Morgan - 10

8.7K 392 2
                                    

Maaf guys, updatenya agak lama... Soalnya lagi sibuk dengan kegiatan diluar, jadi gak bisa update cepat.

Votenya jangan lupa!

****

Justin mengedarkan pandanganya mencari sosok perempuan, Justin ingin sekali mengejutkan perempuan itu kalau dia sudah datang ke tempat ini bersama keluarganya.

Justin merasa gelisah sedari tadi tidak menemukan perempuan itu, Morgan. Perempuan yang sedari tadi Justin cari, sampai dia terkena penyakit gelisah. Dia tidak pernah seperti ini dengan wanita-wanita yang selalu dia kencani selama ini. Dia malah biasa saja. Mungkin Justin mulai merasakan kembali, rasa yang sudah dua tahun dia tutup karena rasa sakit hatinya yang ditinggal pergi oleh cinta pertamanya.

Justin menghela nafasnya pelan, dia tidak ingin mengigat kembali masa lalu sialannya ini. Justin sudah menyerah sedari tadi mencari Morgan, dia langsung menutup matanya sambil merebahkan tubuhnya di tikar piknik.

Seseorang datang dan menimpa tubuh Justin, Justin mengerang keras sambil berteriak meminta tolong. "Aww! Sakit Jevita, badan kamu sangat gendut, apa kau tidak merasakannya, hah?! "

Jevita yang tadinya menyengir polos, sekarang berubah menjadi cemberut kesal. "Kakak mengataiku gendut! Daddy, kakak jahat sama Vivi, dia mengatai aku gendut! "

Jordan menghela nafas, dia memeringati Justin dari matanya untuk tidak menggangu Jevita, Justin memutar matanya kesal dan kembali bersantai.

"Jordan aku ingin kita menaiki kuda disana, agar mengingat kembali masa-masa pacaran dulu, " ujar Jasmine.

"Kalau begitu ayo, pas sekali Jevita sedang mengejar bebek bersama jessica dan mommy disana, jadi kita ada waktu berdua, sebelum Jevita berteriak minta ikut, " Jasmine mengaguk setuju, segera Jasmine menarik Jordan kekandang kuda meninggalkan Justin yang mendelik kesal melihat keromantisan orang tuanya.

Justin bangkit berdiri dan merapihkan pakaiannya karena berantakan, dia berjalan mengelilingi taman. Justin melihat saung yang seperti gubuk, mungkin Justin bisa tiduran disana tanpa ada sinar matahari yang memanaskan tubuhnya. Justin berjalan menghampiri gubuk itu, kelihatanya gubuk tersebut kosong dan nyaman.

Justin menaiki tangga kecil, dia berjongkok untuk melepaskan sepatunya dan setelah itu dia beranjak masuk kedalam gubuk. Justin melihat suasana gubuk yang sejuk dan sepi, sangat bagus untuk tertidur pulas disana.

Justin masuk melewati kain yang tertutup rapat, tapi langkah Justin berhenti seketika. Justin melihat seorang gadis berambut pirang membelakanginya, yang lebih parahnya lagi dia sedang, Fuck! Melepaskan bajunya dan sekarang gadis itu hanya terbalut bra warna putih. Justin berdiri kaku melihat punggung putih milik gadis itu, berengseknya lagi, gairah laki-laki muncul melundak didalam tubuhnya.

Gadis pirang tersebut berbalik, gadis itu melotot kaget melihat seseorang yang ada didepannya dan Justin juga tak kalah kagetnya melihat wajah gadis pirang itu.

"WHAT THE FUCK!!!"

"MORGAN!" teriak Morgan dan Justin bersamaan.

****

Morgan menutup tubuhnya dengan menggunakan selimut tipis yang tadi dia pakai, Justin duduk bersila dihadapan Morgan dengan tatapan Jail. Morgan mengendus kesal, melihat mata jail Justin. Justin berdehem sebelum mengeluarkan suaranya.

"Kenapa kamu membuka bajumu, Morgan? " tanya Justin sedikit serak karena membayangkan punggung halus Morgan tadi.

"Bajuku basah karena keringat, jadi aku membukanya saja dari pada aku sakit. Pikirku, aku sudah ditempat aman dengan kondisi bertelanjang dada, jadi aku tak masalah. Malah kau datang membuat malu aku," ujar Morgan dengan kesal.

"Maaf aku tidak sengaja, aku tidak apa-apa melihat tubuh indahmu itu."

"Sialan, dasar otak mesum. Kali aku kau laki-laki yang tidak berotak kotor seperti yang lain, tapi aku salah prediksi."

"Hey! Aku ini laki-laki jadi pantas aku seperti itu, dasar Morgan."

"Dasar Justin," ucap Morgan sambil menirukan bahasa Justin, Justin tertawa terbahak-bahak sambil mengelengkan kepalanya.

Justin berpindah tempat disamping Morgan dan merangkul pundak Morgan dengan erat. Morgan gemetar, sentuhan Justin di pundak yang tidak tertutup membuat Morgan panas. Justin menatap lekat Morgan, Morgan ikut menatap Justin dengan bingung.

"Aku mencarimu, Morgan. Kau pernah bilang kepadaku, kau akan menungguku dibalik pintu toko sambil tersenyum manis untukku. Tapi kau malah tidak ada disana," ujar Justin yang masih bertahan diposisi merangkul erat Morgan, inilah favorite Justin sekarang.

"Maafkan aku, Justin. Aku ketiduran tadi, aku sangat lelah dan tadi tubuhku merasa tidak enak badan, jadinya tidur sebentar tidak masalah untukku."

"Kalau begitu, aku akan menemanimu disini. Aku akan merangkulmu sepanjang waktu, agar kamu tidak merasa kedinginan."

Morgan terkekeh sambil menatap mata Justin yang berwarna abu-abu cerah, Justin tersenyum manis dibibir sexynya. Morgan berhenti tertawa dia menatap lagi mata Justin yang menjadi favoritenya sekarang.

Tapi tak disangka oleh Morgan, Justin mencium bibir merah Morgan. Morgan terkejut dan bingung, sampai Justin melumat bibir Morgan yang atas dan bawah. Karena Morgan tidak tau harus bagaimana, dia hanya menutup matanya sambil menikmati ciuman Justin.

Lima menit berlalu, Justin melepaskan ciumannya dengan Morgan, bibir Morgan membengkak dan basah. Justin tersenyum sambil membersihkan bibir Morgan yang basah karena air liurnya dengan menggunakan ibu jari Justin.

"Justin... Ini ciuman pertamaku," ucap Morgan malu-malu, pipinya sudah memerah seperti tomat matang.

"Aku tau, makanya aku ambil sebelum ada yang mengambilnya. Kau tahu, kau adalah wanita yang aku sukai beberapa hari ini, sampai aku tidak bisa memejamkan mata karena teringat dirimu."

"Kau gombal, tapi aku suka. Justin maaf aku tidak membalasnya, aku sangat bingung harus bagaimana."

"Tidak apa, aku akan ajarkan kamu bagaimana berciuman dengan aku."

"Ya ya ya, baiklah hanya kamu yang aku cium."

Justin tertawa kencang dan memeluk Morgan erat. Justin membaringkan Morgan dibedcover berukuran sedang, Justin ikut berbaring disampingnya sambil memeluk tubuh Morgan. Kepala Morgan bersandar didada bidang Justin yang terbalut dengan kaos hitam, Justin meletakan wajahnya dirambut pirang Morgan sambil mencium lembut puncak kepala Morgan.

"Kembali tidur Morgan, badan kamu sangat hanget. Aku akan disini menjagamu."

"Aku akan tidur," Morgan memejamkan matanya dan terlelap kedalam mimpi indahnya. Justin juga menutup matanya dengan tangan mengelus punggung polos Morgan dengan lembut. Sebelum Justin terlelap, dia berbisik ditelinga Morgan.

"Sepertinya aku mencintai adik kelasku, yaitu kamu Morgan."







Continued!

Morgan (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang