Hola!!!
Vote & comment nya!!!
*****
Jon membuka pintu toilet dan menutup pintu dengan keras, seperti membanting. Jon melangkah kearah wastafel yang terdapat kaca besar disana. Jon menatap dirinya di cermin, raut wajahnya tergambar jelas. Disana Jon terlihat seperti laki-laki gila kurang belaian. Bukan. Pria yang terlihat menyedihkan dan sangat hancur. Jon disana bukan dirinya yang berada enam belas tahun, yang masih berada dipelukan seseorang yang dia sayang dan cintai. Bella.
Jon selalu berpikir, apakah ini karma? Apakah ini azab untuknya? Telah menghancurkan cintanya, calon istrinya, seorang ibu dari anaknya. Kepalan ditangan kanannya mengerat, dan muncul rasa sakit di dalam tubuhnya. Tuhan, dia ingin memperbaikinya yang apa dia rusak dulu.
Buk!
Prang!
Cermin dihadapanya ditinju dengan kepalan tangan kanannya, cermin itu hancur berkeping-keping dan disana juga terdapat bercak darah milik Jon. Tangan Jon mengeluarkan banyak darah, ringisan dari bibir tipis Jon terdengar pelan. Jon memejamkan matanya sambil menahan sakit di tangannya.
Usapan lembut dan halus menyentuh tangan Jon yang terluka. Jon membuka matanya perlahan, Jon melihat bidadarinya dihadapannya yang sedang mengusap luka Jon dengan tatapan sedih. Wanita dihadapan Jon mendongak menatapnya, senyum manis terlihat jelas dibibir merah muda wanita itu.
"Jangan kau sakiti dirimu karena kesalahanmu dulu, itu bukan semua kesalahanmu, Jon. Aku sedih melihatmu seperti ini sayang, aku tidak tenang merasakannya. Jon bangkitlah menjadi dirimu yang sebenarnya, ingat sekarang ada Morgan yang akan membuatmu menjadi Jon tercinta ku menjadi sebenarnya. " Suara lembut wanita dihadapannya, membuat Jon menetes kan air matanya.
"Bella... Bella, kau kemana saja sayang? Aku mencarimu, maafkan aku atas kehancuran yang pernah aku rusak sampai berkeping-keping. Maafkan aku Bella, Bella wajahmu sangat cantik dan sangat bercahaya, kau seperti bidadari milikku, sayang. Bella aku merindukanmu. " Jon langsung memeluk tubuh Bella dengan erat, Bella membalas pelukan itu dengan sentuhan lembutnya. Jon terisak, pria yang selalu ditakuti oleh manusia dibumi ini, sekarang menjadi pria cengeng, hanya karena Bella.
"Jon sudah, aku akan membersihkan lukamu dulu. " Bella melepaskan pelukannya dan menuntun Jon untuk duduk dibawah.
Bella mengambil air dari keran wastafel dan meneteskan air itu ke luka ditangan Jon. Bella mengusap kembali luka itu sampai darahnya berhenti. Setelah itu Bella mengambil kotak obat didalam lemari kecil. Bella membuka plester dan menempelkannya ke luka Jon. Bella tersenyum senang dengan hasil yang dia buat, Bella mengecup luka itu dan menatap Jon malu-malu.
Jon tersenyum lebar dia mengusap rambut pirang yang halus milik Bella.
"Jon jaga anak kita Morgan, kau tau banyak laki-laki remaja yang tampan menyukainya. Jangalah keras dengan anak kita, berilah dia kasih sayang. " Ujar Bella, tapi tatapannya sendu sedih.
"Aku akan selalu mencintainya seperti aku mencintaimu, memberikan kebahagian yang sangat luar biasa. Kita akan menjaganya dengan baik. " Jon mengecup pipi merah maroon milik Bella.
"Aku tidak bisa melakukannya denganmu lagi, kita berbeda. "
"Maksudnya? " Kebingungan dan ketakutan Jon menjilat naik.
"Kau akan tau nanti, aku pergi dulu. "
"Tolong jangan! Aku masih ingin kau selamanya berada disampingku. " Jon mengeratkan cekalannya ditangan Bella. Bella tersenyum dan mengusap rahang Jon, Bella melepaskan cekalan tangan Jon ditangannya. Bella mengusap mata Jon sampai Jon merasakan kantuk yang sangat berat. Dalam hitungan detik Jon sudah tertidur lelap, Bella membenarkan tubuh Jon agar nanti jika bangun tidak merasakan sakit ditubuhnya.
Bella mengusap air matanya, dia harus pergi dari sini. Pergi ke alam sebenarnya dan dia akan berterima kasih kepada Tuhan sudah memberikan kesempatan untuk bisa bertemu dan menyentuh Jon. Bella bangkit berdiri dan melangkah pelan ke sinar putih didepannya, Bella langsung masuk dan hilang bersamaan dengan sinar putih tadi.
Morgan berjalan dengan langkah yang lebar, dia merasakan sesuatu yang terjadi dengan ayahnya, Jon. Morgan mengetuk pintu toilet, tapi tidak ada satuan didalamnya. Morgan langsung membuka pintunya dan terkejut melihat Jon tertidur dilantai. Morgan menghampiri Jon dan membangunkan Jon dengan pelan. Jon mengerang, setelah itu membuka matanya perlahan, alis Jon mengerut bingung dia celingak-celinguk mencari sosok Bella. Tapi tidak ada, hanya sosok Morgan yang ada dihadapannya.
"Daddy, daddy kenapa tidur disini? Ada apa? " Tanya Morgan.
"Morgan? Sayang, dimana ibumu? Tadi dia ada disini bersama daddy. " Jon menatap bingung Morgan.
"Mom? Tidak ada siapa-siapa Dad. Ayo Dad kita keluar, mereka sudah menunggu Dad. " Morgan membangunkan Jon dengan pelan-pelan, setelah itu Morgan menggandeng erat tangan Jon.
Jon dan Morgan keluar dari toilet dan mereka berjalan menuju ke tempatnya tadi. Morgan menarik Jon kearah bibi Alice yang sedang mengoleskan roti tawar dengan cokelat nutella. Jordan yang sedang menggoda istrinya langsung berhenti, ketika dia tidak sengaja melihat Jon menggandeng gadis, yang dia tau bernama Morgan.
Jordan menghampiri Jon, Jordan mengerut dahinya penasaran.
"Jon, kau dengan siapa? " Tanya Jordan selidik.
"Ini Morgan, Jordan aku sudah bertemu dengan anakku, ini disampingku. Anakku Morgan, bersama Bella. Morgan kenalkan dirimu, nak. " Ujar Jon dengan semangat, Jordan menatap Jon syok. Anak? Jon sudah menemukannya.
"Hai paman, aku Morgan anak dari daddy Jon dan paman siapa? " Morgan menjulurkan tangannya, Jordan langsung membalas uluran tangan Morgan ditambah dengan senyum khas Jordan.
"Aku Jordan Platten, aku sahabat ayahmu yang sudah aku anggap saudaraku. Dan aku mempunyai tiga anak dan satu istri yang cantik dan galak. " Morgan tergelak karena ucapan Jordan yang diiringi candaan.
"Paman lucu, paman Jordan ayahnya Justin juga? "
"Iya, aku ayahnya Justin, kau mengenalnya? " Morgan mengagukan kepalanya.
"Aku adik kelasnya Justin. "
"Astaga! Adik kelasnya, kali paman pacarnya. " Goda Jordan, Morgan tersipu malu karena Jordan mengucapkan kata pacarnya. Jon menatap tajam Jordan, dia menggeram dan langsung menjitak kepala Jordan dengan kencang.
Jordan mengaduh kesakitan, ini jitakkan super sakit yang pernah Jordan rasakan.
"Sakit Jon! Kau ini dari masih sekolah sampai tua sekarang, masih saja main jitak-jitak! " Gerutu Jordan
"Makanya jangan goda anakku, sudah sana jangan ganggu kami. Mau kau ku tendang bokong mulutmu itu. " Jordan mendeliki kesal dan berbalik ke tempat semulanya bersama istrinya tadi.
"Maafkan paman Jordan, Morgan. Ia sedikit sinting, Morgan mau daddy buat roti isi cokelat atau mentega susu? " Jon mengakat dua kaleng selai cokelat dan mentega susu.
"Aku ingin mencoba mentega susu, dad. " Jon Mengngaguk dan segera membuat roti mentega susu, dari gerakan Jon, Jon terlihat seperti seorang ayah dan ibu menjadi satu. Sangat telaten.
"Sudah siap, roti mentega susu ala Chef daddy Jon yang super enak telah siap untuk dimakan. Silahkan nona Morgan. " Jon memberikan roti mentega susu yang berada di piring ke Morgan, Morgan menerimanya dengan antusias.
Morgan menggigit roti itu dan mengunyah sampai abis. "Hmm... Ini lezat, daddy sangat juara untuk membuat makanan yang enak. Love you dad. "
Jon tertawa sambil mengusap lembut rambut Morgan. "Love you too Morgan... Skarsgard. "
Selamanya aku mencintaimu Morgan anakku.
Continued!
KAMU SEDANG MEMBACA
Morgan (On GOING)
General FictionMencari keberadaan anak dan kekasihnya yang tidak pernah dia ketahui selama enam belas tahun, sampai dia sudah berumur 39 tahun tetap saja dia tidak mendapatkan lokasi keberadaan kekasihnya dan buah hatinya. Dia tidak tahu anaknya berkelamin laki-l...