evan tidak boleh berpaling kelain, hanya boleh dengannya. "Baiklah maafkan bibi. "

"Jangan minta maaf ke aku, minta maaflah ke paman. Ini berikan bungan ini ke paman. " Gigi mengambil bunga tersebut, Gigi menunduk dan mencium pipi tembam Jevita. Gigi berjalan menghampiri Evan yang sedang berbicara dengan Alisya Platten.

"Permisi maaf Ny. Alisya, bolehlah aku meminjam Evan sebentar? " Tanya Gigi

"Oh silahkan, perbaikilah hubungan kalian, aku kembali dulu ke tempat semula. " Alisya beranjak meninggalkan kedua kekasih tersebut.

"Evan, I'm sorry, aku tidak bermaksud marah denganmu aku hanya kesal denganmu, kau mau memaafkan aku? " Evan menatap Gigi datar dan itu membuat Gigi menciut. Evan tidak pernah seperti ini jika mereka sedang berantem, ahh ini semua karena Gigi yang berteriak seperti orang gila, pasti itu membuat Evan malu.

"Aku marah, kau mempermalukan aku dikeluarga besar Platten, aku punya malu dan hati, Gigi. Kau selalu seperti ini, tapi sekarang kau sudah kelewatan Gigi, aku marah denganmu, dari pada kamu seperti ini terus dan membuat aku sakit hati, mendingan kita... "




Don't forget Vote and comment you!
Maaf cerita saya sedikit aneh :)
Hello guys! Merry CHIRTHMAS All and Happy New Year's 2018

Continued!

Morgan (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang