26. Jangan Menghilang

322 14 0
                                    

26. Jangan Mengilang


Betapa teduhnya mata itu. Bagaikan pohon rindang berguguran daun yang melukis bayang-bayang di tanah tak bertuan. Matahari tersulut benci karena cahayanya tak sampai menyentuh tanah dirindukan, masih tertahan oleh ranting-ranting berpucuk lancip. Pohon tak sendiri, awan bergelimang menaungi pucuk demi pucuk daun. Tersenyum riang menahan terik dari sengatan yang membara. Tak cukup waktunya untuk mendeskripsikan mata itu. Ia terlanjur larut dalam sorot matanya.

Sorot mata Kelly tidak sanggup mengelak, Nathan terus memaksa untuk masuk dalam tatapannya. Kelly tidak ingin melihatnya lagi, tetapi Nathan tetap saja memaksanya untuk memandanginya. Entah kekuatan apa yang dimiliki oleh pria itu hingga membuat Kelly mengikuti pria itu. Alena hanya membiarkannya saja. Ia sudah lelah melihat tingkah mereka berdua.

Bukankah itu salahnya? Menghancurkan semua hingga tidak lagi baik-baik saja. Semuanya menjadi canggung satu sama lain. Andai saja Nathan tidak mengatakan hal itu pada Felix, pasti saja kekhawatiran Kelly tidak akan terjadi.

Di sudut hati Kelly membatin bahwa dirinya turut andil dalam menciptakan suasana ini. Ungkapan perasaannya─yang seharusnya ia tahan─kepada Nathan, menjadi cikal bakal masalah yang terjadi. Kelly tidak bisa memaksakan rencananya akan berjalan mulus, perasaan pria itu berkata lain. Penolakan yang tidak ingin ia dengar.

Nathan menarik tangan Kelly dan membawanya ke jauh dari keramaian para murid. Ia ingin bertatap muka secara langsung dan mendengar kepastian dari Kelly. Kelly menolak dengan menahan dirinya untuk tidak mengikuti Nathan. Namun, Kelly tidak bisa. Kelly terlalu lemah untuk Nathan.

"Sebegitu bencikah dirimu padaku?" Nathan melepaskan genggaman tangannya pada Kelly. Perempuan itu terhentak tepat di hadapan Nathan.

"Pertanyaan bodoh macam apa itu, Nath? Kenapa kamu tidak menyimpulkan saja dengan apa yang sudah kamu perbuat," kata Kelly sambil menunjuk wajah Nathan dengan telunjuknya.

Mata Nathan fokus ke ujung telunjuk Kelly yang tertuju padanya. Semua kebencian yang Kelly rasakan terasa terkumpul dalam satu titik yang tertuju tepat ke wajahnya itu. Nathan mengernyit. Ia bersikeras bahwa semua yang ia lakukan itu benar.

"Aku tidak ingin dijauhi olehmu. Seberapa benci pun dirimu itu padaku. Aku tetap ingin bersamamu."

Kelly melipat tangannya di dada. Ia benar-benar ingin meludahi kata-kata pria di hadapannya. Tawa sinis keluar dari bibir tipisnya itu. "Haha ... Kalimatmu busuk sekali, Nath. Jika kamu tidak ingin dihindari, maka jangan menyakiti. Setelah kamu menghancurkan hatiku, kamu membongkar rahasia Felix yang tidak ingin diketahui orang lain. Bukakah itu jahat, Nath?"

"Aku hanya tidak suka kamu dekat dengannya, Kell," balas Nathan dengan cepat.

"Kenapa? Kamu bukanlah siapa-siapaku. Bahkan, aku menyesal sudah menyimpan perasaan padamu, sedangkan kamu tidak punya perasaan padaku," balas Kelly sambil melewati pria itu. Wangi parfum Nathan begitu jelas tercium olehya. Namun, ia membenci wangi itu untuk sementara ini.

Langkanya berbalik. Ia tidak sempat menahan tangan Kelly untuk berhenti meninggalkannya.

"Siapa bilang aku tidak punya perasaan padamu?" Matanya melihat Kelly terhenti oleh kalimatnya, tapi hanya sebentar. "Aku takut, Kell─"

Kelly menghilang dan pergi. Ia benar-benar ingin mengatakan semua yang ia rasakan, tetapi menjadi beban bagi dirinya sendiri. Ia tak sanggup.

***

Kelly VannesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang